Respect Yourself by Appreciating Your Work

47 8 4
                                    

(Materi)

Baik, langsung saja tanpa mengulur banyak waktu di sini saya akan menyampaikan mengenai Respect Yourself by Appreciating Your Work, yang artinya menghargai dirimu sendiri dengan menghargai karyamu.

Kemungkinan besar pembahasannya akan menimbulkan kontroversi, karena di sini saya akan menyinggung beberapa tindakan tidak terpuji yang mungkin pernah kita semua perbuat. Honestly dan ya, saya pun pernah, sebelum akhirnya tersadar, musabab tidak mendapatkan apa yang saya butuhkan (bukan yang saya inginkan) dari tindakan tercela ini.

Oke, next!

"Bagaimana untuk bisa dihargai oleh orang lain, sedang diri sendiri pun tidak menghargai?"

Ya, pertanyaan yang cukup lumrah di kalangan kita. Tapi memang begitu adanya, bagaimana kita bisa dihargai oleh orang lain, sedang diri sendiri pun tidak menghargai? Termasuk saat kalian berkarya dan terkadang merasa bahwa karya kalian tidak berharga. Oh, itu salah besar jika kalian sampai beranggapan seperti itu. Karena pada dasarnya, semua karya itu berharga, saking berharganya sampai tidak memiliki "harga". Ingat, kata "harga" di akhir memiliki tanda kutip yang berarti memiliki makna yang sesungguhnya dan bukan kiasan.

Lalu bagaimana cara diri sendiri untuk menghargai karya yang sudah susah payah dibuat?

Sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai tindakan-tindakan seperti apa yang mencerminkan atau menunjukkan bahwa kita tidak menghargai diri sendiri.

Mohon maaf sebelumnya, karena di sini saya akan menyinggung beberapa perilaku haram yang untuk dilakukan oleh penulis terutama yang karyanya dimuat di sebuah platform baik berbayar ataupun tidak berbayar. Jadi beberapa tindakan tidak terpuji tersebut, seperti :

1. Feedback tidak bermutu.

Yang artinya, feedback ini sama sekali tidak menguntungkan penulis. Kenapa begitu? Menurut saya karena tidak membuat penulis bisa berkembang. Contoh pertama, saling bomvote, ya-oke, bisa nambahin jumlah vote yang kalian miliki, tapi bagaimana kalian akan berkembang menjadi penulis profesional jika tidak mendapatkan hal yang sebenarnya kalian butuhkan seperti halnya kritik dan saran? Di sisi lain saya pun yakin, pelaku yang sering melakukan tindakan seperti ini hanya sebatas menggulirkan layar ponselnya tanpa membaca tulisan yang jelas terpampang di depan matanya. Sebab di dalam benaknya beranggapan, "Yang penting udah kasih vote." Dan baginya, hanya menjadi penggugur kewajiban saja.

Oke, lanjut ke contoh yang kedua, yakni saling memberi komentar yang kurang bermutu dan justru malah spam. Dan ini pun sama sekali tidak dapat membantu penulis untuk berkembang. Mengapa? Sama seperti contoh pertama, yakni sebagai penggugur kewajiban. Buat beberapa individu hal ini merasa diuntungkan, karena anggapannya, "Ah, gapapa. Yang penting ada yang komen." Oh, harusnya gak seperti itu wahai kawan-kawanku.😌

Why, Nan? Karena dari situ dan andai kamu sadar, kalau kalian tidak menghargai karya yang kalian buat sendiri dengan susah payah. Meski lain halnya dengan karya yang dibuat dengan cara plagiat. Ah, jangan sampe, ya, kalian seperti ini.🙂

2. Melakukan plagiarism.

Lain halnya dengan teknik ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Terkait plagiarism, saya yakin, kalian pun sudah paham dan mungkin lebih paham dari yang telah saya pahami.

Buat kalian yang sering atau masih melakukan tindakan haram ini dalam berkarya. Tolong, ya. Ini mah tolong banget. Karena efeknya sangat merugikan diri sendiri, ya memang ... biarpun semua pihak juga dirugikan, terutama penulis aslinya. Jadi, sangat diharapkan untuk cepat-cepat insyaf sebelum hidayah memanggil. Karena kata Pak Ustadz hal yang paling pedih itu adalah saat seorang hamba mendapatkan teguran dari Tuhan. Belum lagi, dosa-dosa besar dari hasil plagiat. Ih, ngeri!😬

Tips & Trik Tipis MenulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang