Note 9 [Deja Vu]

14.6K 4.6K 1K
                                    

[Saya yakin kalian tahu cara menghargai saya yang sudah menulis

Tolong jangan siders apa pun yg trjdi

Salam ayam

-

Tau nggak, betina itu meresahkan. Susah sekali memahami mereka. Sukanya kode-kodean, dipikir saya anak pramuka apa bagaimana, sunggung membangongkan.

Seperti itulah yang Marpoah lakukan pada saya ketika saya ingin meminta maaf pada dia soal insiden pergelutan yang saya lakukan dengan Junaidi tempo hari. Dia terus saja menjawab 'terserah' untuk kalimat apa pun yang saya katakan.

"Mar, maafin aku ya, aku nggak sengaja. Si Junaidi aja tuh suka panas-panasin aku. Kamu tau kan aku suka banget sama kamu, jadi wajar dong kalau aku cemburu. Kamu ma--"

"Terserah!"

Lihat, saya bilang juga apa. Dia berlalu begitu saja setelah membari jawaban menyakitkan itu pada saya. Kenapa Marpoah, kenapa kamu selalu menghancurkan hati abang? Kamu tau, sesungguhnya pak Jokowi itu prisiden Republik Indonesia.

Eh salah server.

Saya berlalu mengejarnya yang kian menjauh. Lalu melesat ke depan untuk menghalangi langkahnya. Bidadari surgawi itu langsung memutar bola mata.

"Gue benci sama lo!" celetuknya. Oh Tuhan, untung hati ini buatanmu. Jika saja buatan Rusia, pasti sudah melebur menjadi tai sejak tadi. "Lo itu kasar!"

"Tapi ganteng 'kan?" Saya mengangkat alis sambil mengedipkan sebelah mata. Diam-diam membayangkan bagaimana ganteng wajah saya saat ini.

"Ganteng doang besok juga dipanggang!"

Saya menghela, membujuk Marpoah tak ubahnya seperti memindahkan menara Eifel ke Indonesia, nyaris mustahil. Dia terlalu dingin untuk saya yang hangat. Namun menyerah bukan gaya saya, wajah tampan ini membuat saya percaya diri jika saya akan menang dalam hal apa pun. Termasuk menaklukkan hati bidadari ini.

Lama menatap dia yang menyebarkan aura kebencian, saya semakin tak tahan, ada keinginan birahi yang mendorong saya untuk melangkah kian dekat. Marpoah kontan mundur, sedetik setelahnya mengambil ancang-ancang untuk berlari. Sayangnya semua tak berguna, karena tubuhnya yang mungil sudah lebih dulu saya terkam.

"Lepasin gue, Justin...!" pekikan Marpoah menggema, mencoba mengusir saya yang berada di atasnya. Sialan, erangannya membuat saya semakin tak tahan. "Justin lepasin, gue masih suci."

"Di--"

"SIALAN!"

Pergerakan saya terhenti, mata saya terbelalak ketika menoleh ke arah suara berasal. Junaidi berdiri di sana dengan wajah marah dan napas berderu. Seolah dia adalah singa kelaparan, dan saya hidangan yang siap dia santap kapan saja.

Saya menghela. Gagal sudah rencana saya memperkosa Marpoah. Padahal sedikit lagi juga masuk.

"Lo apain, Mar, hah?!" Dia mendekat, kemudian langsung menindih saya tanpa aba-aba, Marpoah yang melihat itu membelalakkan mata tak percaya. By the way, pemirsa, saya mau memperkosa kenapa malah diperkosa. "Jangan harap gue lepasin lo, anjing!"

"Saya ayam," koreksi saya.

"Ah iya, jangan harap gue lepasin lo, ayam!" Junaidi menginjak punggung saya sambil mematuk kepala saya hingga terluka. Sialan, kanapa perih sekali?!

"Jangan perkosa saya Junaidi, kalau mau belok jangan ke saya dong! Kamu buriq, bukan tipe saya!"

"Lo juga bukan tipe gue, semprul!" Dia mematuk kepala saya lagi. Kuku kakinya merobek beberapa bagian di kulit saya. Agaknya dia tidak akan membiarkan saya pergi apabila Marpoah tidak mendekat dan melerai.

"Stop, Jun!" Betina itu mendorong tubuh Junaidi yang menindih saya keras-keras. Napasnya berderu saat membantu saya berdiri. Seketika saya merasa deja vu. Bedanya, sekarang saya yang terluka, sedangkan Junaidi disalahkan oleh Marpoah atas luka-luka di sebagian titik tubuh saya.

"Dia mau apa-apain kamu, Mar! Masa kamu masih mau dekat-dekat sama dia?!" Junaidi nyolot saat Marpoah membantu saya berdiri. Sekarang giliran saya yang tersenyum sinus eh sinis ke arahnya. Emang enak dimarahin Marpoah. "Apaan lo, Njing--eh Yam?! Awas aja lo apa-apain Mar! Gue bunuh sampe mati lo!"

Alih-alih menghiraukan saya malah menggoyangkan pantat di depan wajahnya, sebelum kemudian menjauh bersama Marpoah yang menuntun jalan saya.

Terima kasih untuk lukanya, Junaidi. Akhirnya saya bisa bermanja dengan Marpoah.



Tbc

*maaf gengs ada sedikit perubahan.*

Maaf untuk ketidak nyamanannya, saya betul2 minta maaf😭

Saya Ayam Saya Diam (Terbit)Where stories live. Discover now