***

8 tahun kemudian..

Delapan tahun bukanlah waktu yang singkat untuk dilalui. Namun bersama Genta, waktu terasa cepat berlalu. Pernah berpisah dan saling membohongi diri membuat mereka sadar akan pentingnya kejujuran dan kesetiaan. Butuh usaha tidak mudah bagi Genta untuk membuat Ane kembali percaya padanya. Hingga akhirnya waktu itu tiba, Ane kembali bertekuk lutut kepadanya, mempercayakan hatinya kembali pada Genta, dan menggantungkan masa depan seutuhnya pada sahabatnya itu.

Mengubah status dari yang semula sahabat menjadi suami bukan hal yang mudah bagi perempuan yang kini tengah hamil besar. Semula ia pikir akan mudah melaluinya dengan Genta. Namun ternyata salah, dinamika rumah tangga yang ia jalani tidak sama seperti yang lalu saat semua masih abu-abu. Menjalani kehidupan rumah tangga dengan Genta membuat Ane harus meredam egonya, termasuk mengubah cara pandangnya terhadap Genta yang semula adalah sahabat menjadi suami, kepala rumah tangga yang harus ia hormati.

Semua berjalan begitu lancar. Genta menjadi sosok yang tidak pernah Ane lihat sebelumnya. Genta banyak mengalami perubahan. Bahkan Ane baru mengetahui sisi lain sahabatnya ini setelah menjalani rumah tangga dengan Genta. Pria cuek yang egois itu menjadi pria penuh cinta yang bahkan tak pernah memikirkan bahagianya sendiri sebelum bahagia orang lain terpenuhi. Dalam sembilan tahun pernikahannya, Genta hampir tidak pernah marah selama delapan tahun belakangan. Hal tersebut cukup membuat Ane geram hingga kerap kali ia yang memunculkan masalah hingga kerikil-kerikil bermunculan. Bosan, katanya. Ane tidak suka dengan sesuatu yang flat. Ane butuh dinamika. Namun Genta tak pernah menciptakan dinamika itu, hingga akhirnya Ane yang kerap kali menciptakannya.

Family man adalah kata yang pantas disematkan pada Genta. Mencurahkan kasih sayang, materi, dan waktu sepenuhnya untuk keluarga. Ia dapat membagi waktu antara bekerja, kehidupan sosial, dan keluarganya. Bahagia untuk Genta saat ini bukan lagi datang dari segelas alkohol atau perempuan-perempuan cantik yang dahulu singgah dan pergi di hatinya. Bahagia untuk Genta saat ini adalah berkumpul dengan keluarga kecilnya, Ane, Gala, Gavy, dan dua jabang bayi yang masih berada dalam kandungan Ane.

Pagi yang cerah di hari Sabtu. Ane berjalan tertatih menaiki anak tangga dengan perut besarnya. Dibukanya pintu kayu warna putih itu dan dengan setengah berteriak, ia memanggil Genta.

"Genta, tolong bukain susu Gavy yang baru dong. Ada di rak paling atas. Sekalian buatin ya. Marsih lama banget ke pasar," perintah Ane dengan sebelah tangan yang memegangi pinggangnya untuk menopang badan. "Ini pada ngapain nih di sini?" lanjut Ane bertanya dengan raut wajah heran.

Pemandangan Sabtu pagi ini cukup aneh. Biasanya Gala dan Gavy akan menonton TV. Namun hari ini Gala tengah duduk di meja belajarnya dengan buku-buku yang terbuka lebar dan Genta yang hadir mendampingi. Sementara Gavy, bocah 4 tahun itu tengah bermain Barbie di atas karpet dengan sesekali berteriak-teriak.

"Mama!" teriak Gavy kemudian menghampiri Ane yang masih di ambang pintu. Anak perempuan itu kemudian mengalungkan tangannya untuk memeluk paha Ane. Sebelah tangan Ane kemudian mengelus rambut panjang Gavy.

"Lagi ngajarin Gala matematika. Gala kan Senin ulangan umum," jelas Genta. "Sebentar ya Gal, ada tugas dari ibu negara yang harus dilaksanakan segera," kata Genta pada Gala disusul dengan dirinya yang langsung melenggang keluar kamar. Anak laki-laki itu mengangguk paham kemudian melanjutkan menulis pada bukunya.

"Ada yang susah nggak?" tanya Ane menghampiri Gala dan duduk di sisinya.

"Nggak, gampang kok. Papa udah ngajarin. Aku udah jago," kata Gala bangga.

"Pintar. Gala rajin ya, Sabtu pagi udah belajar," komentar Ane.

"Iya. Kan kata Papa belajar jangan ditunda-tunda. Biar besok aku boleh main seharian. Boleh ke rumah Eyang Putri juga main PS," ujar Gala. Gala sangat dekat dengan orang tua Ane. Semenjak pindah ke rumah yang dekat dengan orang tua Ane, Gala dan Gavy sering kali menghabiskan akhir pekan di sana. Gala dan Gavy sangat dekat dengan Rinda. Apa yang tidak mereka dapat dari orang tuanya, Rinda dan Hardi dengan senang hati akan memberikan. Termasuk PlayStation yang hanya ada di rumah orang tua Ane sejak Genta menaruhnya ke sana agar tidak sering dipakai bermain anak-anaknya.

The Only Exception [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant