29 | Semata

4.5K 760 261
                                    

Agi


Sabtu, 1 September 2018

Kepada Gustina Rhapsody Tanaya, pagi ini aku akan berpanjang lebar; mungkin bicaraku yang paling lama selama kamu mengenal aku sepuluh tahun ke belakang.

Semua sepakat bahwa sepuluh tahun bukan waktu yang singkat.

Ada sejuta momen manis yang kita nikmati, ada juga sejuta rintangan yang kita terjang.

Ada sejuta kebersamaan yang kita hargai, ada juga sejuta bosan yang kita hadang.

Selama sepuluh tahun ini, rasanya aku tidak bisa memaknai suka cita lebih dalam lagi, pun tidak bisa lebih lapang dada menghadapi duka cita, semuanya karena kamu.

Sepuluh tahun ini aku tidak menyesal memilih kamu sepanjang waktu. Bertumbuh bersama, menyaksikan sisi terburuk satu sama lain, dan memutuskan untuk tetap percaya ada hari cerah setelah badai usai.

Sepuluh tahun ke belakang bukan sepuluh tahun paling mulus yang aku miliki. Bukan juga sepuluh tahun paling mudah yang aku jalani.

Tapi toh, jika aku bisa pergi ke awal satu dekade yang lalu, aku akan tetap memilih kamu. Aku akan bersuka rela menjalankannya kembali bersama kamu.

Bukan sepuluh tahun yang lurus-lurus saja. Melainkan sepuluh tahun yang aku syukuri apapun lika-likunya, apapun sandungannya, bagaimanapun terjalnya, bagaimanapun curamnya.

Rhapsody, terima kasih karena kamu yang paling pandai memantik sisi terbaikku, kamu yang paling ikhlas memaklumi sisi terburukku.

Kamu membuat aku termotivasi untuk memperbaiki diri, tapi di sisi lain kamu membuatku tegar menerima kekurangan diri.

Rhapsody, dari kamu aku belajar banyak hal. Aku sangat beruntung. Sayang aku jarang bilang padamu, karena aku malu.

Terima kasih atas semua yang kamu beri, kesabaranmu yang tidak terbatas, dan dukunganmu yang tanpa lelah menyokongku hingga sekarang. Terima kasih sudah menjadi temanku dalam segala situasi, Rhapsody.

Sepuluh tahun jelas sangat panjang, tapi sangat jauh dari cukup. Aku ingin sisa hidupku kuhabiskan bersama kamu. Untuk semua dekap hangat, selisih pendapat, kasih, benci, harapan, putus asa, gembira, kecewa, keberhasilan maupun kegagalan ke depannya; aku yakin aku akan tetap utuh, jika aku menjalaninya denganmu.

***

Aku menurunkan mic dari depan mulut, disambut tepuk tangan semarak. Selain keluarga dan kerabat, turut hadir Ista--sahabat terdekat Ody, tentunya acara ini turut diramaikan Yudhis, Marcell, dan Dewa .

Yudhis mengacungkan dua jempol, memberi validasi padaku yang susah payah menghapalkan kata demi kata. Aku mengedipkan sebelah mata, berterima kasih, karena Yudhis-lah sosok di balik pidato maha panjang yang aku kumandangkan barusan. Aku tidak romantis. Mana bisa aku merangkai kata-kata sedemikian manis.

Pagi ini adalah paginya aku dan Ody. Pertunangan dengan persiapan sangat kilat ini dilaksanakan di rumah Ody--yang didekorasi dengan dominasi warna abu-abu pucat, ornamen tembaga, lampu warna hangat, dipadu bunga serta daun berwarna cerah mencolok. Acara serba mendadak ini tidak akan terselenggara tanpa ketangkasan Event Organizer milik keluarga Marcell.

Last but not least, acara ini tidak mungkin berlangsung tentram tanpa peran Dewa--lagi-lagi dia. Lihatlah Dewa, sejak awal sibuk bermain dengan Coco dan Willy. Tadinya, peliharaan kesayangan Ody berlarian kesana kemari, melompat ke atas meja prasmanan, berkeliling riang di antara elemen dekorasi, barangkali terlampau gembira dengan suasana baru.

In Between In Between ✔️ | ODYSSEY vol. 1Where stories live. Discover now