Bab 19

366 29 0
                                    

Kali ini gua ada diatas rooftop, duduk bersandar pada tembok pembatas. Mata gua terpejam semilir angin buat gua ogah untuk pergi dari sini. Disini udaranya enak, tenang dan nyaman.

Kelteng.. teng.. teng..

Gua terkejut, langsung buka mata sambil rubah posisi menjadi siaga. Gua liat sekaleng minuman kosong disebelah gua. Kaleng yang mungkin aja dilemparkan tadi ke gua. Tapi.. siapa yang lempar?

"Alpa!"

Gua terkejut lagi. Gua kenal banget suara ini, dengan perlahan dan ragu gua noleh ke arah sumber suara.

Mata gua terbelalak lebar. "Ratu?"

Sumpa demi apa? Ini Ratu yang didepan gua? Gua langsung berdiri, menatap Ratu intens.

"Ratu?" Ulang gua. Ratu senyum tipis. Wajahnya pucat, sama seperti terakhir gua liat dia dilapangan. Penampilannya kumal, apa ini beneran Ratu? Pikir gua.

"Lo Ratu kan?" Tanya gua dan dia ngangguk pelan.

Gua senyum lebar. "Sumpah demi apa? Lo masih hidup? Lo pucet banget.. lo sakit?" Tanya gua beruntun.

"Eh eh lo tau gak? Gua udah habisin bekal lo, rasanya enak cuma kurang rasa aja. Lo pasti hati-hati banget yang bikinnya? Cieee... yang mau berumah tangga." Cerita gua dengan antusias.

Ratu cuma senyum tipis, gak ada respon sama sekali. Eh tapi tunggu! Apa itu? Darah? perlahan darah keluar dari bawah kepala Ratu. Mengalir damai begitu saja.

"Rat.. kepala lo?" Gua terkejut panik, gua mendekat tapi Ratu seolah memberi jarak.

"Rat.. lo kenapa? Kita kerumah sakit yah?" Panik gua karena darah itu semakin deras mengalir. Ratu tetep memberi jarak saat gua ingin mendekatnya.

Kenapa dengan Ratu? Gua terus berusaha mendekat dan Ratu malah sebaliknya.

"Rat berhenti! Awas........." peringat gua saat Ratu makin memojok pada tembok pembatas, dia bersandar, masih natap gua dengan senyum. Lalu dia terjun dengan santainya.

"enggakkkk!!! RATUUUUUUU...!!!" Teriak gua kencang.





























"Hei.. Hei.. bangun! Kebiasaan habis solat subuh tidur."

Samar-samar gua denger suara itu, suara bunda? Gua langsung buka mata, nafas gua ga stabil, detak jantung gua dua kali berdetak lebih cepat. Apa ini? Diatas kasur? Jadi gua cuma mimpi?

Gua narik nafas panjang lalu mengehmbuskannya perlahan. Capek banget keknya, gua bersandar lalu menatap bunda yang masih natap gua aneh.

"Mimpi buruk kamu?" Tanya bunda.

Gua ngangguk pelan, otak gua masih belum sikron.

Bunda duduk dipinggir kasur gua, "mimpi apa emangnya? Sampe capek gitu.. bunda juga denger kamu sebut nama Ratu."

Gua natap bunda lama, lalu beralih menatap guling yang saat ini gua peluk.

"Alpa mimpiin temen Alpa yang udah meninggal bun." Kata gua sendu.

Bunda diam, lalu mengusap rambut gua lembut."Sudah jangan dipikirkan. Ini sudah jam enam, cepat rapih-rapih bunda tunggu dibawah yah.."

Gua cuma bisa ngangguk patuh, bunda keluar kamar dan ninggalin gua sendiri dengan kegelisaan.

Kenapa gua mimpi itu? Apa Ratu mau kasih gua petunjuk? Kan biasanya kalo di novel-novel gitu. Tapi.. Ratu menjatuhkan dirinya sendiri, apa iya dia emang sengaja mengakhiri hidupnya sendiri? Atau mimpi ini hanya halusinasi gua? Karena gua terlalu memikirkan Ratu? Atau apa.. tolong otak gua gak bisa mikir. Terlalu banyak kemungkinan-kemungkinan yang ada dipikiran gua.

Rahasia Rosse (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя