27. Rindu

74 21 0
                                    

Tanggal 12 ini, Gea pulang ke rumah. Keadaan menjadi sepi. Hari masih pagi. Izza juga tidak pulang ke rumah karena muncak ke gunung bersama anggota pecinta alam. Maklum, ketua eskul wajib ikut. Sekarang Nabila mengunjurkan kaki di teras rumah sehabis menyapu halaman. Badannya cukup lelah sehabis menjemur pakaian.

Sekelebat pikiran tentang Izza muncul tiba-tiba dibenaknya. Bukan hanya tentang Izza, wajah Audi juga ikut berkelana di pikirannya. Berkali-kali Nabila menepuk pipi, berusaha menepis hal yang membuatnya bergidik ngeri.

Tiba-tiba suara sepeda motor Izza terdengar di telinga Nabila. Dan itu benar. Izza menyempatkan diri datang ke rumah. Namun, wajahnya agak berbeda. Ia langsung masuk ke rumah tanpa menyapa Nabila. Seperti tidak menyadari keberadaan gadis ini, padahal nyata-nyata ia duduk di teras.

Nabila mengekori Izza sampai ke kamar. Izza terlihat sibuk, membuka lemari serta mengambil peralatan anak gunung seperti biasa. Izza bahkan lupa untuk melepas tas yang menjadi beban di punggungnya.

Nabila bertanya, "Bukannya kamu mau muncak?"

"Iya." Lelaki itu menjawab dengan ekspresi dingin, sementara tangannya masih mengemasi barang bawaan.

"Mau aku bantuin?" Nabila bersuara lagi menawarkan bantuan.

Izza berdiri setelah memasukkan barang bawaan ke carriernya. Ia melepaskan tas sekolah yang berada di punggungnya lantas melempar ke arah Nabila. Nabila sontak terkejut, mata Nabila nyalang.

"Di dalamnya ada buku sama baju. Lu cuci baju gue sampe bersih. Ingat! Cuci pake tangan, pake sikat, itu baju gue kecipratan kecap pas makan di kantin."

Nabila geram.

"Oh iya satu lagi. Lu pasti tidur di kasur gue kan? Nah ni seprei lu cuci juga pake pewangi sebotol, biar bau badan lu nggak membekas di seprei gue. Apalagi di bantal gue, siapa tau lu ileran. Jijik gue." Perkataan Izza benar-benar membuat Nabila ingin mengacak wajah lelaki ini.

"Souzon mulu sama aku ih! Heran," ujar Nabila.

Izza merapatkan jaketnya, "Bodo amatlah! Oh iya satu lagi—"

"Satu lagi aja terus sampe seratus!" celetuk Nabila kesal.

Izza merasa gerah, "Lu!" Tudingnya, "kalo gue pulang, awas aja lu!"

Nabila menghedikan bahu sambil menyampirkan tas Izza yang berat ke bahu sambil berkata, "Kenapa? Kamu mau ngajak aku jalan-jalan?" Gayanya santai.

Emosi Izza naik, "Sikap lu kaya gini, lu tau nggak bisa mancing emosi gue?"

"Mana saya tau, saya kan ikan."

Izza mengusap wajahnya pasrah, "Iya iya lu ikan."

Di ambang pintu, Nabila masih menunggu Izza yang memasang sepatu hiking miliknya. Nabila masih diam, andai malam ini Gea masih menginap di rumahnya, mungkin ia tidak akan kesepian.

"Lo jangan nelpon nelpon gue pas gue muncak, ngga bakal gue angkat."

Sudut bibir Nabila terangkat, wajahnya datar, "Heh! Kamu kira aku nelpon kamu? Aku aja habis pulsa."

Izza bangkit dan berjalan menaiki sepeda motornya, masih ada kesempatan untuk membual.

"Awas aja lu pas gue pulang, seprei belum lu cuci."

Ya Allah, Nabila sangat geram.

"Brisik!"

🖤🖤🖤

Hari ini senin, pagi akan terlaksana upacara seperti biasa. Cuaca yang panas membuat para kaum hawa SMA kini ingin cepat-cepat menaungkan diri di bawah pohon. Bukan, cepat-cepat selesai maksudnya.

Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)Where stories live. Discover now