27. Tama gila

832 94 5
                                    

Tiba-tiba handphone Dhea yang terletak di atas meja berdering nyaring.

Saat Dhea melihat siapa yang meneleponnya, ternyata itu sebuah nomor yang tidak ia ketahui siapa pemiliknya. Tapi karena penasaran dan siapa tau itu telepon penting, jadi Dhea memilih untuk mengangkatnya.

"Halo. Ini siapa ya?" tanya Dhea to the point.

"Ini gue, Tama," jawabnya.

"Kok lo bisa punya nomor gue?" heran Dhea.

"Ya bisa dong."

"Emang dapet dari mana?"

"Lo nggak perlu tau. Btw, gue ganggu lo nggak?"

"Ganggu banget."

"Emang lo lagi ngapain?"

"Lagi ghibah sama temen-temen."

"Pasti ghibahin gue ya? Ngaku lo!"

"Kalau iya kenapa? Masalah buat lo."

"Ya masalah dong. Gue kan nggak mau kalau ketampanan gue ini dijadiin bahas gosip cewek alay kayak lo."

"Apa lo bilang? Alay? Lo kali yang alay."

"Dih, pakek nggak ngaku lagi. Sorry ya gue nggak alay tuh."

"Masa?"

"Gue nggak lagi masak, Bego!"

"Siapa yang bilang lo lagi masak? Enak aja kalau ngomong. Gue nggak bego kali."

"Kalau nggak bego terus apa dong namanya?"

"Serah lo aja. Capek gue ngomong sama lo."

"Kalau capek ya istirahat dong. Jangan malah ghibah!"

"Suka-suka gue lah. Emang lo siapa bisa ngatur-ngatur hidup gue?"

"Lo lupa apa pura-pura lupa? Gue kan calon suami lo."

"Heh, masih calon ya."

"Tapi kan udah pasti."

"Siapa bilang?"

"Gue barusan yang bilang. Kenapa? Nggak terima lo? Terus lo maunya berjodoh gitu sama pacar cupu lo itu?"

"Arka maksud lo?"

"Iyalah, siapa lagi."

"Nggak usah bawa-bawa nama Arka. Gue nggak suka."

"Sensi amat lo. Lagi PMS ya?"

"Udahlah, gue lagi males debat sama lo."

"Siapa juga yang ngajak lo debat?"

"Hm."

Hening sesaat.

"Eh, Dhe!" panggil Tama.

"Apa?" tanya Dhea.

"Besok lo sekolah nggak?" tanya Tama.

"Ya sekolah lah," jawab Dhea.

"Oh."

"Aneh banget sih lo."

"Biarin."

"Untung gue sabar."

"Lo kan Dheandra, bukan Sabar."

"Bangsat!"

"Eh, nggak boleh ngomong kasar sama calon suami!"

"Najis!"

"Alah, pakek bilang najis segala. Sok lo, Dhe."

"Bodo. Udah ya, gue mau lanjut ghibah."

CUPS (COMPLETED) Where stories live. Discover now