Bab 29

351 24 13
                                    

Brakkk.. brakkk...

Brakkk....

Brakkk...

Samar-sama gua denger suara, gua masih sulit untuk buka mata dan lebih memilih mengabaikan suara itu.

Brakkkk...

Brakkk.. brakkk..

"ALPAAAA!! TOLONG AKU!"

Mendengar itu gua langsung bangun, gua noleh kiri kanan siapa yang panggil nama gua?

Brakkk.. Brakkss..

Sontak gua liat kearah pintu kaca balkon kaman gua, pintu itu terturup tirai dan bergerak-gerak seperti ada yang memaksa masuk ke kamar gua.

Brakk... brakk...

"ALPA TOLONGG!!!"

suara itu? Gua kenal banget suaranya. Gua langsung bangun dan hendak menyibakan tirai.

Sreeet..

"Rosse?" Ucap gua spontan. Mata gua melebar melihat Rosse yang terlihat tak berdaya.

Gadis itu tersenyum tipis, gua langsung memutar konci untuk membukakannya pintu.

Brakk..

Rosse langsung jatuh kepelukan gua. Gua sendiri bingung ada apa sebenarnya.

"To.. tolong aku." Lirihnya pelan.

Gua langsung gendong dia untuk ditidurkan ditempat tidur, bingung? Jelas, gua akan coba tanyakan nanti.

"Ayo minum dulu." Suruh gua dengan memberikannya segelas air, air yang memang selalu ada diatas nakas karena gua memang suka kebangun disaat tidur dan kehausan.

"Terimakasih." Ucapnya dengan nafas menggebu.

"Rebahan dulu, gua mau tutup pintu." Ucap gua dan bergegas balik mengunci pintu.

Selesai dengan kunci pintu, gua lirik kiri kanan lagi mencari keberadaan tiga hantu penghuni kamar gua. Kok mereka gak ada yah? Kemana? Ah bodoamat, itu gak penting.

Gua balik lagi ke si Rosse, dan mengambil duduk dipinggir ranjang menghadapnya.

"Lo kenapa?" Tanya gua the poin.

Rosse bersandar nyaman, ia masih memegangi gelas itu. Gua bisa liat dia lagi ketakutan, jelas banget tangan dia gemeteran pegang gelas itu.

"Aku, aku bodoh! Aku sudah bertindak gegabah." Katanya terbata.

Gua melongo, apa maksudnya?

"Maafkan aku sudah mengganggu tidurmu." Katanya lagi.

Gua tersenyum tipis. "Gapapa Ros, sans aja."

Rosse diam, gua natap dia. Penampilannya kusam, rambut panjangnya berantakan, bajunya kotor dan apa itu?

"Bibir lo berdarah?" Ucap gua spontan mengusap bibir Rosse.

Rose terkejut, dan bodohnya gua pun ikut terkejut. Sialan! Kenapa bibirnya begitu lembut dan kenyal.

"Maaf, gua... gak sengaja."

"Ah.. iyah, Tidak apa-apa."

Gua diam dan Rosse pun ikut diam. Kenapa gua harus terjebak dalam satu ruang bersama Rosse? Kemana para hantu itu? Kenapa sekarang jadi canggung?

"Jadi.. apa yang terjadi?" Tanya gua lagi.

Rosse natap gua, dia ganti posisi menjadi tegak serta kedua kaki yang bersila.

Rahasia Rosse (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang