Bab 19

15 7 2
                                    

Sebuah akhir yang belum sepenuhnya berakhir

___

Setelah beberapa minggu menjadi seseorang yang pendiam, akhirnya sekarang Ilham yang dulu kembali. Ia sudah pulih dari sakit hatinya, ia sudah merelakan dan tidak lagi mencari-cari Lusi. Bahkan, nomor dan sosial medianya Ilham block. Meskipun itu terlihat menjijikan, namun itu usahanya.

"Mantap nih. Good boy kita sudah kembali," sapa Beni kala melihat Ilham berjalan masuk ke Wargan. Ilham tersenyum membalas sapaan dari Beni.

"Mau cari yang baru enggak nih Ham? Gue ada mangsa nih," ujar Fadlan bercanda dan langsung dijawab gelengan oleh Ilham.

"Jangan cari yang baru, yang ada aja. Desi misal," ujar Brandon dengan enteng dan menyesap sebatang rokok. Membuat Ilham mengerutkan dahinya bingung. Tidak seperti biasanya Brandon seperti ini. Beni yang melihat Brandon menjodoh – jodohkan Desi dengan Ilham menatap tajam sang pelaku.

"Kenapa lari lo selalu Desi mulu," ujar Ilham dengan raut wajah bingung

"Ham." Sapaan itu mengalihkan perhatian semua para cowok yang ada di Wargan. Apalagi suara itu terdengar dengan nada perempuan. Dan sapaan itu juga menghentikan Brandon yang akan menjelaskan sesuatu hal pada Ilham.

"Gue mau ngomong sama lo," sambungnya membuat semua yang berada disana langsung tertuju pada Ilham yang ditunjuk oleh dagu si perempuan itu. Ilham mengalihkan pandangannya ke arah jendela yang ada dihadapannya. Menghindari tatapan yang selalu membuatnya jatuh. "Ngom—."

"Tapi gak disini," potong Lusi kala Ilham berucap. Pandangan Ilham langsung tertuju kembali pada Lusi. Suara yang perempuan itu Lusi. Gadis yang sedang Ilham hindari keberadaannya. "Ngomong mah ngomong aja atuh," ujar Brandon ketus.

"Please Ham. Gue butuh lo," ucap Lusi menghiraukan omongan Brandon. Ilham menatap teman-temannya memberi kode. Teman-temannya yang paham akan itu, menggelengkan kepalanya pelan. Kembali, Ilham menatap mata Lusi, terdapat sebuah harapan didalamnya.

Ilham menghela napasnya dan bangkit dari kursinya. "Oke. Dimana?" tanya Ilham dan itu langsung mendapatkan tatapan protes dari para teman-temannya. Tanpa sadar bibir Lusi melengkung ke atas, senang. "Taman sekolah," ucap Lusi serta menarik pelan tangan Ilham. Dengan pasrah Ilham pun mengikuti Lusi.

"Silahkan," ujar Ilham kala sampai di taman dan Lusi masih diam membisu. "Kalau masih diam – diaman gini, gue balik," sambung Ilham serta berdiri di kursi.

"Jangan!" cegah Lusi serta menarik tangan Ilham agar duduk kembali. "Bentar dulu, gue lagi nyusun kata-katanya," sambung Lusi dengan cemberut. Dan hal itu membuat bibir Ilham tanpa sadar naik ke atas.

Sial, ngapa jadi gini sih, batin Ilham.

Hatinya kembali berdetub kencang, sama seperti pertama kali ia bertemu dengan Lusi. "Jangan dipotong dulu, kalau gue ngomong," ucap Lusi dan diangguki oleh Ilham.

"Lusi!" Mereka—Lusi dan Ilham menengok ke sumber suara yang menampilkan sesosok laki-laki yang berperawakan tinggi. Laki-laki itu menghampiri Lusi dan Ilham, ralat lebih tepatnya hanya Lusi. "Ngapain lo ke sini?" tanya Lusi sinis.

Laki-laki itu menghela napasnya serta menunduk. "Gue minta maaf," ucapnya lirih.

Ilham hanya diam melihat keduanya. Matanya terus menatap Lusi dan Dirga bergantian. "Please Lus. Maafin gue," ucap Dirga lagi. Lusi diam. Kepalanya menoleh ke arah Ilham dengan harap Ilham membantunya mengusir Dirga. Namun, yang Lusi tangkap Ilham hanya diam, seperti tidak mau ikut campur. "Iya. Gue maafin," ujar Lusi serta menatap Dirga.

Wajah Dirga yang semula menunduk, kini terangkat dan langsung memeluk Lusi yang berada dihadapannya tanpa basa – basi. Ilham memalingkan pandangannya ke arah lain, ia tidak mau hatinya tersakiti lagi.

Lusi membalas pelukan Dirga tanpa menghiraukan Ilham disekitarnya. "So, kita masih pacaran kan?" tanya Dirga dengan nada riang. Lusi menggelengkan kepalanya, bertanda ia tidak mau.

"Stop disini aja Ga," ujar Lusi serta melepaskan pelukan Dirga.

Dirga mengeritkan dahinya bingung. Lalu matanya menangkap Ilham yang sedari tadi diam melihat drama mereka. "Kenapa? Pasti gara-gara dia kan?" tanya Dirga serta maju hendak meninju Ilham, namun dengan buru-buru Lusi menghalangi Ilham.

"Bukan dia Ga," ujar Lusi.

"Heh! Liat sendiri dia ngebelain lo daripada gue," ujar Dirga membuat Ilham mengangkat satu alisnya.

"Lo pergi deh dari sini!" ujar Dirga dengan penuh perintah.Tanpa suara Ilham pun berjalan menghampiri pintu keluar. Namun, baru selangkahtangan Ilham ditarik oleh Lusi. Mata Ilham menatap Lusi, dan Lusi menggelengkankepalanya.

(I)Lusi (Selesai)Where stories live. Discover now