Bukan keinginan yang Jaehyun tawarkan dan juga Pria itu inginkan keluar dari mulut Jungwoo, “Aku tidak bisa, kau bisa saja melaporkan perbuatanku dan akhirnya kita tidak bisa bersama seperti yang kita inginkan.”
“BIARKAN SAJA SEPERTI ITU, AKU INGIN KAU MEMBUSUK DIPENJARA KARENA KAU MEMANG BERSALAH, ENYAHLAH KAU BAJINGAN!”
Bugh!
“Uhuk! Uhuk!”
Jungwoo meringis kembali, perutnya semakin terasa sakit. Pukulan Jaehyun tak lemah, dia memiliki tenaga yang cukup kuat hingga membuat ulu hati Jungwoo terasa seperti terbakar.
“Anak manis tidak perlu berkata yang tidak baik, Anak manis seharusnya menurut dan tidak berkelakuan buruk seperti Orang-Orang diluar sana, paham?”
“Kau membuatku muak, Jaehyun. Aku benar-benar muak karena kau hanyalah bajingan yang menyamar menjadi Orang baik,”
“Aku memberimu waktu untuk berpikir hingga makan malam tiba. Dan aku harap kau telah memikirkan pilihan yang terbaik untuk kita,”
“Terbaik untuk kita?” Jungwoo tertawa kecil, “Setelah semua yang telah kau perbuat, kau ingin yang terbaik untuk kita. Kau tak salah bicara Jaehyun?!”
“Jangan berteriak di depanku, tolong. Jadilah dirimu yang manis seperti biasanya, bukan pembangkang seperti yang lain.”
Jaehyun pun berjalan meninggalkan Jungwoo yang semakin terluka akibat beberapa pukulannya. Jungwoo kembali terisak, dia merindukan Mark.
Kekasihnya yang tak pernah menyakitinya seperti yang Jaehyun lakukan padanya.
“Mark, aku merindukanmu. Kumohon bawa aku pergi dari tempat ini, aku tak ingin berada di sini.”
✨ D R I P P I N ' ✨
Satu persatu mulai meninggalkan makam yang masih baru dengan nama Lee Minhyung dan Kim Jungwoo yang bersebelahan sesuai permintaan Doyoung. Semuanya hampir pergi, kecuali Jeno, Taeyong, Doyoung, dan juga Xiaojun yang turut berduka atas kehilangan salah satu teman terbaik mereka.
Doyoung pun tak kalah kacau, ia telah kehilangan Adik tercintanya karena kecelakaan itu, Jungwoo telah mengabarinya malam itu bahwa ia akan pergi bersama Mark untuk menghadiri acara jamuan makan kantornya namun nasib keduanya berakhir tragis.
Mark dan Jungwoo dinyatakan telah tiada oleh pihak kepolisian yang menyelidiki kasus mereka.
“Mereka ingin bahagia, tapi kenapa takdir membuat mereka pergi lebih awal tanpa membuat mereka bahagia terlebih dahulu?” tanya Doyoung dengan pandangan kosong, ia sangat terpukul dengan kejadian tersebut.
Sementara sang Suami berusaha menenangkannya dengan memeluknya, “Tidak, jangan berpikir seperti itu, Sayang. Takdir Tuhan lebih baik meski kita merasa bahwa takdir tak pernah adil kepada kita,” ujarnya sembari mengusap lembut punggung Doyoung.
Doyoung kembali menumpahkan airmatanya, berita duka itu tiba-tiba saja datang dan ia tidak siap untuk kehilangan salah satu Orang yang ia cintai.
Jeno melihat keduanya, dia tak menampilkan ekspresi apapun. Namun kedua tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya.
Xiaojun telah berkerja sama dengan pihak kepolisian yang menangani kecelakaan lalu lintas, dan ia memalsukan kematian Kim Jungwoo dengan memakai jasad Orang lain. Dan membuat kecelakaan itu telah merenggut dua nyawa, namun kenyataannya hanya satu yang meninggal.
“Kita harus pulang, tak baik berlama-lama di sini untuk berduka. Duka tak boleh dirasakan lama-lama, atau akan menjadi racun bagi kita sendiri,” ujar Xiaojun, satu-satunya yang tak betah berada disana.
“Benar, masih ada urusan yang harus kita selesaikan. Mari kita pulang, hari sebentar lagi menjelang malam.” ajak Taeyong.
“Kalian duluan saja,” ujar Jeno. “Aku masih ingin ditempat ini untuk mencoba merelakan semuanya,”
Taeyong menepuk pundak Jeno, “Semoga kau diberi kesabaran lebih untuk semua ini, kami pamit pulang.”
“Thank's bro, dan hati-hati di jalan.”
Taeyong dan Doyoung pun pergi, Xiaojun pun menepuk pundak Jeno.
“Jangan terlalu lama bersedih, bersenang-senanglah. Semuanya akan baik-baik saja setelah ini,”
Jeno ingin sekali menghajar Pria didepannya kini, dia tersenyum angkuh setelah memberikan kata-kata yang tak pantas diberikan kepada seseorang yang tengah berduka.
“Jika aku jadi dirimu, aku akan waspada. Kita tak tau kapan kematian akan datang, bukankah begitu?”
“Teruslah berkata demikian, aku tidak takut. Aku bisa melenyapkan siapapun yang ingin berurusan denganku,”
Dasar rubah, batin Jeno.
Jeno tersenyum kecil, “Baiklah, Tuan tidak takut. Semoga kata-katamu menjadi senjatamu sendiri,”
Xiaojun mendecih pelan, dan kemudian menyusul Taeyong dan Doyoung yang sudah pergi terlebih dahulu.
Seseorang yang sejak tadi menunggu sepi dibalik pohon besar pun akhirnya datang menemui Jeno yang sedari tadi menunggunya. Sosok itu mengenakan pakaian serba hitam dengan masker dan juga topi yang membantu menyamarkan identitasnya.
“Apakah Ibu suka dengan hadiahku?”
Jeno mendengus kecil, “Iya, katanya Ibu suka. Parfum yang kau buat itu memang bagus, dan juga tahan lama. Kau tak salah memilih Orang rupanya,”
“Mau bagaimana lagi, aku tidak memiliki pilihan lain selain menuruti kemauan Ibu.” ujarnya enteng, Pria itu melihat kedua makam yang masih basah. “Kasian, mereka masih muda tapi sudah mati terlebih dahulu. Aku turut berduka cita,”
Jeno tertawa sembari memegang perutnya, “Pria itu berkata bahwa dia tidak takut dengan kematiannya. Padahal kematian sedang mengintainya saat ini, benar-benar membuatku muak.”
“Ia benar-benar angkuh seperti pertama kali aku bertemu dengannya. Dia tidak tau berurusan dengan siapa saat ini,”
“Kau bisa melakukannya sendirian?” tanya Jeno. “Ia bisa membunuh siapapun seperti mainan, cepat namun tak meninggalkan bekas.”
Pria bertopi itu membuka maskernya, senyumnya hadir. Lebih tepatnya untuk mengejek perkataan Jeno, “Aku lebih kuat, cepat, tangkas, cerdas dari pembunuh yang tinggal di komplek itu, Legend.”
Jeno melihat sekitarnya, “Tolong jangan memanggilku dengan sebutan itu. Saat ini aku tidak memakai topeng dan pengubah suaraku,”
“Kau takut ketahuan?”
“Aku tidak takut, aku hanya akan bersenang-senang setelah ini untuk kematian dua keparat itu. Dia telah menyalahi peraturan tinggal di tempat kuasa kita,”
“Ya, kali ini serahkan semuanya padaku. Aku akan melenyapkan mereka seperti debu.”
Jeno tersenyum, setidaknya ia tidak perlu bersusah payah turun tangan untuk membunuh kedua Pria yang tidak dia sukai sejak awal.
Mereka tidak tinggal di perumahan yang normal, perumahan tersebut hanya berkedok rumah biasa dengan di huni Orang-Orang yang tampak normal namun sebenarnya yang terjadi adalah tempat persembunyian untuk para penjahat, tetapi tidak semuanya karena beberapa dari mereka memanglah manusia biasa yang harus terjebak tinggal bersama penjahat.
“Kasian Mark dan Jungwoo, aku turut berduka cita untuk cinta kalian yang kandas seperti Romeo dan Juliet.” ujar Jeno.
“Menurutku belum tentu, masih ada kesempatan. Jungwoo belum mati bukan?”
Jeno mengangguk, “Tentu, kau ingin merebutnya dari Mark? Padahal makamnya masih basah loh,”
Pria itu menertawakan Jeno, “Sudahlah, memang lebih baik sekarang kita pulang. Tidak perlu berlama-lama di sini, atau kau akan kehilangan mangsamu.”
✨ To Be Continue ✨
YOU ARE READING
Drippin' | Markwoo + Jaewoo
Romance[ S L O W U P D A T E ] Ide cerita murni hasil imanjinasi Blue ⛔ Homophobia dan Plagiator Pergi Dari Lapak Ini ⛔ ⚠ Trigger Warning ⚠ Murder, Toxic Relationship, Violence, NSFW, and Abuse. [ S I N O P S I S ] Jungwoo mengira jika Jaehyun berbeda den...
✨ Twelve ✨
Start from the beginning
