Bab 18

13 7 2
                                    

Membiarkan rasa cinta ini tumbuh meski tidak akan utuh.

___

"ADE! KAMU MAU BOLOS SEKOLAH?!" Teriakan yang menggelegar serta gedoran pintu membuat Ilham yang sedang bergelung dengan selimut itu meregut kesal. "ADE! BANGUN GAK KAMU!" Ilham dengan malas pun bangun dan berjalan sempoyongan ke arah pintu kamarnya.

"Kamu mau belajar jadi anak nakal ya?!," Semburan dan tarikan telinga, membuat Ilham yang semula mengantuk, kini matanya nampak melotot dan ringisan keluar dari mulutnya. "Mandi sana!" perintah sang Ibu dan diangguki oleh Ilham. Ilham pun langsung berlari ke arah kamar mandi.

Setelah berlama-lama bergelung dengan air yang sangat dingin, Ilham pun bergegas memakaikan seragamnya, sebab ia sudah telat tiga puluh menit. Ilham celingak celingukan saat matanya tidak melihat keluarganya, Ilham pun langsung menuju garasi guna mencari motor kesayangannya.

Ia pun melajukan motornya dengan santai. Sebenarnya Ilham sudah berniat untuk tidak bersekolah pada hari ini. "Bolos ke Wargan ajalah," monolog Ilham kala terdapat belokan ke arah Wargan.

"Gila! Lo bolos Ham?" tanya teman Ilham yang sekolahnya bertetanggaan dengan sekolahnya. Ilham tersenyum menanggapinya. "Nah! Gitu dong Ham. Keliatan lakinya kalau lo kayak gini," sambung temannya itu dan mendapat kekehan oleh Ilham.

"Bosen juga ternyata sekolah mulu," ujar Ilham serta duduk dikursi yang berada disebelah temannya itu.

"Lah, baru nyadar si masnya," balas temannya itu serta menyesap rokok yang berada diselipan jemarinya. "Ngomong-ngomong kenapa lo bolos?" tanya teman Ilham itu. Ilham diam tak menjawab.

"Lusi lagi ya," tebak teman Ilham itu dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Ilham. "Selow atuh Ham. Gue kan cuma nebak," canda temannya itu.

"Keliatan banget ya gue galau nya?" tanya Ilham dan langsung mendapatkan senyuman tipis dari temannya itu.

"Ya, gimana ya. Kan gue kenal lo udah lama, jadi kentara banget sih," jawab temannya itu.

"Enak banget lo disini, adem ayem. Lah, gue kepala gue udah ngebul nih," cerocos Beni dengan raut wajah yang bisa dibilang frustasi. Ilham yang sedang melamun pun tersadar dan menampilkan raut bingung. "So soan bingung lo! Tadi ulangan harian matematika tolol!" umpat Beni dengan gemas.

"Kampret banget punya teman kayak gini," umpat Beni lagi kala Ilham merespon dengan anggukan saja. Dan langsung pergi melenggang masuk kedalam Wargan

"Gila lo Ham. Mau bikin kita mati konyol ya?" cerocos Brandon dengan menggelengkan kepalanya pusing. "Ngapa pake bolos segala sih Ham. Gue kan enggak bisa nyontek, selain ke lo." Setelah mengucapkan kesusahannya, Brandon pun pergi masuk kedalam Wargan. Ilham menggelengkan kepalanya, melihat tingkah kedua sahabatnya yang terlihat depresi.

"Masuk Ham. Dari tadi ngelamun mulu. Have fun dong. Cewek mah masih banyak," ujar teman Ilham yang sedari tadi menemani Ilham. Ilham menganggukan kepalanya dan tersenyum. "Duluan bro," pamit Ilham dan diangguki oleh temannya itu.

Ilham pun menghampiri Beni dan Brandon yang sedang memakan mie ayam, guna menghilangkan kestresannya. "Gimana rasanya mantap?" tanya Ilham serta duduk disebelah Brandon. Pertanyaan Ilham langsung mendapatkan pelototan Brandon dan Beni.

"Mantap pala lu. Kalau gue tahu dari awal lo bolos, malamnya gue belajar," protes Brandon serta memyeruput mienya. Ilham terkekeh geli. "Ya sorry. Tapi, emang gue niatnya mau bolos sih," ujar Ilham enteng serta menyeruput minumannya.

Ucapan Ilham enteng Ilham membuat Beni dan Brandon saling tatap bingung. "Tumben lo? Lagi ngindarin Lusi ya?" tebak Brandon. Ilham tersenyum menanggapi ucapan Brandon.

(I)Lusi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang