57. 🔗 H-1 Salam Santuy 🔗

Start from the beginning
                                    

"Mah Papah minggu ini nggak pulang?"

Mamah yang semula sibuk dengan aktivitasnya jadi berhenti. Beliau tersenyum kecut lalu menggeleng pelan. "Enggak, kata papah jadwal kunjungan lagi padet banget."

"Mamah kalau mau selingkuh Abi ijinin."

Mamah refleks melotot. "Heh ngadi-ngadi ah!"

Al tertawa sejenak, niatnya hanya bercanda. Mana mungkin dia rela punya papah dua, satu aja ribet. Hubungan Al dengan papahnya memang tidak terlalu dekat, karena beliau selalu sibuk dinas di luar kota bahkan luar jawa.

Itulah mengapa Al sempat menolak permintaan sang papah jika setelah lulus dari SMANBHAK akan masuk sekolah kedinasan. Tapi dia bisa apa, papah orang yang tegas dalam mendidik anaknya. Terlebih jika sang mamah yang harus memohon kepadanya untuk menuruti kemauan sang papah.

Sekali lagi, semua orang di luaran sana tidak tahu jika takdir tuhan tidak adil untuknya. Al juga mau terbang bebas setinggi mungkin sesuai ekspetasinya.

Karena asik melamun, tanpa sadar Mamah hampir selesai membuat pie susu. Tinggal memberi topping dan memasukkan ke oven.

"Mah..."

Mamah menoleh sebentar. "Apa hm?"

"Kalau aku ambil sekolah kedinasan pasti setelah lulus aku bakal jauh sama keluarga. Mamah rela?"

Mamah menahan napasnya sebentar, ada rasa sesak di dadanya ketika mendapat lontaran pertanyaan dari putra kecilnya itu. "Rela nggak rela harus rela kan, demi masa depan kamu.

Al menggeleng. "Bukan demi masa depan aku, tapi demi kemauan papah."

"Abi...," mohon Mamah memperingati. "Sebelumnya kan udah dibahas nantinya gimana."

"Kenapa harus aku?"

"Bang Naufal aja bebas mau pilih apa," lanjutnya dengan tatapan sendu.

Merasa ada yang tidak beres. Buru-buru Mamah menaruh ipronnya lalu menghampiri sang putra yang tengah menatapnya. Sakit memang, melihat anaknya sendiri tidak berdaya seperti ini. Dan merasa baik-baik saja di depan semua orang.

"Sayang..."

Mamah memeluk badan kekar milik Al, menyalurkan rasa semangat kepadanya. Agar tidak goyah lagi. "Papah pasti mau yang terbaik buat anaknya kan..."

"Bohong."

Buliran air mata jatuh begitu saja di pipi mulus milik Mamah, tak kuasa menahan tangisnya. Beliau menumpahkannya dengan perasaan yang campur aduk.

Beliau juga sakit, melihat anaknya harus berpura-pura bahagia seperti ini. Adilkah tuhan?









🚀🚀🚀🚀🚀













"Bang ambilin telor lagi!"

"Cendok bukan kuas masker Bang!"

"Buruan Bang!"

Riko mengacak rambutnya frustasi, alih-alih mau bersantai di hari minggu yang cerah ini gagal total. Karena ulah Nisnus dengan gaya selebgram mau bikin ala-ala a day in my life di channel youtubenya. Berakhirlah Riko yang menjadi budak tukang suruh alias babu hari ini.

BIMTA [COMPLETED✓]Where stories live. Discover now