Pesahabatan yang dibangun Ane, Genta, dan Karen hancur lebur kala Karen-calon istri Genta-secara tiba-tiba membatalkan pernikahan saat persiapan sudah rampung 85%. Sakit hati Genta yang begitu mendalam serta kekecewaan Ane pada Karen, membuat trio s...
Karen menggelengkan kepalanya. "Ane bener-bener ubah kamu banget, Ta. Ini bukan kamu banget. Kamu bener-bener butuh Ane buat balik normal lagi," katanya.
"Gue butuh dia, Kar. Gue butuh dia banget. Tapi... tapi dia udah give up. Dia bahkan langsung ngomongin perpisahan kita di chat pertama dia setelah blokir gue," ujarku nelangsa.
Karen terdiam. Kulihat ia memandang lurus ke langit-langit ruang. "Apa yang bisa gue lakuin, Ta? Apa yang Ane lakuin dulu waktu kita batal nikah?" tanyanya.
"Kehadiran Ane, Kar. Gue bisa bangkit karena Ane."
"Apa gue nyusul Ane ke Bandung buat jelasin semuanya?"
"Nggak perlu. Gue bakal jelasin sendiri ke Ane pas dia ke sini. Anya sudah booking kamar untuk gue sama dia. Gue punya satu malam sama dia buat jelasin semuanya termasuk mengungkapkan perasaan gue ke dia sebelum dia benar-benar akhirin semuanya."
"Lo yakin Ane mau satu kamar sama lo? Man, Ane cinta sama lo. Meski dia udah happy dan bisa legawa, dia juga perempuan yang ogah sekamar dan intim sama orang yang baru saja nyakitin hatinya."
"Tenang, Kar. Gue yakin pasti ada momen gue bisa bicara sama Ane. Lo nggak perlu ikut campur apa-apa. Tapi gue butuh satu hal," kataku.
"Apa?" tanya Karen mengangkat sebelah alisnya.
"Mungkin kita nggak bakal bisa sedekat dulu. Akan ada jarak antara gue sama lo, meski gue dan Ane balik atau enggak," kataku pada akhirnya.
"Fine. Udah jadi konsekuensi gue kok sejak memutuskan pembatalan pernikahan kita. Dan emang nggak seharusnya juga kemarin gue mencoba masuk lagi di antara kalian. Jatuhnya gue makin menyakiti sahabat-sahabat gue. Yaah, at least gue bisa hadir atau jadi samsak lo, Ta, sampai hari di mana kalian bicara nanti. I'm fine kok jadi manusia seperti kupu-kupu yang terbang ke sana kemari tanpa sahabat. Gue udah terlatih saat sempat kehilangan kalian dulu," jawab Karen.
***
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
G.O.D.: Iya ne. Kamu apa kabar?
Aku mengernyit saat membaca balasan Genta. Andai kamu tahu Ta, kabarku tidak pernah sebaik hari ini saat akhirnya aku bisa memberanikan diri mengirimkan pesan untukmu. Butuh 2 bulan 29 hari untukku bisa menata hati kembali menjadi kuat dan mampu membuka blokir nomormu. Katakanlah aku pengecut. Tapi sungguh, berhadapan dengan Genta membuatku jadi pengecut. Bagaimana bisa seorang Ariadne kalah mempertahankan diri hingga menggunakan cara kekanakan, yakni memblokir seluruh kontak Genta dan juga hilang dari media sosial hanya karena satu pria brengsek yang sudah memorak-porandakan hatiku. Sudah seperti remaja akhir yang galau mengalami quarter life crisis. Bedanya, aku karena patah hati. Patah hati pertamaku dengan—mantan—sahabatku.
Kembali lagi pada balasan Genta. Sekuat tenaga aku mempertahankan diri untuk tidak masuk dalam pusaran pesona Genta. Aku sudah kalah. Aku tidak boleh larut dan terbawa arus lagi. Aku sudah belajar jatuh cinta, dan aku lolos. Kini aku harus memakai bekalku untuk mencari cinta yang tepat. Dan bukan Genta, yang hatinya milik Karen.