17. Bagaimana caranya menghadapi suami pemilih

82 19 0
                                    

Nabila pulang ke rumah, memarkirkan sepeda di garasi, yang nyatanya tidak ada sepeda motor Izza disana, hanya ada sepeda. Artinya, pria itu pergi entah kemana mengenakan sepeda motor. Mungkin jalan bersama Audi atau...

Atau apa?

Nabila menghedikan bahu, tidak urus. Seperti biasa, membereskan rumah, menyapu, seperti Ibu rumah tangga. Dalam keadaan berhijab di dalam rumah tak membuatnya gerah, malah ia makin nyaman.

Karena merasa lelah, ia berbaring sebentar, hingga pada akhirnya tertidur pulas di ruang tamu. Beberapa jam setelahnya, saat matahari sudah terbenam Nabila terbangun. Tidak ada tanda-tanda Izza sampai sekarang, mungkin belum pulang.

Nabila menggeliat, menutup  jendela yang belum tertutup dan menyalakan lampu. Adzan magrib sudah berlalu. Lalu cepat-cepat Nabila mengambil air wudhu di dapur, menyegarkan matanya yang sedari tadi menyipit. 

Setelah sholat magrib, ia merasa tubuhnya aneh. Merasa tubuhnya sangat sakit serta kepalanya sangat pusing. Ia kedinginan, entah kenapa. Padahal hawa di rumah cukup gerah. Matanya terus berair dan memerah. Ia merasa tubuhnya sangat panas.

Nabila berusaha berjalan menuju dapur untuk memasak, takut jika Izza datang ia malah mengamuk mencari makanan. Masalah dimakan atau tidaknya, itu belakangan, yang penting dibuatkan dulu.

"Huft... Udahlah Izza bisa masak sendiri."

Nabila menghembus napas lewat mulut. Keadaan hati tidak baik. Badannya sangat lelah, rasanya tidak sanggup untuk memasak saat ini. Ia memakan beberapa roti yang tersimpan di kulkas, lumayan mengganjal lapar, daripada tidak sama sekali.

Ia berjalan dengan langkah gontai, lalu merebahkan diri di kasur. Biarlah jika nanti Izza marah-marah kepadanya. Tidur di ruang tamu dingin, sudah satu minggu lebih tidak tidur di kasur kesayangan.

Entah apa yang nanti Izza katakan, Nabila pasrah mendengarkan saja. Sekarang tidak sanggup untuk berbuat apapun, memasak saja ia tidak mampu saking lelahnya. Semoga saja saat pulang nanti, Izza sudah makan, jadi Nabila tidak memikirkan perutnya lagi.

Brem brem

Suara sepeda motor Izza sudah sampai ke tempat biasanya ia menaruh benda itu. Terdengar ketukan pintu depan, tapi tak ada suara apapun yang merespon dari dalam.

"Nabila!!"

Setelah lamanya berdiri di depan pintu, ia teringat akan kunci rumah yang ikut tergantung di kunci sepeda motornya.

"Ah iyaya, kenapa nggak dari tadi."

Izza menepuk dahinya sendiri. Lalu membuka pintu menggunakan kunci tersebut. Di ruang tamu matanya tak menemukan wanita yang ia cari, lantas ia pergi ke kamar dan menemukan Nabila sedang tertidur pulas.

"Heh bocah! Bangun, siapin makanan buat gue, gue laper." Katanya sambil melepaskan jaket lalu menggantungnya.

Merasa tak didengar, ia kembali bicara, "Tidur mulu lo! Gue tau lu pura-pura nggak denger."

Nabila tak juga merespon. Kemudian Izza mencubit jari kaki Nabila dengan jari kakinya. Namun, itu tidak berpengaruh. Izza marah, ia ke dapur mengambil panci beserta tudungnya, mengejutkan lewat suara bising yang akan ia dekatkan ke telinga Nabila agar bisa bangun.

Cringgg

"Allahuakbar!"

Nabila tersentak. Izza melotot sambil bercekak pinggang dengan tangannya yang masih memegang panci dan tudung.

"Lo ini tidur apa simulasi jadi mayat sih?"

Nabila berusaha bangun, hijabnya berantakan. Ia melihat Izza dengan pasrah, pasrah akan perkataan Izza.

Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang