3. Berpisah dengan kalian

130 36 4
                                    

Hari ini adalah hari yang menyedihkan, terlebih Nabila diatur dari awal oleh Rima, sang mertua. Ia pergi ke sekolah menaiki mobil karena memang khusus disuruh mengatur surat pindah sekolah.

Hari itu mereka pergi ke sekolah jam delapan pagi, gerbang sekolah sudah ditutup dan semua siswa menjalani aktivitas belajar mengajar. Rima menarik lengan Nabila menuju kantor, biarlah ini menjadi hal yang sukar dipercayai oleh teman-temannya.

"Mamah masuk kantor dulu, kamu ambil barang-barang kamu yang ada dikelas." Rima membalikkan badan dengan cepat memasuki wilayah kantor, sedangkan Nabila berjalan layu dengan baju seragamnya yang masih terlihat rapi sehabis digosok.

Langkah demi langkah sudah dijalani, ia melihat papan kelas 11 IPS 1 terpampang di samping pintu. Semakin maju untuk melangkah, semakin besar rasa sedih yang tidak bisa ia tahan lagi. Namun kali ini Nabila mencoba untuk kuat, menampilkan bahwa ia sedang baik-baik saja.

Nabila mengetuk pintu masih dengan wajah yang sayup, kemudian Pak Dillah membuka pintu dengan tampang kebingungan. Mungkin Pak Dillah mengira Nabila sedang terlambat masuk kelas. Namun, kali ini tidak, bukan yang seperti di pikirkan. Banyak teman-teman Nabila yang berada di dalam kelas mulai berbisik.

"Saya ada keperluan sama Bapak," pinta Nabila yang kemudian sedikit menjauh agar percakapannya tidak didengar oleh penghuni kelas.

Pak Dillah membenarkan kacamatanya, "Ada apa, Nak?"

Sementara itu, kelas IPS 1 menjadi sedikit ribut setelah melihat gerak-gerik Nabila yang sangat aneh. Aina, sahabat Nabila pun tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Aina merasa jantungnya berdetak sangat kuat, melihat Nabila dengan raut wajah seperti itu, kemungkinan yang didapat adalah berita yang tidak enak didengar.

Nabila kemudian masuk ke kelas dan berdiri di depan papan tulis, ia menyembunyikan tangan sebelah kiri, karena disitu ada cincin pernikahannya dengan Izza. Semua penghuni kelas diam, menunggu suara Nabila terdengar jelas di telinga mereka.

Nabila menyapa dengan senyuman, "Assalamualaikum, aku bawa kabar yang kurang baik buat kalian, mungkin ini bisa buat kalian kecewa atau sedih, tapi..."

"Tapi apa?" potong Aina terlebih dahulu.

Dengan hari berat Nabila membalas, "Aku pindah sekolah."

Sengatan listrik menjalar di tubuh Aina yang kini terdiam memaku di kursi, mau bicara pun lidahnya kelu. Seisi ruangan menimbulkan suara tangis yang menyesakkan dada, isak tangisan dari Aina juga ikut hadir didalamnya.

"Maafin aku yah." Lontar Nabila membuat seisi kelas dalam tangisan yang pecah. Bagaimana tidak, sedangkan Nabila adalah sosok ketua kelas yang sangat bertanggungjawab serta peduli terhadap teman.

Nabila menyeka air mata yang jatuh sebab tak bisa terbendung lagi, Nabila lanjut berjalan menuju tempat biasa ia belajar di samping Aina. Nabila membereskan buku-bukunya yang ada di kolong meja.

Aina semakin terisak melihat Nabila yang berusaha kuat, tatapan Aina terpaku pada jari manis Nabila, terlihat cincin emas melingkar pada tangannya yang putih bersih. Ah Aina tidak ingin memperdulikan cincin itu sekarang, ia tetap ingin saling berhubungan dengan Nabila.

Nabila berkata, "Kalau kamu sedih ingat aku, Nabila. Cewe yang doyan jeruk yang bertolak belakang sama kamu."

Aina membalas pelukan Nabila, " Nabilaaa!!"

"Nanti kalau aku balik kesini bakal aku bawain salak," ujar Nabila.

Betapa harunya detik-detik Nabila pergi meninggalkan sekolah yang selama ini menyisakan beribu kenangan dalam waktu satu tahun. Terlihat Rima sudah menunggu didepan kelas IPS 1 seraya melihat jam tangan yang melingkar ditangannya.

Tuan Arogan dan Putri Mawar (Komplit✓)Where stories live. Discover now