"Ta, tadi kenapa Kak Gibran panggil kamu? Emang ada apa, ya?" tanya Sherin.

"Gue cerita nanti aja ya, Rin. Di sini rame." Arinta menoleh ke arah sekelilingnya.

"Oh, oke deh." Terdengar helaan napas Sherin.

-----

Saat ini, Sherin berjalan menuju ruang persiapan tampil. Malam ini, ia tampak sangat cantik dengan balutan dress pemberian Gibran. Walaupun dengan polesan make up tipis, wajahnya seakan bersinar. Bahkan langkahnya dari kelas menuju ruang persiapan, ia menjadi pusat perhatian, khususnya para siswa-siswa.

"Cantik banget lo, Al," celetuk Rizal yang tiba-tiba berada di samping Sherin.

"Makasih, Zal."

"Sama-sama, Al. Oh, ya, nanti gue bakalan duduk di depan buat nonton lo tampil."

"Di depan ada guru, Rizal. Eh, tapi mending jangan nonton, deh. Aku malu."

"Gue yakin lo bakalan tampil memukau, tapi sayang lawan duet lo bukan gue."

"Ya sudah, nanti kapan-kapan kita duet, gimana?" usul Sherin.

"Ayolah, segera rencanakan." Rizal mencubit hidung Sherin.

Tanpa sadar mereka telah berada di depan ruang persiapan, yang tak lain adalah Aula SMA Dharmawangsa. Sherin masuk ke dalam, sementara Rizal pergi menuju panggung pentas.

Pandangan Sherin menyebar ke seluruh penjuru ruangan, mencari keberadaan Gibran, dan ternyata ia justru dikagetkan oleh keberadaan Gibran di belakangnya.

Setelan jas berwarna hitam, dengan tatanan rambut yang rapi  membuat Sherin menganga menatap betapa tampannya Gibran. Bahkan ia sampai meneguk ludahnya sendiri. Tangannya tanpa sadar meremas dress-nya. Tak hanya ia yang kagum akan Gibran, semua yang ada di dalam ruangan ikut memuji Gibran.

"Kak Gibran, aku nggak kuat," ujar Sherin sambil geleng-geleng kepala.

"Anda sakit?" Gibran menempelkan tangannya pada dahi Sherin.

"Aku nggak kuat lihat Kak Gibran malam ini."

"Kenapa dengan saya? Ada yang salah?" tanya Gibran.

"Pake nanya lagi. Kak Gibran itu ganteng banget! Beneran deh, aku jadi nggak siap buat tampil nanti."

"Saya yakin Anda bisa, jangan patah semangat. Sebentar lagi kita tampil dan Anda juga sangat cantik di mata saya." Gibran mengelus rambut Sherin, membuat Sherin terdiam di tempat.

Jika tidak sedang ramai, mungkin Sherin akan berteriak saat ini juga. Namun, karena banyaknya pasang mata yang memperhatikannya. Ia urungkan niatnya itu.

"Kak Gibran tanggung jawab, aku baper nih!" Sherin mengentakkan kakinya di depan Gibran.

"Sudahlah, kita sudah dipanggil." Gibran mengalihkan pembicaraan Sherin. Walau memang benar jika mereka berdua sudah dipanggil untuk segera tampil sebagai pensi penutupan.

Mereka berdua sudah berdiri di depan panggung, memperkenalkan dirinya masing-masing. Teriakan gemuruh mulai terdengar di telinga. Banyak sekali yang meneriaki nama Gibran dan Sherin.

"Baiklah ... selamat menikmati penampilan kami berdua, yang akan menampilkan sebuah lagu ciptaan Kak Gibran. Berjudul Feelings, hopes and dreams."

Gibran duduk di kursi yang telah disediakan, lalu mulai menciptakan nada-nada yang indah dari petikan gitarnya. Sementara Sherin, ia mulai mengeluarkan suara halusnya. Hal itu berhasil membuat seluruh penonton hanyut, dari yang awalnya saling berteriak. Kini senyap tatkala mereka berhasil merasakan isi lagu tersebut.

Begitu lagu selesai dinyanyikan, terdengar tepukan tangan yang meriah. Di tambah petasan yang dinyalakan, membuat suasana malam ini sangat indah dan memorable.

"Terima kasih semua!" pekik Sherin dengan mic yang masih di tangannya. Kemudian ia turun setelah Gibran.

Sherin mengedarkan pandangannya ke sekeliling, ia melihat Arinta yang berjalan ke arah luar. Alhasil ia berinisiatif untuk mengikutinya.

Arinta terlihat celingukan di sana, seperti mencari keberadaan seseorang. Beberapa menit kemudian, seorang cowok yang baru saja tampil bersama Sherin menghampirinya.

Kak Gibran? batin Sherin dari kejauhan.

Sherin melihat dengan jelas, jika Gibran menyerahkan kotak kecil berwarna merah pada Arinta. Ia yakin itu sebuah perhiasan, tetapi sayangnya ia tak mendengar percakapan mereka berdua.

Namun, tiba-tiba saat Gibran berjalan kembali ke area sekolah. Sebuah truk datang dari arah belakang Arinta.

.
.

Jangan lupa Vote dan Coment ya 😍

Sekian dan Terima Kasih.

Sampai ketemu di BAB 25

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Salam sayang
Azka.

Formal Boy (END) Where stories live. Discover now