30. Tolong jangan marah

73 21 4
                                    

Nabila menarik napas, "Soal harus di kerjakan dengan jujur, tidak boleh ada yang mencontek ataupun mencontekkan jawaban ke orang lain. Yakin sama diri sendiri, husnuzon dan bismillah, InsyaAllah naik kelas!"

"Aamiin."

"Aamiin."

"Aamiin ya Allah!"

Sebelum memulai UAS, warga IPS 4 berdoa terlebih dahulu sesuai kepercayaan masing-masing. Berharap dapat nilai yang bagus dan semuanya naik kelas. Kali ini sesuai dengan kata Nabila, mengejar target di atas lima puluh. Semoga!

Mari kita melihat keadaan kelas Izza sekarang. Karena terbiasa hening, jadi mau ujian kek mau belajar biasa, kelas hening dan tak banyak yang bicara.

Izza memegang pulpen dan menggigit-gigit bibirnya, pikirannya berkelana kemana-mana. Tidak fokus dengan lembar kertas di meja. Ia memijat kepala, sungguh, perkataan Nabila semalam sangat menusuk bagi seorang Izza.

Lelaki itu terlihat lesu. Ia berhalusinasi kalau Nabila sedang duduk di sebelahnya, menopangkan dagu dengan kedua tangan sambil tersenyum manis.

"Izza?"

"Hah?"

"Kamu kenapa ngga makan tadi pagi? Aku padahal siapin sarapan buat kamu." Halusinasinya terlihat kentara.

"Trus, kenapa lu ngga ada pagi tadi?"

"Aku harus banyak membaca di kelas supaya nilai ujianku bagus. Supaya kamu bisa bangga sama aku."

Izza menunduk, dan perlahan bayangan Nabila hilang di matanya. Izza berusaha keras menyingkirkan wajah Nabila.

Selesai ujian, Izza keluar kelas dengan wajah yang tak biasa. Devan tiba-tiba merangkulnya, lalu ia menoleh, mengamati wajah Izza yang berbeda sekarang.

"Lu kenapa, Za?" tanya Devan.

"Van, misalnya nih, ini misalnya. Lu nyakitin hati cewe, apa yang lu lakuin? Misalnya lu kebawa emosi, trus jadinya lu berakhir ngata-ngatain cewe itu?"

Devan menepuk pundak Izza, "Nyakitin hati cewe aja ngga boleh, Za."

Izza langsung mengalihkan pandangannya.

Devan bertanya lagi, "Lu marahan sama Audi?"

"Engga, kan kata gue tadi misalkan."

"Ooh gitu. Yaudah, cabut yok ke kantin. Gue laper, ngga sempat makan pagi tadi." Devan tidak melepaskan rangkulan dan langsung menyeret Izza untuk mengikutinya.

Di sisi lain, Gea sangat senang melihat Nabila yang sangat ceria hari ini. Kini Nabila tengah mengemas peralatan tulisnya dan memasukkan ke dalam kotak pensil. Bersiap untuk pergi ke kantin, namun sebelum itu.

"Gea! Aku boleh ngga minta sesuatu sama kamu?"

Gea menoleh, "Apa? Bilang sama gue."

"Boleh ngga, aku nginap di rumah kamu?" Wajah Nabila memelas.

Mata Gea berbinar, "Wahhh beneran? Kalo gitu, mau setahun kek lu nginap di rumah gue juga boleh! Lu tau gue sering sendiri di rumah. Aaaaa seneng banget gue!" Ia memeluk Nabila.

Gea mengurai pelukannya, "Jadi, kapan lu nginapnya?"

"Hari ini."

"Boleh banget! Lu mau dijemput sama supir gue atau gue sendiri yang jemput lu?" Gea menarik-narik tangan Nabila saking senangnya.

Nabila menggeleng, "Jangan. Biar aku yang datang ke rumah kamu. Kamu tunggu aja di rumah."

Gea mengangguk cepat-cepat dan bangkit dari kursinya, "Yaudah, kita ke kantin dulu yok!"

Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)Kde žijí příběhy. Začni objevovat