5. PERJODOHAN

187 170 53
                                    

Perjalanan Abah dan Ibu Hermawan dalam mencari informasi terkait siapa Salma sebenarnya membuahkan hasil. Mereka tahu bahwa kakeknya adalah Mbah Seno. Seseorang yang pernah dulu berusaha mengobati Umar. Beliau adalah sosok 'alim di kampungnya. Juga terkenal kelihaiannya dalam mengobati macam penyakit rohani warga. Dengan segala kekuatannya ia berusaha mengeluarkan aura hitam dalam diri Umar. Tetapi kekuatan itu sangat besar, ditambah dengan ketidakstabilan psikis Umar sendiri. Ia baru putus hubungan dengan Ira, kekasihnya. Hatinya masih saja terikat dengannya. Jiwanya kalut, stres, hingga berlari pada penyalahgunaan obat terlarang.

"Ini kekuatan besar yang terjadi karena cintanya pada gadis itu. Kita harus menghilangkan cinta itu sebelum semua terlambat", ujar kakek Salma kepada keluarga Hermawan setahun yang lalu.

"Tetapi bagaimana caranya?", ujar Abah Hermawan.

"Cinta Sejati dari seorang gadis suci. Kelak ia akan bertemu dengan gadis itu.", kakek Salma menerawang. Mengingat bagaimana cucunya adalah gadis yang tak pernah meninggalkan senyum di bibirnya.

"Tetapi bagaimana kita bisa menemukan gadis itu, Mbah?", giliran Bu Hermawan bertanya.

"Senyum di bibirnya, kalian pasti akan langsung mengenalinya", jawab Kakek itu kemudian pergi ke kampung.
Abah dan Ibu Hermawan bertemu kembali dengan Mbah Seno di kampung. Beliau tinggal dengan lima orang lainnya, yang tak lain adalah keluarga Salma. Mbah Seno menyambut mereka dengan hangat.

"Bagaimana pak bu, sudah tahu dimana dia?", ucapnya seraya menyeruput secangkir kopi di depannya.

"Sepertinya sudah Mbah, tetapi kami masih ragu apakah benar dia atau bukan", jawab Abah Hermawan.

"Monggo adanya hanya seperti ini", ujar seprang wanita paruh baya diikuti seorang anak kecil laki-laki dengan menguntit di belakang rok neneknya.

"Ini buyutku, ini anakku", ujar Mbah Seno memperkenalkan wanita itu kepada keluarga Hermawan. Wanita itu kemudian kembali ke dalam setelah meletakkan beberapa makanan di meja tamu.

"Itu adalah gadis yabg kumaksud dulu, ya dia adalah Salma, cucuku", Mbah Seno dengan tenang menjawabnya. "Ini takdir, dan kalian harus menikahkan mereka dengan cara apapun", lanjutnya seraya membenarkan pecinya yang hampir jatuh.

"Tetapi apakah Salma akan setuju", ibu itu menyela.

"Tidak akan mudah, tetapi biarkan kami berbicara dahulu dengannya. Katakan padanya bahwa kami telah menerima lamaran kalian. Maka ia akan kesini, kembali ke rumah dan barang pasti marah-marah.", jawab Mbah Seno kemudian memanggil anak perempuannya.

"Inggih pak, ada apa?", tanya wanita yang tadi membawa nampan berisi makanan.

"Mereka datang melamar Salma, bagaimana?", tanya Mbah Seno padanya. Ia terlihat tertegun. Tetaoi kemudian menjawab dengan senyum manis. Manis sekali, mirip dengan senyum anaknya.

"Insya Allah jika Mbahkung yang memberi ijin semuanya akan baik-baik saja. Saya percaya sama bapak", ucapnya. Ia begitu patuh dengan apapun kata bapaknya.

***

"Sal, Abah sama Ibu mau ngajakin kita piknik, kamu harus ikut ya?", Alin mengatakan dengan begitu harapan.

"Lah kan ini acara keluarga, kenapa harus ada aku?"

"Biar tambah seru, lagian Ibu juga sayang banget tuh sama kamu. Jadi apa masalahnya?", jawabnya tukas dan santai. "Ini perintah dan kamu harus ikut". Kemudian ia berjalan mendahului.

"Ah sudahlah, siapa juga yang bisa menolak si cewek super satu ini?", ujarnya seraya menepuk jidatnya sendiri.

"Apa?", Alin berbalik arah dan memulai memelototi Salma. Salma meringis kemudian berlari kearah mobil di seberang. Mobil itu membunyikan klakson beberapa kali dengan kencang. Isyarat 'BURUAN HOI'.

Abiwara Herdaya [ON GOING]Where stories live. Discover now