45. Jealous

91 14 0
                                    

Sinar matahari menembus ventilasi, menerangi ruangan yang tadinya gelap. Sebuah keluarga lengkap tengah duduk sarapan di meja makan dengan damai. Jarang moment ini terjadi, dan Erwin tidak menyia-nyiakannya.

"Bun, Pah, Erwin berangkat sekolah dulu ya. Muah!"

Ibunya menjeda, "Nak, tunggu bentar, Bunda ada sesuatu."

Ibu Erwin bangkir dari kursi dan menuju kamar mengambil sesuatu. Selagi menunggu, Erwin juga melihat sang Papah tengah fokus pada handphone sambil makan.

"Hape teross, Pah! Makan dulu baru main hape," tegur Erwin menyampirkan tasnya di bahu.

Fitra tercengang dan berkata, "Papah ada urusan, jadi wajar fokus ke hape."

Erwin berhembus napas, "Huh, yaudah."

Ibu Erwin datang dengan membawa sebuah kotak berpita di atasnya, "Nih!"

Kening Erwin berkerut, "Buat siapa?"

"Buat Nabila, suruh dia pake baju ini pas datang ke rumah kita nanti malam."

Erwin ingin menampar dirinya sendiri, apakah yang dikatakan Ibunya ini benar atau tidak. Atau dia sedang bermimpi. Tapi, Erwin tak mau memperpanjang pembicaraan dikarenakan ia harus bergegas pergi ke sekolah.

Di perjalanan, sambil membawa kotak berisi baju. Erwin sesekali sumringah membayangkan penampilan Nabila nanti datang ke rumahnya. Ia sekilas membuka perlahan kotak itu, dan ternyata di atas baju sudah ada mahkota cantik.

Mata Erwin berbinar, ia sangat mendambakan seorang gadis seperti Nabila. Sebenarnya sudah sangat lama, tapi ia pendam saja. Ia tahu Nabila tipikal gadis yang sangat susah didapat, selain itu, ia juga gemetar, gugup, panas dingin dan gelisah jika tak sengaja kesentuh.

Sungguh langka.

"Bil, nih titipan Bunda."

"Ini apa?"

"Jengkol."

Nabila tertawa, lantas membuka kotak tersebut. Mulutnya menganga dan matanya membulat. Ekspresinya sekarang, ah Erwin sangat suka itu.

No! Erwin, ngga boleh!

"Bil, malam ini kan ada syukuran di rumah aku. Ini, Bunda nitip. Kata Bunda, kamu pake baju ini aja pas dateng."

Nabila ternganga, "Malam ini? Jam berapa?"

"Habis isya."

"InsyaAllah ya," ujar Nabila. Sembari mengobrol berdiri dengan Erwin, tangannya mulai membuka kotak tersebut.

"Win, ya Allah. Ini bagus banget bajunya!"

Erwin tersenyum, "Hehe..Bunda emm pengen kamu datang pake baju itu."

🖤🖤🖤

"Yuhuuu Zaan! Sini makan dulu!"

Kalian pikir itu suara Nabila? Engga! Itu suara Izza.

Zaan dengan imutnya berjalan menghampiri Izza yang tengah berjongkok sambil menaruh makanan kucing ke tempatnya.

Perhatian Izza teralihkan ketika melihat Nabila keluar dari kamar. Apa apaan ini! Nabila sangat cantik. Izza sampai ternganga.

"Gimana? Cocok ngga aku makenya?" Gadis itu bertanya sambil berputar-putar menampilkan baju gamis yang merak.

Nabila membatin. Bilang cantik, bilang cantik dong ah!

"Ngga, lu ngga cocok pake itu. Kayak kunti."

Jleb

Mata Nabila datar, "Oh."

Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)Where stories live. Discover now