slowmotion | 39. Makan siang

534 115 12
                                    

•••


•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Ini sudah pukul dua siang, tapi entah mengapa rasanya waktu berjalan begitu lambat hari ini. Perpustakaan sepi, cuaca di luar panas bukan main, jalanan ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang.

Musim panas yang tidak menyenangkan untuk Yena. Belum juga bersenang senang di liburannya Ayah tiba-tiba harus kembali karena pekerjaan. Padahal 'kan jarang-jarang sekeluarga menghabiskan libur musim panas di villa mereka.

Gadis itu melipat kedua tangannya di atas meja, menundukkan kepala lemas seperti anak hilang. Yena juga bingung harus melakukan apa, kalau pulang pasti akan diganggu Si kembar, bekerja pun tak guna, siapa yang mau berkunjung ke perpustakaan kota di musim liburan seperti ini? Lebih baik mereka pergi ke Lotte World atau berbelanja di Mall.

Hasrat ingin mengajak Sang kekasih jalan-jalan terurung sebab Si lelaki ingin berada di rumah besar sambil mengajari Si kembar materi baru. Yena bisa apa? Sudahlah, gadis itu tahu sebenarnya Hyunsuk juga ingin menghabiskan liburan bersamanya, tapi tentu saja merasa tidak enak terhadap Ayah jadi ia memilih tinggal. Sungguh menyebalkan.

"Hei." Yena mendongak, dilihatnya Hyunsuk berdiri di depan meja tempatnya berdiri sembari membawa sekantung tas berisikan bekal makan siang.

Baru dipikirkan anaknya muncul, benar-benar jodoh.

"Bawa apa tuh?" tanya Yena melirik ke arah tas yang dibawa Hyunsuk.

"Ayam, lo belom makan kan?" Yena menggeleng imut, lantas keluar dari singgasananya dan menarik tangan Hyunsuk keluar ruangan.

Di perpustakaan tidak boleh membawa makanan, itu sebabnya mereka kini berada di halaman gedung, duduk di kursi taman di bawah pohon beringin dan ditemani oleh angin siang yang berhembus.

Yena membuka kotak makan tersebut. Sesuai kesukaannya, nasi putih hangat, ayam goreng tepung potongan paha atas tak lupa ada saus sambal pedas di sudut. Sempurna, Hyunsuk memang yang terbaik.

"Lo udah makan?" tanyanya kini menoleh pada lelaki itu. Hyunsuk mengangguk sambil tersenyum.

"Udah. Lo makan aja."

Yena tak menolak, karena memang sudah lapar jadi ia memakan bekal itu. Sementara Hyunsuk menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dan menutup mata santai, menikmati angin sejuk dengan tenang.

Namun belum sepenuhnya tenang, lelaki itu membuka kedua matanya, menatap bingung ke arah paha ayam yang tiba-tiba melambai-lambai tepat di depan wajah. Mendapati gadisnya tersenyum jahil.

"Ak." Yena menyuruh Hyunsuk membuka mulut.

"Gue kan udah makan."

"Ya gapapa makan aja."

"Gausah Yen. Lo makan aja." Hyunsuk tetap menolak.

"Ck. Makan! Gue gasuka kalo gue makan trus orang di samping gue engga. Gue ngerasa ga adil."

"Ya tapi kan gue udah makan Yen.."

"Ish bantah mulu! Makan ga!" Hyunsuk agak tersentak kaget setelah Yena membentak. Galaknya mulai muncul.

"Iya iya!" dengan raut wajah gemas lelaki itu membuka mulut lebar lebar menerima suapan ayam dari Sang kekasih. Yena tersenyum puas.

"Gitu dong." Setelahnya lanjut makan lagi.

Hyunsuk mendengus, sikap Yena yang kadang acuh, kadang peduli, kadang jahil, kadang perhatian, memang random. Satu yang belum ia temui, yakni sikap manja. Bukan bermaksud apa-apa, tapi 'kan kalian tahu sekarang Hyunsuk siapa. Kekasih Yena. Pasti ingin tahu bagaimana bentuk sikap manja dari gadis itu.

Ah ya, satu lagi. Hyunsuk belum pernah melihat raut wajah sedih dari diri Yena. Hyunsuk belum pernah melihat Yena menangis, ataupun marah besar. Saat ia senang, tertawa, Hyunsuk berani sumpah Yena sangat cantik. Terlebih saat ia sedang kesal, bibir cemberut yang mengerucut maju seperti seekor bebek sangatlah menggemaskan. Hyunsuk bersungguh-sungguh. Bagaimana tampangnya nanti saat menangis? Hyunsuk ingin tahu. Apa harus dia buat menangis sekarang?

"Hufft!" Hyunsuk terkesiap langsung mengerjapkan mata karena Yena meniup wajahnya membuat lamunannya terbuyar.

"H-hah? Kenapa kenapa?"

Yena berdecak, "ngelamun mulu. Iya gue tau gue cantik gausah diliatin terus, udah jadian juga," ledek nya. Hyunsuk mencibir.

"Udah makannya," lanjut gadis itu menutup kotak makan tadi lalu memasukkannya kembali ke dalam tas dan diletakkan di sebelah tempat duduk. Kemudian kembali pada Hyunsuk, menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu santai sambil menutup mata karena sedikit mengantuk. Entah ini yang ke berapa kalinya Hyunsuk terkejut, namun sedetik kemudian ia tersenyum juga menyandarkan kepalanya di atas kepala gadis itu. Sama-sama menikmati angin di bawah pohon beringin.

Kedua tangan masing-masing pun tanpa diberi perintah saling mengait satu sama lain. Menautkan jemari mereka erat membuat Si gadis membuka matanya dan tersenyum. Mereka benar-benar tengah dimabuk asmara kini. Entah mengapa segalanya terlihat indah saat keduanya bersama.

Padahal sepertinya tak lama sebelum ini terjadi, kalian tahu betul bagaimana hubungan mereka? Tak terlihat saling menyukai satu sama lain?

Akan menjadi cerita lucu jika Yena dan Hyunsuk jatuh cinta hanya karena seekor ulat bulu. Sesederhana itu? Jika iya maka mereka berdua harus berterimakasih pada Sang ulat.

Benar hanya karena ulat bulu kan?

Atau, ada cerita lain?







Ah, nanti ada ceritanya.

•••

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Hayo apa:D

Btw, work ini bakal selesai part 50 ya. But  aku bakal bikin season kedua^^

Vomment!

SLOWMOTION - Choi Yena [✓]Where stories live. Discover now