19. Aku rindu kampung halaman

86 19 0
                                    

Malam ini, Nabila berisitirahat sejenak sambil mengompres dirinya sendiri. Tak ada yang merawat, harusnya Izza bisa diandalkan, tapi ia lebih memilih keluar jalan-jalan bersama Audi. Nabila menatap sudut-sudut ruangan yang berwarna putih itu. Sedih. Tak ada Ibu dan Ayah menemaninya saat sakit.

Nabila perlahan bersuara, "Ibu, Nabila sakit. Nabila pengen pulang."

"Buat apa Nabila disini kalau cuma nambah beban orang sekitar? Izza kayaknya juga ngga sudi Nabila disini, Nabila mau pulang. Enak hidup di kampung daripada di kota."

"Nabila bukan anak teater, Bu. Nabila ngga bisa akting. Kenapa Izza selalu berpikiran buruk?"

Nabila berbicara sendiri. Mungkin saat ini ia hanya ingin melampiaskan kesedihannya sendiri dengan berbicara seakan Ibunya mendengar suaranya. Ia terisak tangis yang dalam. Sudah sangat sabar dengan tingkah laku Izza.

🖤🖤🖤

"Lu nggak sekolah hari ini?" tanya Izza sambil memasang dasi.

"Nggak," balas Nabila masih terpejam.

"Bagus deh, kalo lo sekolah, yang ada semua bakal sakit ketularan virus," ucap Izza terlihat senang.

Mata Nabila terbuka, "Kamu marah sama aku?"

"Nggak, gue cuma benci sama lu." Perkataan Izza barusan sangat menusuk hati Nabila. Lelaki itu malah tidak memperdulikannya.

Ceklek

Nabila mendesah dalam hati, Haih! Dinginnya minta ampun.

Pintu rumah sudah tertutup, sepertinya Izza sudah pergi sekolah. Nabila membuka matanya, memakai baju dan pergi ke dapur untuk makan. Ia terburu-buru, lantas bergegas menyiapkan barang ke dalam tas, bersama sedikit uang untuk mencukupi rencananya kali ini.

Nabila mengambil secarik kertas dan menuliskan sesuatu disana, lantas ia menaruh di balik pintu. Supaya saat Izza membuka pintu, ia membaca tulisan Nabila. Setelah menulis, Nabila membawa tas keluar rumah, masker tak lupa ia kenakan guna menutupi wajahnya supaya tak dikenali orang sekitar.

"Aku harap kamu ngerti," ucapnya sambil berjalan.

Nabila memanggil taksi, "Pak, anterin saya ke alamat ini."

"Waduh, jauh banget, Neng. Neng beneran mau kesitu?" Pak supir terkejut.

"Iya, Pak."

Nabila masuk taksi dan memulai perjalanan, tak lupa sebelum berangkat, ia membeli cemilan untuk makan di dalam taksi. Buah salak, tentu saja ia tak melupakan itu. Sungguh, sakit yang ia alami sekarang teramat dalam, terlebih tidak ada yang mendukungnya dalam hal ini, karena memang tidak ada tahu.

Beberapa jam perjalanan ditempuh, akhirnya sampai ke tempat tujuan. Nabila menurunkan kaki dari mobil taksi, mengedarkan pandangan pada sekitaran yang berwarna hijau.

Nabila mengetuk pintu, "Assalamualaikum, Bu. Anak kalian datang nih. Bukain pintu dong!"

Erni membuka pintu, terkejut melihat keadaan putrinya datang tiba-tiba.

"Nak, kok gak bilang-bilang mau datang," ucap Erni seraya memeluk putri semata wayangnya itu.

"Nabila kangen aja. Mau tinggal disini bentar," ujarnya.

"Loh, sekolah kamu gimana?" tanya sang Ibu.

"Emm..."

🖤🖤🖤

"Aina!" panggil Jefri.

Aina menoleh, "Iya Kak?"

"Kamu tau kabar Nabila nggak?"

Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz