Note 29 [Reynaldy]

15.9K 3.4K 903
                                    

Emm kalau 300 komen bisa nggak ya kira-kira? Hihihi

Nanya doang kok😁

🐓

Setelah menyusuri jalan yang panjang, jam dua belas malam kita sampai di tempat tujuan. Saya sudah beberapa kali ke rumah Rey karena Zidan, jadi jangan heran jika saya tahu di mana kamarnya berada.

Rumah Rey besar, jauh lebih besar dibandingkan kandang saya. Warnanya putih gading dengan desain modern. Kamar Rey sendiri ada di lantai tiga dan jendelanya terbuka. Saya nggak tahu kenapa.

Di samping saya Ridan menyipitkan mata sambil mendongak. "Itu ya kamarnya?"

"Harus banget gitu datang malam-malam gini?"

Ridan mengangguk. "Saya nggak mau buang waktu lagi." Lalu menghilang dari hadapan saya. Dia ke kamar Rey saya tahu, tapi tidakkah dia berinisiatif menunggu saya terbang lebih dulu? Ini susah loh, ruangannya ada di lantai atas banget. Saya kudu punya tenaga banyak kalau mau sampai.

Benar seperti dugaan saya, ketika saya sudah masuk ke kamar Rey melalui jendelanya yang terbuka. Ridan sudah berdiri di samping Rey yang lagi tengkurap sambil nonton BTS di laptopnya. Namun bukan itu yang bikin saya tercengang, melainkan gadis hantu yang berada di sampingnya. Mereka belum menyadari kedatangan saya dan Ridan.

"Lo ke sini buat nyuruh gue straming BTS doang?"

"Iya mau gimana lagi, gue kan mau membantu Army juga. Lo kan udah jadi sahabat gue, masa disuruh gitu aja marah?"

Terdengar Rey menghela napas. "Iya udah nonton sendiri gue mau tidur!"

"Duduk di kasur lo boleh 'kan?"

"Terse...rah." Nada bicara Rey memelan saat dia menoleh dan menemukan Ridan berdiri di belakangnya. Ia mengerjap berkali-kali saat melihat saya di samping arwah itu. "Zidan?!"

Nada Rey yang tinggi membuat hantu cantik tadi ikutan menoleh, meski sedetik kemudian kembali fokus ke layar laptop. Agaknya dia memang tak peduli apa pun yang terjadi jika tidak berhubungan dengan oppanya itu.

"Hai, Rey." Ridan menyapa, Rey masih terkejut dengan mata terbelalak, bahkan nyaris limbung ketika menempelkan punggungnya di dinding.

"Gue udah liat roh lo di rumah sakit waktu itu, tapi sekarang lo udah sembuh kenapa masih berkeliaran kayak gini?!" Untuk pertama kalinya saya melihat Rey ketakutan sama makhluk halus, padahal biasanya dia nggak menunjukkan reaksi berlebihan kayak gitu. "Lo Zidan 'kan?!"

"Saya Ridan. Kembarannya. Salam kenal."

Rey kelu sambil memandang Ridan dengan ekspresi tak percaya. "Tapi Zidan nggak pernah bilang kalau dia punya kembaran."

"Iyain aja dah biar cepat, lo pada brisik banget gue lagi nonton BTS." Hantu perempuan tadi komplin, tapi kami nggak peduli sama sekali.

Sekarang Rey malah menatap saya. "Ini ayam ngapain dah di kamar gue?! Hus, hus pergi lo!"

Jahat amat nih anak.

"Jangan usir Justin, dia yang nunjukkin jalan buat saya." Ridan menghentikan kaki Rey yang ingin menendang saya keluar dari kamarnya.

Cowok itu menghela gusar lantas duduk di atas ranjang. Ia memandang Ridan penuh tanya. "Kok Zidan nggak pernah cerita kalau dia punya kembaran?"

"Mungkin menceritakan tentang saya membuat luka di hatinya semakin terbuka. Dia selalu merasa bersalah atas kepergian saya, padahal semua bukan salah Zidan. Mama sama Ayah juga menyalahkan dia, dia sering dipukuli sampai berdarah-darah. Meski sekarang orang tua kami udah terima kalau kematian saya bukan salah Zidan sama sekali. Dia nggak pernah mau saya pergi."

Rey mengangguk paham. Ekspresi datar yang setiap hari saya lihat mulai dia tunjukkan. Yang saya suka dari dia adalah, Rey tidak bertanya lebih banyak lagi tentang Ridan, ia merasa cukup dengan apa yang Ridan ceritakan. "Lantas kenapa lo nemuin gue?"

"Saya mau minta bantuan kamu."

"Kalau lo mau nyuruh gue streaming MV Black Pink, mending lo pergi."

Ridan berdecak, kemudian menilik saya. "Coba jelasin, yam. Lama-lama saya kesal sama dia."

"Dia nggak ngerti bahasa saya, bego."

Ridan menyerah dan kembali memandang Rey yang memasang wajah datar. "Saya mau kamu jadi penghubung antara saya dan Zidan. Dia nggak bisa lihat saya, kamu bisa sampaikan apa yang ingin saya katakan sama dia."

"Oke."

"Jadi kamu mau?"

"Gue emang baik dan udah sering bantu arwah kayak lo, tapi dengan satu syarat."

"Apa?" Ridan terlihat bersemangat dan sepertinya dia akan menerima semua syarat dari Rey.

"Kalau urusan lo udah selesai, langsung pulang. Jangan ganggu gue kayak yang ono noh." Rey menunjuk hantu cantik yang sedang asik dengan urusannya sendiri. "Apalagi sampe terjebak friendzone sama gue. Sumpah, gue nggak bakal bantu lo sampai kapan pun."

"Saya nggak homo. Dan kamu nggak seganteng itu buat memenuhi kriteria saya."

"Bagus. Kapan lo mau bicara sama kembaran lo?"

"Kapan kamu punya waktu." Ridan menunduk. "Kalau bisa secepat mungkin karena saya nggak mau buang waktu dan saya juga udah pengen banget bicara sama dia."

"Besok."

"Hah? Serius?"

Rey mengangguk. Sedangkan Ridan meloncat girang seperti anak kecil. Dia terharu, matanya berkilau indah. Melihatnya, ada rasa bahagia menelusup di hati saya.



[Bersambung]

Spamm emot ayam coba🐥🐥🐥🐥🐥🐥🐥🐥

Saya Ayam Saya Diam (Terbit)Where stories live. Discover now