44. 🔗 Jamkos 🔗

Start from the beginning
                                    

Mendadak suasana hening, yang tadinya ramai seperti pasar senen kini semua orang diam di tempat.

"Udah selesai unboxingnya?"

Elsa, gadis berambut pirang itu menatap tajam manik coklat milik Nisnus. Tak terima jika ada orang yang menghalangi bahkan mencampuri urusannya.

Dia berdesis tak suka, menyibakkan rambut pirangnya. "Lo nggak usah ikut campur ya!"

"Lah lo yang macem-macem di daerah kelas gw ya," balas Nisnus menunjuk tak suka Elsa lalu maju selangkah memeringati.

Elsa menatap Nisnus remeh. "Cih, songong banget sok artis lagi."

Hampir saja Nisnus melayangkan tangan sucinya ke pipi Elsa, tampak Bu Titi dari koridor menuju kelas mereka.

Riska menghadang tangan Nisnus. "Udah Nis gw Gkpp kok, di belakang ada Bu Titi mendingan kita masuk aja," bisiknya.

Nisnus menurunkan tangannya, lalu menatap tajam Elsa. Kemudian masuk ke kelas dengan perasaan dongkol diikuti Riska, Zyva, dan Cilla.

"Assalamu'alaikum," sapa Bu Titi masuk membawa setoples berisi lintingan kertas.

"Wa'alaikumsalam Bu Titi Dije," jawab mereka serempak dengan kericuhan yang ada.

"Aduh Bu hari Jum'at berkah ya makin cantik aja mana mirip Titi DJ," timpal Dhika sambil menggebrak meja keras.

"Terpesona aku terpesona..." gurau Harris dengan suara falsnya.

"Udahlah Ris suara lo bikin bengek," timpal Riska sambil memakan permen karetnya.

Bu Titi hanya mendesah pasrah melihat anak-anaknya rusuh sendiri.
Kalau tidak rusuh pastinya bukan XII IPA 5, banyak guru darah tinggi saat keluar dari kelas ini. Kalau XII IPA 4 kelas singa, maka disini kelas neraka. Panas luar dalem.

"Stop bercandanya!" seru Bu Titi.

Seketika kelas hening, pawangnya emang cuma Bu Titi sama Pak Bimo.

"Nah kalau diem kan pada cakep semua," ucap Bu Titi lalu mengambil secarik kertas dari meja.

"Aduh Bu melayang nih saya," timpal Dhika lalu merapikan jambulnya. Ala-ala badboy kelas kakap.

"Dhika..." geram Bu Titi sebal.

Dhika menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu meringis pelan. Temannya malah masa bodoh. Apalagi Al di sisinya yang sedari tadi menahan kantuk karena begadang.

"Ok Ibu lanjutin ya, seperti yang kalian ketahui minggu depan tepat di hari senin sekolah kita berulang tahun ke-45 tahun. Jadi seperti tahun-tahun sebelumnya akan ada lomba, party, bazar, penampilan bintang tamu, dan masih banyak lagi."

Bu Titi sengaja menjeda ucapannya, lalu menatap satu persatu anak didiknya yang menahan penasaran dan harap-harap cemas.

"Jadi Upraknya ntar gimana? tetap diadain minggu depan? atau dimulai hari selasa?" tanya Satrio was-was.

Dhika berdecak kesal. "Ck, sabar dikit Yo, doa ae senin belum mulai. Ah lo mah nggak asik."

"Giliran jamkos ae lo mau diem lama," balas Al sambil menjitak kepala sohibnya itu.

Dhika hanya diam, kembali fokus ke Bu Titi yang sedang senyum misterius. Memang seneng banget liat mereka sengsara.

"Ekhem..."

"Ibu bacain pengumuman pentingnya dulu. Hari ini kalian cuma masuk setengah hari, jam 1 siang kalian kesini buat dekor stand bazar. Kedua, hari senin UPRAK di ganti----"

BIMTA [COMPLETED✓]Where stories live. Discover now