Sembilan

1.8K 362 27
                                    

Seorang wanita muda melongokkan kepala pada celah pintu ruangan bagian marketing and development Prime English, siang itu.

"Eh, Miss Ratna, nyari siapa?" sambut Reni, sang kepala bagian.

"Mbak Adisti ada?"

"Ada. Tuh, tenggelam di balik laptop."

Di antara keempat staf promotion, Adisti yang paling sering berkutat dengan laptop. Ia bahkan belum pernah ikut kegiatan promosi ke luar. Maklumlah, ini baru minggu kedua ia bekerja di Prime English.

Minggu pertama digunakan Adisti untuk berkenalan dengan karyawan lain dan para pengajar di PE. Ratna adalah salah satu teacher yang bersedia membantunya mengisi materi untuk konten Instagram. Hari ini mereka sudah membuat janji untuk berdiskusi bersama.

"Katakanlah ini konten pertama, Miss." Adisti membuka diskusi setelah Ratna menarik kursi dan duduk di depannya. "Sebelumnya, Instagram PE kan berantakan banget. Jadi rencananya aku mau memperkenalkan maskot baru kita, lalu postingan setelah itu baru berisi info-info menarik tentang bahasa Inggris. Misalnya, cara memperkenalkan diri yang kece dan gaul, atau cara mengucapkan kosakata bahasa Inggris yang bener biar kedengaran kayak bule."

Ratna mengangguk antusias. "Wah, bagus, Mbak. Gimana kalau konten pertama tentang kesalahan berbahasa Inggris yang biasanya dilakukan siswa?"

Antusiasme Ratna cepat menular pada Adisti. "Boleh, boleh," angguknya setuju.  "Nanti dari situ bisa diarahkan untuk promosi. Bahwa PE adalah tempat yang tepat untuk memperbaiki broken English."

Adisti membuka laci dan mengambil buku catatan serta pulpen. Ratna lalu menyebutkan kesalahan-kesalahan siswa yang sering ia temui di kelas. Mereka berdua sesekali terkikik geli saat menyadari betapa asal-asalannya siswa merangkai kata bahasa Inggris. 

"Kadang siswa bilang gini, Mbak. 'My head is very sick,' padahal seharusnya 'I have a terrible headache'," terang Ratna.

Adisti terkekeh. "Itu terjemahan literal dari 'Kepalaku sakit'."

"Terus ada juga yang bilang, 'My mom is very attention to me'. Jadi mereka tuh nggak bisa membedakan perhatian yang berarti fokus atau minat dan perhatian yang berarti curahan kasih sayang."

"Parah, parah," geleng Adisti. Orang Indonesia masih banyak yang tidak memahami kelas kata bahasanya sendiri, apalagi bahasa asing.

"Malah ada siswa yang bilang bahasa Inggris-nya kulkas itu cool case, Mbak. Aku sampai melongo waktu denger."

Adisti tertawa lepas. "Ya ampun, aku nyerah kayaknya kalau disuruh ngajar bahasa Inggris."

"Tapi biasanya, setelah diberitahu yang benar, mereka nggak ngomong gitu lagi, Mbak."

Adisti mencatat sembari mengamati Ratna. Guru muda ini masih fresh graduate, wajahnya yang berbentuk hati sangat manis, ditambah rambut panjang bergelombang yang indah, tentu banyak laki-laki yang akan jatuh hati padanya. Apakah dalam setahun ini, Gian pernah merasa tertarik pada Ratna?

Tanpa sadar Adisti berdecak. Tidak seharusnya ia peduli pada isi hati Gian dan bagaikan mendapat teguran atas pemikirannya tersebut, Adisti  merasakan sakit di bagian pinggang. Sejak kemarin, ia memang mulai samar-samar merasakan nyeri di pinggang. Hari ini nyerinya semakin tajam bersamaan dengan hari pertama menstruasinya.

"Kenapa, Mbak? Sakit perut?" tanya Ratna dengan nada cemas sewaktu melihat Adisti meremas pinggang sambil meringis.

"Nggak. Biasalah. Nyeri kalau lagi bulanan hari pertama."

Ratna mengangguk paham. "Minum Kiranti, Mbak. Bu Yanti jual, kok."

Adisti mengecek jam tangannya. "Ya udah, nanti deh aku beli. Sekalian makan siang."

Calon Istri Pilihan Hati Where stories live. Discover now