52. 🔗 Little Surprise 🔗

Depuis le début
                                    

"Assala--------"

DOR DOR DOR!

"Happy Birthday Nisnus!"

Cewek itu diam terpaku di depan pintu. Semua tamu undangan malah semakin heboh tidak karuan sedari tadi.

Masih diam terpaku, hingga dia sadar kalau keluarga dan teman dekatnya telah berkumpul untuknya.

Nisnus speechless, sampai meneteskan air mata. Merasa gemas, dengan gagah Al menghampiri cewek itu lalu menuntunnya ke ruang tamu.

"Shuttt... udah jangan nangis, nanti tambah jelek lo."

Pelan tapi pasti Al mengusap pipi tirus Nisnus, refleks tamu undangan bersorak heboh.

"Dede meleleh bang," celetuk Dhika heboh sendiri.

"Yuk bisa yuk yang jomblo jadi supporter," teriak Cilla dari pojok sambil mencomot sate taichan.

Bang Riko datang lalu mengambil mic. "Guys harap tenang ya, acaranya mau dimulai nih. Buruan nempatin posisi, takutnya nggak kebagian nasi kotak."

Sontak semua tamu menyoraki Bang Riko, disaat situasi haru begini masih aja bertingkah absurd.

Disebelahnya, ada Teh Anin yang sengaja menyenggol lengan adiknya. "Buruan Rik mumpung Ayah lagi mode kalem," bisik Teh Anin.

Rentetan acara demi acara berjalan dengan lancar. Dari penyambutan sampai ke acara inti semua berjalan sesuai dengan rencana Al dan kawan-kawan.

Malam sudah larut, beberapa tamu undangan sudah pamit pulang. Hanya tersisa keluarga inti dan sahabat terdekat Nisnus di ruang tamu yang sedang bermain PS, sedangkan Karin dan kawan-kawan pastinya hanya menghabiskan stok makanan di rumah ini.









Motto mereka: Kalau ada yang gratis, kenapa nggak?











Sekarang Nisnus ada di dapur bersama Teh Anin membantu membuat kopi. "Teh?"

Teh Anin hanya menoleh. "Hm?"

Nisnus sempat mengurungkan niatnya untuk bertanya, tapi rasa penasarannya sudah memuncak tidak bisa dibendung lagi.

Dia membasahi bibir tipis pinknya itu lalu bergerak gelisah. Teh Anin yang menyadari itu menghela nafas kasar.


"Tanya aja, jangan takut Teteh nggak makan kamu kok."

"Dih nggak lucu ya," bantah Nisnus mengerucutkan bibirnya.

Detik selanjutnya, dia menoleh ke sekeliling dapur. Ternyata Ibu sudah selesai dengan kegiatan mencuci piringnya.

"Al bilang yang nyiapin ini semua orang rumah, berarti Ayah ikut juga?"

Teh Anin menghentikan acara meracik kopinya sejenak, dia tersenyum lalu mengangguk mantap. "Bahkan Ayah tuh yang paling exited sama acara ini, beliau cuma gede gengsi aja."

"Kayak kamu," lanjutnya membuat adik bontotnya itu memutar bola mata malas.

Nisnus masih memikirkan hal itu, dia menatap dinding langit untuk menjernihkan pikirannya saat ini. Lalu terbesit kata untuk di untaikan.

BIMTA [COMPLETED✓]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant