"Sembarangan lo kalau ngomong! Gini-gini gue udah move on kali."

Sherin yang sedari tadi diam lantas membuka suara di tengah perdebatan kedua kakak kelas di depannya.

"Ekhem! Kak Deni, Kak Reza ... aku ke kelas dulu, ya. Permisi," ujar Sherin lalu berlari menuju kelasnya.

"Tuh kan, Rez. Gara-gara lo Sherin malah kabur."

"Baguslah." Reza mengedikkan bahunya acuh kemudian pergi meninggalkan Deni.

-----

Saat ini, Gibran tengah berada di perpustakaan. Ia mengambil buku sastra lalu membacanya, tetapi pikirannya masih terpaku pada kejadian tadi di UKS. Tak bisa dipungkiri, begitu berdekatan dengan Arinta. Ada sesuatu yang mengganjal hatinya, ia merasa nyaman saat berada di dekatnya. Apa mungkin ini yang dinamakan cinta.

Selama 17 tahun ini, Gibran tak pernah merasakan yang namanya cinta kecuali dengan keluarganya sendiri. Bahkan ia belum terpikirkan untuk memiliki seorang kekasih, layaknya teman-teman lainnya.

"Apa mungkin saya jatuh cinta?" gumam Gibran yang terdengar oleh seseorang di belakangnya.

"Jatuh cinta sama siapa lo, Gib?" celetuk Reza yang tidak sengaja mendengar gumaman Gibran.

"Sama keluarga saya," elak Gibran.

"Ternyata lo jago juga ngalihin pembicaraan."

"Saya tidak ada waktu untuk berbincang dengan Anda. Permisi!" Gibran meletakkan kembali buku sastra yang ia baca sekilas tadi, lantas bangkit meninggalkan Reza.

Tujuan Gibran beralih adalah ruang OSIS, padahal niatnya masih ingin berada di perpustakaan. Karena merasa gerah ia lantas melonggarkan dasinya. Langkahnya yang panjang, membuat ia kini sudah berdiri di depan ruang OSIS yang ternyata sedang ada pembagian id card panitia untuk HUT nanti.

"Nih, Gib! Punya lo," ujar Tasya.

"Terima kasih." Gibran menerima id card itu. Lantas memasukkannya di saku celana.

Semua anggota OSIS seketika terdiam, menyimak Ricki menyampaikan beberapa hal. Besok adalah gladi bersih untuk HUT sekolah yang akan dilaksanakan lusa.

"Ada yang ingin ditanyakan?" tanya Ricki.

Semua tampak terdiam, sepertinya penjelasan Ricki tadi sudah cukup membuat mereka paham. Rapat dadakan dibubarkan, semua orang keluar dari ruangan, tetapi saat Gibran hendak bangkit dari duduknya, Tasya justru menahannya.

"Sampai mana lo latihan sama Sherin?" tanya Tasya.

"Sekali," jawab Gibran singkat.

"Yakin? Apa puas itu, hah? Gue denger-denger juga lo ciptain lagu sendiri. Emang bisa, ya?"

"Terserah saya, karena dari awal saya tidak terlalu minat mengikutinya."

Tasya melipat kedua tangannya tepat di atas dada. "Ck! Lo tunggu sini bentar, gue mau panggil Sherin ke sini."

Gibran menarik tangan Tasya. "Tidak perlu, saya yang akan ke kelasnya."

Gibran merasa deja vu, ia pernah mengatakan hal yang sama seperti tadi. Namun, bedanya ia mengatakan hal itu pada Nadia sebelumnya.

Tak mau terlalu memikirkan hal itu, Gibran segera beranjak menuju kelas Sherin, tetapi ternyata Sherin tidak ada di kelasnya.

"Anda tahu di mana Sherin?" tanya Gibran pada Rizal.

"Gue nggak tahu, cari aja sendiri."

Rizal memang benar-benar berkata kebenarannya. Terakhir yang ia tahu, Sherin masih di UKS bersama dengan Arinta.

"Kenapa Kak Gibran cari dia?"

"Bukan urusan Anda!" Gibran pergi setelahnya.

Ingin rasanya Rizal menyumpah serapah kakak kelasnya itu, bahkan memukulnya, tetapi ia urungkan kala mengingat targetnya adalah orang yang dicintai Sherin. Bisa-bisa Sherin menjauhinya nanti.

Di sisi lain, Sherin semakin penasaran dengan keakraban Gibran dan Arinta tadi di UKS. Apa mungkin Arinta menyembunyikan sesuatu darinya? Jika benar, apa alasan dari semua itu.

Sherin berjalan sambil menunduk, ia tak sengaja menabrak seseorang. Saat ia mendongak, wajah Gibran lah yang terpampang di depannya.

"Bisa ikut saya sebentar?" tanya Gibran.

"Mau ke mana, Kak?"

"Kita lanjut latihan yang kemarin."

"Kayaknya nggak perlu deh, Kak. Kemarin sudah cukup kok, aku juga sudah hafal semua. Jadi, maaf ya, Kak. Aku mau ke UKS dulu." Sherin segera berlari meninggalkan Gibran.

"Aneh," gumam Gibran saat Sherin sudah menjauh.

.
.

Bonus pict Id card Gibran :

Jangan lupa Vote dan Coment ya 😍

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa Vote dan Coment ya 😍

Sekian dan Terima Kasih.

Sampai ketemu di BAB 23.

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Salam sayang
Azka.




Formal Boy (END) Where stories live. Discover now