[Prolog]

136K 15.3K 12.9K
                                    

"I want you for always...days, years, eternities." - Franz Schubert

Menurut saya, bahagia itu sederhana, mungkin karena saya ayam kali ya, makanya kayak gini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Menurut saya, bahagia itu sederhana, mungkin karena saya ayam kali ya, makanya kayak gini. Menjadi bahagia itu nggak ribet, cukup syukuri aja apa yang saya punya, meski pun selalu disalahkan dalam segala hal. Memang dasar manusia itu suka playing victim, lempar batu sembunyi tangan. Masa tulisan jelek dibilang tulisan cakaran ayam. Makanya tangan cebok jangan dipakai buat nulis, sialan, saya selaku ayam menjadi emosi.

Tapi saya hanya ayam. Hanya bisa diam melihat keanehan manusia.

Sebelum saya bercerita lebih lanjut, saya ingin memperkenalkan diri. Nama saya Solihin, karena sekarang saya sudah dibeli orang lain, jadi nama saya berubah menjadi Justin. Bukan Justin Bieber ya, meski di dunia per-ayaman saya sama terkenalnya dengan penyanyi lagu baby itu. Maklum, saya menetas dengan ganteng, makanya populer. Nama saya adalah Justin Boker, sebab saya nggak sengaja berak di atas poster perempuan india milik Kenzo. Ah saya benci anak itu. Bisa-bisanya menggantung saya di pohon mangga padahal tai saya tergolong estetik dan langka.

Saya ayam blasteran Jerman dan Korea--jangan heran kalau saya tau soal BTS, mungkin saya satu-satunya ayam yang bisa menyanyikan lagu Ddaeng dalam bahasa ayam dengan fasih--Saya tampan dan macho, saya cukup sadar diri jika menyangkut fisik, saya ayam yang good looking dan fashionable, banyak betina yang mau sama saya. Maka itu saya tidak mempertanyakan alasan kenapa Zidan (tuan saya) mau menukar mobil sportnya demi saya.

Jika kalian bertanya apa puncak bahagia saya, maka saya jawab ketika Zidan mengadopsi saya menjadi ayamnya, dengan kata lain, dia juga membebaskan saya dari majikan saya yang lama. Dulu--ketika masih di tangan majikan lama--saya benar tersiksa, saya dipaksa beradu setiap waktu, membunuh lawan saya setiap ada kesempatan, tujuannya hanya karena dia ingin mendapat uang.

Saya menang. Dia senang. Dia dapat uang. Sedangkan saya hanya dikasih nasi basi yang selalu saya syukuri.

Bersama Zidan saya merasa lebih baik. Dia memperlakukan saya dengan baik, meski kadang kala saya mempertanyakan apakah otaknya ada. Zidan terlihat seperti orang tidak waras, terutama di depan teman-temannya, dia tertawa dan membuat orang tertawa, nyatanya dia menyimpan luka.

Saya sering melihat anak itu dipukuli. Setelah saya telusuri beberapa lama, saya tahu penyebabnya, mereka menyalahkan Zidan atas kematian saudara kembarnya. Iya, Zidan punya saudara kembar, namanya Ridan.

Hari ini sinar matahari cukup terik, silau, sayangnya matahari tidak cukup menarik perhatian saya dari cemerlang cahaya ayam betina tetangga sebelah.

Nama dia Marpoah, kami kenalan sebulan lalu. Saya menyukainya, tapi dia menyukai musuh saya. Sialan, dasar buta, saya lebih ganteng, anjing! Eh ayam!

Saya menjadi tertantang untuk mencairkan hatinya yang dingin seperti tai saya.

"Ekhem!" Saya berdeham dalam bahasa ayam. Dia tidak menoleh, sibuk mematuk tanah dengan bibir yang menjadi fantasi saya setiap belum tidur. Demi apa pun saya ingin mencium birai indah itu. "Kamu lagi ngapain?"

"Kayang." Lihat lah betapa ketusnya dia.

"Aku tanya baik-baik."

"Nggak usah aku-kamu-an. Gue nggak pacaran sama lo."

Dear manusia, apakah kalian tahu jika ayam juga bisa patah hati? Ternyata patah hati itu perih. Perih sekali.

Jangan percaya kalau Dahlan bilang rindu itu berat, karena masih ada patah hati yang lebih menyakitkan. Patah hati berat, perih, pedih, berdarah, bernanah dan penuh luka.

Marpoah menjauh, meninggalkan saya bersama keping hati yang pelan retak..

*Sepucuk Aksara*

Jangan pergi, sekali pun aku jauh.
Jangan jatuh sekali pun aku mati.
Karena apa pun situasinya, aku ingin kamu tetap ada. Kendati selamanya bukan milik kita. Kendati bahagia bukan jaminannya.

Hanya ditulis ketika gabut

Aceh, 26 Januari 2021

Saya Ayam Saya Diam (Terbit)Where stories live. Discover now