Bab 9

19 8 0
                                    

Langkah awal akan segera dimulai, semoga tidak mengecewakan diri.

___

Siang ini, mentari memancarkan cahaya terlalu berlebihan sehingga membuat para manusia kepanasan karena ulahnya. Salah satu korban dari hawa panas itu ialah kelas Ilham. Banyak yang membuka seragam dan menyisakan kaos bahkan sampai ada yang bertelanjang dada. Contohnya Beni.

"Gerah. Wargan yuk?" ajak Beni dengan kedua tangan menarik Brandon dan Ilham yang duduk dengan wajah basah oleh keringat. Pasalnya mereka baru saja selesai dihukum, karena lupa membawa baju olahraga. Dan entah kenapa, Ilham yang notabenenya good boy ini bisa-bisanya lupa membawa baju olahraga. Mereka pun bangkit dari duduknya dan berjalan santai menuju gerbang belakang sekolah guna cepat sampai di Wargan.

Sama seperti hari-hari biasanya, Wargan terlihat ramai apalagi ini waktunya istirahat. Waktu dimana semua para pelajar berbondong-bondong ke warung guna menuntaskan rasa lapar selama empat jam pelajaran.

"Habis dihukum ya?" tanya salah satu penghuni Wargan kepada Ilham. "Tumben lo dihukum Ham," sambungnya dengan nada bingung.

"Biasalah," jawab Ilham sekena dan langsung duduk disamping si petanya tadi.

"Biasalah apaan, orang pertama kali ini lo dihukum," ujar Beni serta membawa semangkuk mie rebus ditangannya.

"Si Fadlan mana?" tanya Ilham yang sedari tadi ia tak melihat sosok Fadlan.

"Kangen ya?" tanya seseorang yang berada dibelakang Ilham dengan refleks Ilham menoleh. "Najis sumpah," umpat Ilham dengan tampang jijik.

Fadlan terkekeh melihat raut wajah Ilham. "Kenapa lo nanyain gue?" ucap Fadlan dengan berjalan menuju kursi kosong. "Mau nanyain si Lusi ya?" tanyanya lagi. Dan ucapan terakhir Fadlan membuat Ilham langsung tersenyum tipis. "Ya, gue mau nanyain dia," ujar Ilham.

"Suka lo sama dia?" tanya Beni dengan mata yang tak lepas dari mienya. Ilham menggelengkan kepalanya tanda tak tahu. "Gue enggak tahu sih," ujar Ilham serta menggaruk kepalanya.

"Lo mau nanya tentang apa?" tanya Fadlan serta menyesap rokok yang terselip di jarinya.

"Dia punya pacar?" tanya Ilham dengan sedikit ragu-ragu.

Fadlan terdiam serta berpikir. "Kayaknya untuk pacar enggak. Tapi kalau yang ngedeketin dia banyak," ucap Fadlan.

"Gue pernah liat si Lusi tuh jalan sama ketos, terus pernah liat juga jalan sama ketua futsal sekolah tetangga," ujar Brandon yang baru gabung dengan membawa secangkir es teh. "Terus nih. Pas tadi malam gue liat dia makan bareng di salah satu cafe bareng sama cowok," sambung Brandon kala sudah duduk anteng disebelah Ilham.

"Playgril?" tanya Beni. Fadlan dan Brandon menggelengkan kepalanya, tidak tahu. "Kayaknya kalau jalan sama yang punya jabatan cuma sebatas formalitas kegiatan atau acara gitu," ucap Fadlan.

"Tapi, menurut gue enggak mungkin sebatas formalitas kayaknya, ada sedikit main-main. Mana mungkin si Lusi yang notabenenya cakep, gak punya cowok," ujar Brandon meluapkan pendapat.

"Tapi tenang aja. Dia baik kok," ujar Fadlan kala melihat raut wajah Ilham yang sedikit murung. Ilham menghela nafasnya gusar. "Menurut lo pada, gue harus gimana?" tanya Ilham.

"Kalau lo penasaran mah ya gas aja," ujar Brandon dan diangguki oleh Fadlan. Ilham mengangguk dan menengadahkan telapak tangannya ke hadapan Fadlan. "Ngapain?" tanya Fadlan dengan bingung.

"Ck. Minta nomor ponselnya," ujar Ilham dan langsung mendapat teriakan histeris dari semua temannya.

"Gila lo Ham. Perubahan yang sangat signifikan," ujar Beni dengan raut wajang senang.

"Gila! Ini Gila! Ini sangat luar biasa," ujar Fadlan dengan tak kalah heboh.

"Do'a gue tentang si Ilham terkabulkan juga," ujar teman Ilham yang memiliki wajah keturunan chinese.

"Apaan sih kalian. Heboh banget," ujar Ilham.

"Sumpah gue ikutan seneng, kalau lo beneran jadian sama dia," ujar Fadlan dan diangguki oleh para lelaki yang berada di Wargan. Dalam lubuk hatinya Ilham sedikit terharu melihat teman-temannya yang senantisa mendukungnya, meskipun kadang mereka selalu meminta sebuah imbalan.

Langkahawal akan segera dimulai, semoga tidak mengecewakan diri, batin Ilham serta memandang ke arah jendela luar dengan penuh harapandan angan – angan indah dalam benaknya. 

(I)Lusi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang