4. Kita baru kenal

101 35 1
                                    

Setelah sampai di sebuah rumah, mobil yang digunakan Rima dan Ardi sudah terparkir di garasi. Nabila melihat kedua mertuanya sedang bergumul menyusun barang-barang yang belum diangkat dari mobil.

Saat hendak turun, tidak sengaja jubah yang Nabila kenakan tersangkut di rantai sepeda motor. Izza mendengus setelah melihat Nabila berusaha menarik gamisnya, Nabila menyerah, sedangkan Izza masih diam menyilangkan kedua tangan.

"Sini! Gini aja lu ngga bisa!" ujar Izza turun dari sepeda motor lalu menarik paksa gamis Nabila hingga robek. Sangat disayangkan, karena jubah yang Nabila kenakan adalah gamis kesayangannya.

Nabila langsung memegang bagian bawah jubahnya yang robek, "Aaaa gamis aku!"

Izza tak menggubris sama sekali, ia langsung masuk ke rumah dengan wajah datar dan tanpa dosa. Dengan geram Nabila segera mendahului langkah Izza, menyongsong serta menarik pergelangan tangannya.

"Astaghfirullahaladzim, kamu ini gimana!!?" raung Nabila, "sampe sobek!"

Izza membalas, "Gue nolong lu dengan cara ngerobek, gue salah ya?"

"Kamu!" tunjuk Nabila geram.

Rima langsung menghampiri mereka, terlihat disana Izza memijat kepalanya sendiri dengan tangan. Kemudian jari telunjuknya menunjuk tepat di depan wajah Nabila sambil menatap Ibunya dan berkata jujur.

"Dia..." erang Izza, "Izza ngerobek gamisnya karena nyangkut!"

Rima tertawa geli melihat wajah Nabila yang memerah karena marah, ia mengelus-elus pundak menantunya dan berkata, "Disini fasilitas sudah lengkap sayang, baju kamu sudah penuh di lemari, jangan khawatir."

Izza baru menyadari kalau rumah yang barusan ia pijak hanya memiliki kamar satu, dan ia tidak terima itu.

"Mamah! Kok kamarnya cuman satu!!?"

"Nggak usah banyak-banyak, ribet bersihinnya," sahut Rima melengos.

"Tapi mah—"

"Eits, syuttt. Anak mamah nurut ya sayang."

Izza kembali rewel, "Apasih, Mah! Izza tuh—"

"Sudah, nurut apa kata Mamah kamu aja," ujar Ardy menyela.

Izza mendengus. Kali ini kemarahannya bertubi-tubi, ia mengangkat barang-barang dengan kesal, rasanya ingin sekali ia pergi ke rumah Devan untuk menginap disana.

Ia membereskan barang-barang yang masih di dalam mobil, membantu Ardy yang berkutat membuka beberapa kotak, mungkin itu perabotan rumah tangga.

Rima dan Nabila menuju kamar dan membuka lemari, "Aaaaaaa!! Gamisnya banyak banget, aku suka. Makasih banyak ya, Bu."

"Mamah sayang, Mamah. Panggil Mamah."

"Iya, Mah."

Nabila memeluk mertuanya dengan rasa cinta, ternyata Rima memang sangat memahami kesukaan dan serba serbi tentang dirinya. Sungguh enak mempunyai mertua seperti Rima, restu sudah didapat, bahkan disuruh belajar hidup mandiri dengan fasilitas lengkap.

Setelah beberapa jam berlalu, pekerjaan juga sudah beres. Izza bersandar di tembok karena kelelahan, begitupun dengan Ardy. Suara adzan mulai terdengar, mereka sholat Zuhur berjamaah di rumah, dipimpin oleh Ardy, selaku kepala keluarga.

"Sini Mamah benerin mukenanya," ujar Rima seraya membenarkan bagian di wajah yang agak miring.

Izza yang melihat itu tersenyum, mengapa kelihatannya Rima lebih menyayangi Nabila daripada dirinya. Oh yang benar saja, apakah Izza sedang dipenuhi rasa cemburu, hahaha mungkin.

Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt