3. PENYIHIR

206 170 90
                                    

Di depan pascasarjana, beberapa orang tengah berkerumun. Ya, hanya beberapa saja. Salma maju perlahan dan melihat seorang lelaki yang ia kenal dengan Vito. Umar mengerutkan alis dan menatapnya denga murka. Tangan kanannya mengangkat kerah Vito hingga ia kesulitan bernapas. Keringat dingin mengucur dari pelipis Vito, ia menatap memohon agar memaafkan kesalahannya. Umar tak sedikit pun menghiraukan. ia dengan amarah tega hendak membuat Vito hampir kehilangan kesadaran hidup.

"Bang jangan", Alin dan kawannya menarik lengan kanan Umar supaya lepas. Tetapi usahanya sia-sia. Umar tak menggubris bahkan barang sedetik pun.

Salma perlahan maju kearah mereka berempat. Ia melihat ke langit dan terlihat kegelapan tepat berada diatas kepala Umar. "Ini sihir", pikirnya kemudian lari.

Ketiga orang selain Umar tertegun. Vito batuk-batuk merasakan sesak di dadanya. Cengkeraman Umar benar kuat. Ia seperti dibantu oleh sesuatu yang tak ia mengerti. Kemudian Vito lari meninggalkan tempat.

Umar terdiam sesaat dan tanpa kendali ia ganti menarik tangan yang memegang tangan kirinya. Salma terjatuh. Kakinya lecet sampai meneteskan darah. Umar memandangnya sekilas kemudian berjalan pergi.

Alin dan kawannya menyaksikan kejadian itu dengan mulut menganga. Mereka memanglah sering melihat Umar melakukan ini. Jika ia sudah marah pada seseorang ia akan terus menyakitinya sampai puas. "Ini aneh", batin Alin melihat sentuhan Salma yang menghentikan Umar begitu saja. Kemudian ia berlari mengejar abangnya setelah menerima kode dari Salma untuk mengejar Umar saja.

Salma menepi dan duduk di gazebo. Ia merasa nyeri dibagian tangan kanan. Bekas cengkeraman Umar tampak disana. Merah dan sakit. Kekuatan apa ini, sampai ia bisa menyakiti orang lain. Apa kesalahan Vito sampai ia begitu marah padanya.

***

Di sebuah rumah, ada dua orang lelaki dan wanita duduk bersila dikelilingi lilin menyala secara melingkar. Mereka tengah memegang sebuah boneka dan menggerak-gerakkan tangannya. Keduanya menyeringai. Ada gurat keberhasilan dalam wajahnya.

"Apa tujuan ini ra", ujar sang lelaki. Ia adalah suami Ira. Ira, wanita cantik yang menikah dengan Dion satu tahun berlalu. Mereka hidup dengan asupan dari seseorang. Ya, mereka memanfaatkannya.

"Kita buat seolah-olah Umar menjadi hilang kendali dan membuat onar di kampus", Ira menyeringai. Tangannya terus menggerakkan tangan boneka.

"Lalu apa untungnya? Apa kita mendapat uang dengan itu? Anak kita butuh susu dan lainnya", ucap Dion mempertanyakan kembali.

"Diamlah, dan ucapkan mantranya. Aku merasa ada yang aneh dari boneka ini yang belum kurasa sebelumnya", jawab Ira gemas.

Ira adalah wanita yang berkeahlian khusus. Ia sanggup menggunakan kekuatannya untuk mengendalikan orang lain. Ia belajar semua dari orang tuanya. Orang menyebutnya, Penyihir Cantik. Karena yang mereka tahu wanita itu selalu memikat hati banyak lelaki. Padahal ia memang mempelajari ilmu hitam. Termasuk Umar. Ia bahkan rela mengorbankan apapun demi Ira. Sayang seribu sayang, Ira mengkhianati cintanya demi Dion yang juga dianggapnya bermanfaat. Dion memiliki mantra sutra (ngawur ya) yang hanya bisa diucapkannya sendiri tanpa bisa dibagi. Ira sangat membutuhkan itu. Ia hanya mampu menghipnotis seseorang dari jauh tanpa bisa membuatnya melakukan hal-hal lebih kejam.

Kecantikannya adalah senjata utamanya. Banyak korban berjatuhan. Triknya, membuat lelaki jatuh cinta padanya kemudian mulai menyihirnya hingga ia menjadi gelandangan. Korban pertamanya adalah Umar. Saat itu Ira baru menyelesaikan pendidikan hitamnya dari ibunya. Ia ingin mencoba. Tetapi ia jatuh cinta sungguhan dengan Umar. Ia tak mungkin menyakitinya. Sampai pada waktu dimana sang ibu mendesaknya agar mulai menjalankan aksi. Ia diancam akan dibunuh jika tak menghasilkan sepeser uang. Akhirnya dengan berat hati ia lakukan itu. Ia merapalkan mantra sakti pada sebuah koin sihir bergambar beringin. Selepas itu, ia menemui Umar dan mulai menempelkannya di punggung Umar tanpa diketahuinya. Ajaib! Benda seketika masuk dan meninggalkan gambar beringin disana. Ira membuat boneka miniatur Umar dan menggunakan itu untuk memperdayanya.

Korban kedua ketiga dan seterusnya berguguran. Ira mendapatkan banyak kekayaan dari mereka tanpa melepaskan sihir kepada Umar. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Atau mungkin ia masih mengharapkan cinta ada dalam hatinya.

Keluarga Umar yang menyadari keanehan itu, terus berupaya mengobatinya agar bebas. Tetapi usaha mereka dipatahkan oleh sihir Ira yang semakin kuat. Ibu Ira mengatakan ia harus menikah dengan lelaki pemilik mantra sutra itu supaya kekuatannya semakin besar. Ira gusar memikirkannya. Kemudian dengan akting manisnya ia berpamitan pada Umar agar ia tak lagi datang menemui atau menghubunginya.

"Aku dijodohkan dengan orang lain", ujarnya setahun lalu pada Umar yang hanya termangu tak mampu berkata.


****


"Sal, bisa ikut pulang denganku?", tanya Alin membujuk seraya menangkupkan tangan memohon.

"Ya, ada apa Lin?"

"Abah sama Ibuku ingin bertemu denganmu", Alin terus memohon.

"Tetapi ada apa? Apa aku melakukan kesalahan?", Salma semakin kebingungan. Ia tak mengerti apa yang telah ia perbuat sampai Abah dan Ibu Alin memanggilnya. "Tetapi baiklah aku ikut denganmu"

Kediaman Hermawan kembali menyambut kedatangan Salma. Ibu dan Abah memberikan salam. Salma mencium tangan keduanya. Ia hendak ikut naik ke kamar Alin tetapi ibu mencegah.

"Kata Alin, ibu ingin bertemu dengan Salma?", tanya Salma to the point.

"Ya nduk, kamu punya kekuatan apa sampai bisa menghentikan amarah Umar? Anak itu kalau marah sudah tidak ada yang bisa menghadang, termasuk ibu", ucap Ibu Hermawan dengan takjub.

"Salma tidak punya kekuatan apapun bu, Salma cuma melakukan apa yang harus dilakukan. Dulu, mabhkung pernah mengajari menyembuhkan orang kesurupan dan lainnya. Tetapi Salma tidak begitu mudeng. Hehe. Salma cuma tahu kalau melakukan sesuatu harus dilandasi keikhlasan. Insya Allah Gusti Allah akan memberi pertolongan", jawabnya ngaco. Tetapi dari lubuk hati.

"Pas kamu sentuh tangan Umar kamu baca apa nduk?", kini giliran Abah Hermawan yang bertanya.

"Basmallah bah", kedua manusia setengah baya itu keheranan. Jaman sekarang masih ada anak sepeti ini. Kalau jaman baheula dulu memang banyak, orang merapalkan basmallah dengan blepotan tetapi bisa berefek. Tetapi ini jaman milenial. "Mbahkung yang bilang kalau mau membantu orang apapun itu baca Basmallah dengan hati yang ikhlas, pikiran tenang, dan pasrah dengan Pangeran", lanjut Salma. Ia mengingat kalimat Mbahkungnya dengan bahasa Jawa.

"Jadi kamu ini keturunan orang pintar?", Ibu semakin merasa bahagia mendengar jawaban Salma. Seakan ia menemukan solusi untuk anak sulungnya.

"Tidak. Mbah kung hanya orang biasa. Beliau hanya melakukan kewajibannya membantu sesama. Ketulusan hatinya yang membuat orang-orang banyak memujinya. Tetapi itu hanya Mbah kung, anak-anak beliau tidak ada yang melanjutkan. Katanya, sudah pernah coba tetapi hasilnya nihil". Salma dipersilahkan naik ke kamar Alin untuk iatirahat. Seperti biasa sahabatnya itu menghajar dengan seribu pertanyaan.

"Hmm.. bu ini solusi.. kita bisa membuat Umar dan Salma terus bersama. Jarang-jarang ada anak gadis seperti ini. Ia bahkan bisa memebantu Umar mengotrol emosinya.", ujar Abah seraya menatap Salma menaiki tangga.

"Abah benar, anak kita akan aman bersama Salma", jawab ibu Hermawan kegiranga. "Lalu apa yang harus kita lakukan bah?".

"Kita datang ke rumah Salma dan mencari informasi tentang gadis ini", ucap Abah Hermawan.










Terimakasih sudah mampir. Mohon maaf apabila ada salah kata karena kisah ini murni hanya fiksi alias khayalan.

Tinggalkan jejak dengan klik gambar bintang. Bye!!
Sampai junpa di Next Chapter :-)

Abiwara Herdaya [ON GOING]Where stories live. Discover now