Note 20 [Darurat]

9.5K 3.2K 245
                                    

Pria bernama Radit itu benar-benar datang bersama putri kesayangannya. Di pintu Irsyad--ayahnya Zidan--tersentak kaget. Saya berdiri memandang apa yang mereka lakukan. Di sana Radit mendorong dada Irsyad.

"Di mana Zidan?!" tanya ayahnya Salsa sambil berteriak hebat, Salsa sendiri langsung berlari ke arah Zidan yang sudah pingsan. Saya yang menjadi penonton malah bingung harus menonton yang mana, Salsa uwu-uwuan atau adegan gelut ayahnya Salsa dan ayahnya Zidan. Ah, berhubung saya alergi yang uwu, mari fokus saja kepada dua pria itu.

"Urusi saja urusanmu, jangan campuri urusan keluarga saya!" Ayah Zidan berteriak tepat di depan wajah ayah Salsa. Mata keduanya beradu.

"Saya bisa laporkan kamu ke Polisi kalau kamu melakukan hal itu lagi ke anak kamu!"

"ANAK SAYA UDAH MENINGGAL, DIA YANG MEMBUNUHNYA!" Napas Irsyad berderu hebat. Sedangkan Radit berbalik dan menghampiri putrinya yang tengah memeluk Zidan. Mereka berdua terkejut saat ayahnya Zidan kembali berteriak. "PERGI KALIAN, BIARKAN DIA MATI MALAM INI!"

"DIA ANAK KAMU, IRSYAD!"

"SAYA NGGAK PEDULI!"

"AYAAAAH, ZIDAN MUNTAH DARAH!"

"DIA AKAN SEGERA MATI!"

"DIA DARAH DAGING KAMU! "

Suara teriakan-teriakan itu menggema memenuhi ruangan. Saya sampai bingung harus menoleh ke arah mana.

Sesaat kemudian pintu rumah terbuka, menampilkan Raina, ibu Zidan yang baru pulang kerja. Wajahnya tampak lelah dan berminyak, dia sempat bingung melihat Radit bertengkar dengan Irsyad. Namun sepertinya segala macam tanya di kepala Raina lenyap saat menemukan Zidan terkulai lemah di dekat undakan tangga bersama Salsa.

Wanita itu menghela, tanpa peduli apa pun lagi langsung menuju ke lantai dua. Tubuh Zidan yang tak berdaya dia langkahi begitu saja. Sebelum benar-benar menghilang, wanita sialan itu mengucapkan sebaris kalimat untuk Irsyad. "Nyawa harus dibayar nyawa, jadi biarkan saja dia mati."

Setelahnya saya melihat Ridan datang tiba-tiba menembus dinding. Dia menangis tersedu-sedu, mendekati Zidan dengan mata memerah.

"Zidan harus segera ditolong! Justin, tolong Zidan!" teriaknya pada saya karena di sini tidak ada yang bisa memahami dan melihatnya selain saya. "Dia sekarat, Just!"

Saya semakin kalut, lebih lagi saat melihat Zidan kembali mengeluarkan banyak darah dari mulutnya. Salsa langsung memeluk tubuh Zidan yang kejang, sedangkan Ridan menangis tanpa suara.

"AYAH UDAH BERTENGKARNYA! AYAH ZIDAN BUTUH PERTOLONGAN!" Salsa memekik, air mata bercucuran di pipinya. "AYAH KALAU ZIDAN MATI AKU BAKAL BUNUH DIRI, AYAH NGGAK BAKAL BISA LIHAT AKU SELAMANYA! AYAH AKU NGGAK BISA HIDUP KALAU ZIDAN NGGAK ADA!"

Hening.

Sampai akhirnya Radit beranjak mendekati Zidan, sayangnya baru dua langkah, Irsyad menahan tangannya. Sumpah demi apa pun, rasanya saya ingin membunuh Irsyad sekarang juga.

"JANGAN SENTUH DIA, BIARKAN BAJINGAN ITU MATI."

"AYAH!"

Tentu saja Radit memilih mendengarkan putrinya. Ketika Irsyad mencoba menahan lagi, saya malah melihat Ridan bangkit dari samping Zidan. Tangannya terkepal kuat, pipinya sebab. Lantas setelahnya, saya melihat wujud yang berbeda. Bukan Ridan yang tampan, melainkan wajah hancur penuh darah. Bajunya koyak sana sini. Ada luka besar di bagian kepalanya yang terlihat menjijikan. Matanya putih dan berdarah.

"Ayah... saya minta maaf." Lantas vas bunga di atas meja melayang dengan sendirinya, lalu terlempar dan pecah tepat pada dinding di belakang tubuh ayahnya.

"AYAH TOLONG ZIDAN!"

Radit tak peduli apa pun yang terjadi, ia mendekati Zidan dan mengangkat tubuh ringkih itu dalam gendongannya. Tuan saya mengejang seperti orang sesak napas, saya semakin takut, saya ingin ikut mereka ke rumah sakit, tapi Salsa dan ayahnya sudah lebih dulu berlari masuk ke dalam mobil.

Alhasil saya menetap di dalam rumah bersama Ridan yang berubah. Dia bukan hantu tampan, melainkan setan menyeramkan.

"MAAFKAN SAYA AYAH!"

Irsyad semakin bingung. Pria itu menoleh ke sana ke mari serupa orang gila. Saya curiga ia bisa mendengar suara Ridan.

"Siapa itu?!"

"YANG AKAN MEMBAWA ZIDAN PERGI!"


Tbc

Ridan marah gengs, siapa yg gak sabar nih sama kelanjutannya. Ayo dong spam next yg buuaaanyaaaakk bnget.

Mari berandai2. Jika cerita ini diterbitkan, maukah kalian memeluk versi bukunya?

Halu aja dulu😂😂😂😂

Saya Ayam Saya Diam (Terbit)Where stories live. Discover now