10. Mana Mungkin Berubah

Mulai dari awal
                                    

"Bar, lo tau kelab yang sering didatangin Kia kan?" tanya Sakha pada Barry. Temannya itu mengangguk. "Pancing Agra ke sana malam ini," ucap Sakha.

Nevan melihat Sakha senang. "Itu udah yang paling bener, Ka. Memang kita harus secepatnya buang cewek nggak bener itu dari hidup Agra."

"Gue tetep mau Agra yang liat sendiri. Bukan cuma dari omongan kita-kita."

"Siap," ucap Barry antusias.

"Nyokap gue lagi sakit, jadi gue nggak ikut keluar nanti malam. Pokoknya lo semua harus cegah Agra kalo tuh anak sampe hilang kontrol," ujar Sakha panjang.

"Beres itu, serahin aja ke kita," Jagad menjawab.

Sakha mengangguk. Melihat ke arah lapangan lagi. Memang sudah saatnya mengakhiri semua ini. Dia tidak ingin Agra jatuh terlalu dalam.

***

"Gra, lo ikut ke basecamp?" Jagad memulai pembicaraan. Mereka berada di parkiran, duduk di motor masing-masing.

Dan Agra sedang memakai jaket warna hitam keluaran terbaru dari brand milik keluarga besar Megantara. Kembaran sama Sakha, bedanya hanya di bagian leher jaket miliknya ada inisial A sedangkan Sakha berinisial S.

"Gue langsung pulang," ucap cowok itu. Membuat teman-temannya menatap heran, karena biasanya setelah pulang sekolah Agra tidak pernah langsung pulang ke rumah. Biasanya kalau tidak ke basecamp pasti ke rumah Sakha.

"Tumbenan lo?" celetuk Barry.

"Gue mau tidur siang."

Lagi, alasan Agra membuat yang lain jadi saling tatap. Kompak memberi isyarat tidak percaya. Termasuk Sakha yang menggeleng-gelengkan kepala. Mana pernah Agra tidur siang.

Tapi karena mereka sedang tidak peduli dengan alasan Agra itu. Jadi anggaplah sekarang mereka percaya kalau Agra akan tidur siang.

"Tapi nanti malam lo ikut kita keluar kan?" tanya Nevan.

Agra mengangguk. Nevan dan yang lain saling lirik. Rencana mereka akan sukses nanti malam.

***

Agra tidak pulang ke rumahnya, melainkan menghentikan motornya di garasi rumah Zeta.

Agra memang berbohong ketika mengatakan ingin tidur siang, karena tidak mungkin dia jujur kepada teman-temannya. Masa seorang Agra memilih tidak pergi nongkrong dengan anak Leander hanya karena penasaran kenapa Zeta tidak masuk sekolah. Harga dirinya bisa jatuh dan bahkan bisa diinjak-injak Nevan.

"Loh Agra, baru pulang sekolah ya?" ucap Eliza yang terkejut ketika salah satu pekerja di rumahnya melaporkan kalau anak dari temannya itu ada di ruang tamu.

Agra berdiri dari duduknya. Tersenyum kepada Eliza. 

"Iya Tante," jawabnya.

"Kenapa ke sini? Mau ketemu Zeta?"

Agra mengangguk.

"Zeta lagi tidur sekarang," ujar Eliza.

Agra tersenyum, mengangguk mengerti.

"Zeta nggak sekolah, kenapa ya, Tan?" tanya Agra.

"Demam dari semalam, cuma panas biasa tapi," seru Eliza. Dia tersenyum pada Agra.

Jika ibu Zeta tersenyum. Agra sebaliknya, ekspresi di wajahnya berubah ketika mendengar kondisi Zeta. Cewek itu demam kenapa. Perasaan kemarin malam baik-baik saja.

"Semalam baik-baik aja, Tan," ujar Agra.

Eliza mengangguk setuju. Tapi wajah yang masih cantik itu menjadi lebih serius. "Tante juga kurang paham, habis kamu pulang itu nangisnya makin kenceng, semalaman nangis terus, nggak mau Tante tinggal sendiri di dalam kamar. Tidur pun enggak mau, ini baru bisa tidur, makanya Tante tinggal ke bawah," Eliza menjelaskan dengan panjang.

Garis LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang