Bab 37

643 31 6
                                    

Disebuah ruangan, gelap gulita. Hanya ada beberapa lilin disisi ruang yang menyala dengan tidak damai. Langit terlihat dari sini, langit gelap yang menunggu sang pelita malam memancarkan cahayanya.

Tepat dibawa langit tanpa atap, dua orang tertidur damai diatas sebuah tempat yang sudah disediakan untuknya.

Pertukaran nyawa akan dimulai beberapa menit lagi. Pak Yanto tak hentinya menyunggingkan senyuman lebar, ini adalah malam yang sudah lama ia tunggu.

Disebelahnya, berdiri seorang pria dengan tatapan terus menatap pada putri tidurnya itu. Pak Hans, yang disebut tuan muda oleh pak Yanto.

"Ini adalah momen yang sangat tuan nantikan bukan?" Ucap pak Yanto dengan senyum penuh misterinya.

Pak Hans mengangguk. "Tentu saja." Sahutnya.

Pak Yanto menatap keatas, cahaya rembulan mulai terlihat. Sedikit lagi, bulan purnama itu akan tepat diatas kepalanya.

"Semuanya sudah siap pak." Seseorang datang membuat Pak Yanto menoleh.

Pak Yanto tersenyum bangga. Pria didepannya ini memang selalu bisa diandalkan.

"Mari kita mulai." Ajak pak Hans.

Semua para ajudan sudah berkumpul, mereka mengenakan baju yang sama satu dengan yang lain. Tidak terkecuali, pak Hans, pak Yanto, dan pria itu.. yang sebenarnya adalah Daffa.

Semua berputar, mengelilingi dua tubuh yang tertidur itu. Dengan suara-suara seperti mantra yang sulit untuk dipahami. Nyatanya, itu adalah mantra untuk memanggil sang iblis. Karena.. tak lama kemudian segumpal api jatuh dari atas dan perlahan merubah wujud menjadi seperti manusia dengan wujud yang aneh dan diselimuti oleh api yang panas.

Iblis itu tertawa, semua langsung merunduk. Tawa yang menggelegarkan dengan bangga ia melihat para pengabdinya.

"Kami sudah siapkan manusia yang tuan inginkan." Ucap pak Hans masih dengan wajah yang menunduk.

Iblis itu tertawa lagi. Ia sangat-sangat senang karena begitu mudah membohongi anak manusia.

"Tepat bulan purnama nanti, semua akan tergantikan." Ucap Iblis itu dengan samar-samar. Membuat hampir semua orang diruangan itu menahan gemetar hebat.

Tanpa mereka semua sadari, Alpa sudah tidak ada ditempatnya.

"Hei.. mana manusia yang kau janjikan?!" Marah Iblis itu saat menyadari tidak ada keberadaan Alpa.

Semua langsung menoleh, para ajudan langsung berseru panik dan merusuh mencari keberadaan Alpa.

"Dimana manusia itu?!" Tanya pak Hans pada pak Yanto.

Pak Yanto menelan ludah kasar, ia sendiri pun tidak tau. Kedatangan iblis itu membuatnya sedikit gemetar hingga tidak menyadari hal yang terjadi disekitanya.

"Ti--tidak tau tuan muda." Jawab pak Yanto gugup.

"Bagaimana bisa? Ahhh bodoh!" Marah pak Hans.

"Kau mempermainkanku?!" Marah iblis itu. Matanya merah menyalah, besar hingga membuat tidak ada satupun yang berani menatapnya.

Suasana semakin rusuh dengan para ajudan yang bergerak kesana dan kemari. Mereka sampai menabrak satu sama lain, karena penglihatan dan pendengarannya yang hilang.

Daffa, pria itu ikut panik. Ia berlari kearah tempat dimana tadi Alpa diikat.

"Sial! Ada penyusup!" Geramnya, saat menyadari ikatan itu terlepas dengan bantuan sesuatu yang tajam.

"Bodoh! Mengapa bisa?" Marah pak Yanto.

Iblis memang suka menipu, tapi ia tidak suka ditipu. Terlebih, oleh manusia yang ia anggapa drajatnya jauh dibawahnya.

Rahasia Rosse (END)Where stories live. Discover now