Tips Memahami Intelek dalam Diri Sendiri

14 3 0
                                    

(Materi)

Honestly, saya bukan orang yang cerdas. Saya pun tidak tahu kecerdasan apa yang saya miliki. Terlebih saya cenderung tak acuh dan enggan mengkritisi setiap masalah yang ada. Terlebih saya memilih untuk membiarkan suatu masalah itu hingga selesai dengan sendirinya. Dan saya bukan seseorang yang pandai memotivasi, terbukti pada segala hal yang saya lakukan untuk menghadapi masalah dengan hanya membiarkannya saja.

Salah, memang. Sebab dari saya sendiri pun tidak ada usaha untuk mencari jalan keluar. Saya terlalu membiarkan semesta bekerja tanpa mau mencampuri urusannya. Sudah. Rasanya tak ingin terlalu lelah pada hal yang baiknya kita serahkan pada semesta. Tapi akhirnya ada beberapa pertanyaan yang berhasil membuat saya mau bergerak dan sedikit demi sedikit mengambil peran yang telah semesta sediakan untuk diri yang enggan ini.

Bagaimana kita akan berkembang, jika kita hanya berdiam diri saja dan tidak mengambil peran apapun dalam jalan hidup kita sendiri?

Sudah tentu kita tidak akan berkembang. Kita tidak akan pernah memiliki momen yang membuat kita tumbuh. Kita akan terus terjebak dan tidak akan pernah tahu keistimewaan apa yang ada dalam diri sendiri. Bahkan lebih nahas lagi, kita tidak akan pernah menjadi apapun, sebab peran yang sebaiknya kita jalani justru terambil alih oleh orang lain. Mimpi-mimpi yang telah sekian lama kita rencanakan pun hanya menjadi seonggok wacana tanpa kisah nyata. Cita-cita yang telah sekian lama kita idamkan untuk bisa menjadi wujud nyata, justru dipeluk erat oleh orang lain yang tak pernah kita hendaki. Dan kita, hanya mampu menggigit jari tanpa mampu berpikir untuk melangkah lagi.

Bagaimana kita bisa menikmati jalan yang telah semesta sediakan dan sudah semestinya kita tempuh?

Semesta tidak akan pernah memberi bahagianya pada orang-orang yang hanya berdiam diri. Semesta tidak akan pernah merubah segala ketidaksempurnaan, jika tidak diperjuangkan. Semesta tidak akan pernah menjadi semesti yang kita inginkan, jika segala hal yang kita lakukan penuh kata tapi.

Bagaimana kita bisa merasakan segala sesuatu yang telah semesta porsikan pada kita, jika lagi dan lagi segalanya kita terlalu berserah pada semesta?

Dan ini, menjadi yang paling sering kita lakukan. Tak jarang kita enggan untuk mencecap pahit yang sebenarnya justru mengenalkan kita pada manis. Lantas berakhir pada kata-kata penuh protes yang kita tujukan langsung pada semesta. Bertanya-tanya, memangnya tidak ada makhluk lain kah untuk mengalami hal pahit semacam ini? Padahal sebaiknya kita sadari, bahwa segala yang hidup di semesta nan fana ini pasti memiliki sisi pahitnya masing-masing sesuai porsi yang telah semesta tetapkan kepada kita.

Jadi kesimpulannya jangan takut untuk mencoba dengan berani keluar dari zona nyaman yang menjebak, jangan banyak kata tapi ketika hendak memutuskan jalan mana dan seperti apa yang ingin kita tempuh, dan terakhir jangan terlalu berserah sebelum kita benar-benar dipanggil untuk pulang. Sebab ada dua tempat kita untuk kembali, yaitu rumah dan rumah. Rumah untuk singgah melepas lelah, dan rumah untuk menjadi abadi atas segala serah.

(QnA)

Question:

Selamat malam, Kak Ananta. Izin mau bertanya, Kakak ada tips buat kita keluar dari zona nyaman dan nggak bakal balik lagi ke zona nyaman itu nggak, Kak? Dan tips untuk menjadi istri ka ananta seperti apa? Sekian terima kasih.☺

Answer:

Ada beberapa hal yang pernah saya lakukan untuk keluar dari zona nyaman.

Dan di sini kita sharing, ya. Karena siapa tau bisa menjadi acuan kamu untuk ke depannya.🙌

Saya orang yang sulit untuk menerima dorongan. Mau motivasi sekuat apapun dan dari ahli mana pun, saya justru menganggap bahwa omongan mereka hanya angin lalu. Kenapa? Sebab yang saya yakini, motivasi paling ampuh itu ada di dalam diri sendiri. Dan tanpa kita sadari, motivator terhebat adalah diri sendiri, yang keberadaannya sering nggak kita haraukan.

Tips & Trik Tipis MenulisWhere stories live. Discover now