Bab 33

333 20 11
                                    

"Kita dimana?" Tanya gua setelah turun dari atas loteng.

"Eh, lo enak banget ada tangga." Seru Bional.

Jumat cuma tersenyum miring. "Ikutin gua." Suruhnya.

"Mau kemana?" Tanya gua bodoh.

"Yah balik lah," jawab Bional ngegas.

"Eh, iyah.." ucap gua sambil garuk kepala yang tiba-tiba gatal. "Btw.. hidupin senter lo dong, gelap banget nih."

"Jangan!" Cegah Jumat cepat.

"Eh? Kenapa?" Tanya Bional yang hampir saja menyalahkan senternya.

"Eng.. pokoknya jangan, gua aja kesini gak pake penerangan apapun supaya tidak ada cahaya yang mencurigakan." Jelas Jumat yang gua pikir ada benernya juga.

"Yaudah ayo ikutin gua, kita kembali ketempat diawal gua masuk tadi." Ajaknya.

Gua sama Bional saling melempar tatapan, tanpa kata Bional mengikuti Jumat dan gua pun melakukan hal yang sama.

"Sebenarnya dimana kita?" Tanya gua penasaran.

"Kita ada didalam bangunan yang gua sebut bangunan neraka itu." Jawab Bional.

Gua melebarkan mata gak percaya, gua merapatkan diri pada Bional. Bagaimana pun gua gak boleh ketinggalan jejak.

Ruangan ini gelap, sangat gelap. Ini seperti ruangan tanpa ujung, bahkan gua gatau didepan sana ada apa.. entah kita berjalan kedepan atau kebelakang. Atau.. bisa saja disini bukan hanya ada gua, Jumat, dan Bional, bisa saja ada orang lain kan?

"Tembok mana sih tembok? Ini gak ada pegangan sama sekali njir kek orang buta gua!" Cerocos gua yang langsung mendapat injakan kaki dari Bional.

"Lo gausah bacod bisa gak?" Omelnya yang bisa gua liat mata dia melotot kearah gua.

Sadarkan akan situasi, gua langsung bungkam mulut gua.

Beberapa menit gua berjalan tanpa suara, makin kesini bau amis makin menyengat hidung gua. Gatau ruangan apa ini, nyatanya disini gelap dan gua gak bisa liat apa-apa selain samar-sama liat Bional ataupun Jumat yang sedang berjalan didepan sebagain pemimpin.

"Jangan gerak!" Ucap Jumat, sangat pelan tapi terdengar tegas.

Gua sama Bional spontan mengikuti ucapan Jumat.

"Tahan napas!" Suruhnya lagi.

"Kenapa?" Protes gua.

"Ikutin aja!"

Oke, gua narik nafas panjang dan menahannya. Gatau dengan Bional, bisa gua liat dia sibuk mengeluarkan sesuatu dalam tasnya.

Tak lama telihat samar-sama ada dua orang yang mulai medekat.

"Pakai ini." Bional menyerahkan sebuah plastik transparan besar ke gua dan Jumat.

"Untuk apa?" Tanya gua yang tanpa sadar bernapas kembali.

"Ada orang lain disini!"

Gua melotot mendengar ucapan itu, Bional langsung arahin gua untuk pakai plastik ini dikepala sama seperti Jumat dan Bional.

"Yah, abdi pun mencium sesuatu.. sangat segar.."

"Tapi mana? Mengapa baunya menghilang?"

"Entahlah, apakah ini aroma manusia itu? Manusia yang sangat diinginkan tuan raja?"

"Wah.. kalau begitu, menghirup aromanya saja kita sudah beruntung."

Rahasia Rosse (END)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum