IV :: Abi dan Umi🌿

4.3K 672 319
                                    

"ABI!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ABI!"

"APA UMI?"

"Gue bunuh lo, sekali lagi manggil gue Umi!" bentak Alma.

Abian nyengir. "Kan lo duluan yang manggil gue Abi." Ia bergerak menuju bangku Alma.

"Nama panggilan Bian terlalu bagus buat lo."

Namanya Abian Reynand, orang-orang selain Alma biasanya memanggilnya Bian. Abian mendengus. "Sejelek itu ya gue di mata lo?" Abian memandang Alma sendu, saat ini ia sudah di hadapan Alma. Ia berdiri, sedangkan Alma duduk. Mereka hanya terhalang sebuah meja.

Alma tampak berpikir sebentar. "Iya!" serunya. "Oh, ya! Gue hampir lupa." Alma memandang Abian nyalang. "Lo yang ngambil pulpen gue, kan?"

Pasalnya hari ini Alma melupakan tugas dari Pak Budi, bahkan pagi tadi ia belum sempat sarapan dan berakhir Renata yang membelikannya sarapan di kantin. Alma berniat untuk mengerjakan tugas dari Pak Budi sesaat sebelum ia menyadari bahwa pulpen kesayangannya telah lenyap. Ia memang mempunyai kebiasaan meninggalkan semua alat tulisnya di laci meja.

Abian gelagapan. "Eng--enggak. Enggak kok, Al!" serunya yakin.

Alma memicingkan matanya. "Sampai lo bohong, gue sumpahin pantat lo bisulan!"

Muka Abian memelas, ia menyatukan kedua tangannya memohon. "Jangan atuh, Al! Lo kok tega sih sama gue?"

Alma menyelipkan anak rambut yang menganggu pandangannya ke belakang telinga. "Lo juga tega sama gue!" hardiknya. "Mana pulpen gue?"

Abian menghela napas pasrah, mengambil pulpen berwarna ungu pastel dari saku seragamnya dengan terpaksa, lalu menyerahkan kepada si pemilik. Alma meraih pulpennya dari tangan Abian. Setelah itu, memulai aksi menyalin jawaban tugas Renata.

🌿🌿🌿

"Buruan, Ren! Kantinnya keburu rame ntar."

"Ish! Iya-iya." Renata berdiri, berjalan menuju Alma yang berkacak pinggang di depan pintu kelas.

Abian menyela, "Al gue ikut, ya!" Ia berlari menghampiri Renata dan Alma yang baru saja berjalan meninggalkan kelas.

Renata menghentikan langkahnya, juga menahan Alma yang seolah menulikan telinganya. Abian berdiri sumringah dihadapan mereka, membuat Alma memutar bola mata malas. "Kenapa lo lagi, sih?" tanyanya.

Masih dengan senyum pepsodent. "Kan gue udah bilang, kita itu jodoh."

Alma berlalu, tidak memperdulikan ucapan Abian.

Kantin SMA Erlangga terlihat riuh, banyak siswa yang berlalu lalang ke sana kemari. Alma dan Renata menempatkan diri di salah satu meja yang masih kosong, berada tepat di tengah kantin.

Dihantui Mas Mantan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang