Bab 12

429 27 0
                                    

Pagi ini seperti pagi biasanya, gua kesekolah masih dengan bekal buatan bunda karena bunda dan ayah masih tinggal dirumah. Untuk peristiwa pengeroyokan kemarin, gua coba jawab jujur aja ke ayah dan bunda. Mereka gak marah sama sekali, ayah malah senyum bangga ke gua sambil nepuk bahu gua yang sok jagoan ini hehe.

Seperti biasa motor gua parkir dideket pos satpam, padahal udah banyak juga murid yang datang dan parkiran pun udah ramai dengan kendaraan. Tapi.. kenapa ditempat ini gak ada yang ngisi? Apa memang tempat ini dikhususkan untuk motor gua? Busedd berasa anak sultan gua ahaha..

"Pagi!"

"Eh aj.." Gua terlelonjat kaget, sapaan yang tiba-tiba dengan tangan yang menepuk bahu gua sok akrab ini hampir saja membuat gua mengumpat kasar.

Seorang gadis, masih gadis yang sama. Cuma kali ini dia gak bosan untuk terus tersenyum menunjukan giginya yang gingsul itu.

"Cantik," satu kata yang tanpa sadar gua ucap.

"Hah?" Dia memandang gua aneh.

Gua gelagapan. Sedikit terkekeh buat hilangin rasa gugup yang tiba-tiba menyerbu. "Lo cewek yang waktu itu kan?" Tanya gua.

Dia ngangguk antusias, "terimakasi udah selametin nyawa gua."

Lah? Gua diem, gatau mau jawab apa. Ya.. mau jawab sama-sama pun keknya gak pantes gitu.

"Gua Ratu Rettyran. Anak kelas 12 sosial 4" katanya sambil mengulurkan tangan.

Jelass, gua sambut uluran tangan itu dengan antusias. "Gua Alpa Bagastra, anak kelas 11 Mipa 1"

Dia lalu senyum, sumpah cantik banget.

"Gua mau kekelas duluan yah." Gila! Ngomong apa gua ini. Jelas banget gua mengakhiri percakapan secara halus, padahal gua masih mau lama-lama liat senyum Ratu. Sebego ini gua dalam hal mencari topik.

"Eh.. eh.. bentar dulu. Al,"

Dalam hati gua ucap alhamdulilah hehehe. Gua sok cool, angkat satu alis yang tanpa gua ngomong juga dia udah tau maksud gua.

"Nanti.. pulang sekolah ada jadwal gak?" Tanya dia, dengan memerah semu. Lah dia kenapa?

Gua geleng pelan. "Enggak sih, kenapa emangnya?"

Dia diem, gerak-geriknya kek orang ragu gitu.

"Ada yang perlu gua bantu?"

Dia ngangguk.

"Apa?"

Dia diem. Sumpah kalo begini sama aja gua ngomong sama si Rosse.

"Ngomong atau gua tinggal nih." Ancam gua berlaga hendak pergi dan sukses buat dia spontan pegang tangan gua.

Uwuww... kita saling tatapan.

Dia tiba-tiba lepasin tangan gua dan sedikit berdehem.

"Gua butuh temen cerita." Katanya. "Bisa gak, nanti pulang sekolah kita ketemu di caffetaria dekat sekolah."

Gua senyum, Sok cool gitu. "Bisa,"

"Seriusan?" Dia natap gua berbinar.

Gua ketawa, sumpah kok jadi lucu gini yah?

"Serius." Kata gua dan dia senyum.

"Eh jangan senyum." Perintah gua.

Dia langsung masang wajah polos. "Kenapa?"

"Senyum lo manis, gua takut diabet hehe."

***

"Senyum lo manis, gua takut diabet hehe."

Rahasia Rosse (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang