24. Elegi Ariadne

Start from the beginning
                                    

Aku diam tak menjawab Papa maupun Tante Rinda. Melanjutkan makan lebih baik daripada menanggapi permintaan Papa yang tak akan pernah kulaksanakan. Memanggil Tante Rinda dengan sebutan Mama lagi? Sungguh aku tidak sudi.

"Kamu rasain nanti kalau jadi orang tua, kalau anakmu nggak mau manggil Mama," ujar Papa lalu mendengus malas. Kalimatnya barusan jelas ditujukan kepadaku.

Aku menaruh sendok dan garpu dengan kasar ke piringku hingga menimbulkan denting yang cukup keras. Jujur saja, aku paling tidak suka kalau masalah ini diungkit kembali. Aku bisa menerima Tante Rinda jadi ibu sambungku, tapi kalau Papa tidak menghargai pilihanku untuk tidak lagi memanggilnya "Mama," jelas aku tidak terima.

"Maksudnya, Papa nyumpahin aku jadi pelakor? Terus bersikap sok innocent mentang-mentang anaknya suamiku masih kecil dan bisa dibodohi?" tanyaku sinis.

"Pikiranmu buruk. Malu sama umurmu, kayak gini masih dibahas," kata Papa.

Aku tertawa getir. "Papa juga harus malu, udah berumur tapi nggak mau mengakui kesalahan. Aku udah besar loh Pa, udah bisa memahami dan menerima kalau Papa sama Tante mengakui semuanya. Aku juga nggak bakal cerita ke Anya kok tentang dosa-dosa kalian," kataku.

Papa diam seribu bahasa. Kulihat ia mengeratkan rahangnya dan menatapku tak senang. Sementara Tante Rinda di sampingnya mencoba menenangkan dengan mengelus punggung Papa.

"Bicaramu udah seperti perempuan benar aja. Kalau bukan Genta, nggak ada yang mau nikah sama kamu," ujar Papa menusuk tepat ke ulu hatiku.

"Mas!" sergah Tante Rinda. "Kamu yang nggak bisa jaga omongan!" bentaknya membelaku.

Aku tak bisa menahan kala air mata begitu cepat keluar dari pelupuk mataku dan kini menetes di pipi. Aku termangu. Papa benar. Ia sangat benar. Kalau bukan Genta, tidak ada yang mau menikahiku. Mana ada yang ingin menikahi perempuan bebas yang hanya tahu bersenang-senang saja. Perempuan ambisius, kotor, genit, sok cantik, dan segala cibiran yang selalu kudapatkan dari dulu. Papa benar, hanya Genta yang mau menikahiku. Itu juga karena simbiosis konyol yang sebentar lagi akan usai.

"Setidaknya aku nggak akan selingkuh sampai buat pasanganku mati sia-sia dan nggak mengakui kesalahannya ke anakku sendiri."

"Kamu nggak tahu apa-apa! Kamu nggak kenal Hera, Ane. Nggak berhak kamu menghakimi Papa."

"Apa yang bisa dibela dari perselingkuhan?" tanyaku menjeda. "Aku juga nggak akan pernah tahu Mama gimana, Papa gimana, dan pernikahan kalian dulu gimana kalau Papa bahkan nggak mau ngakuin dosa-dosa Papa, yang bahkan sebenarnya udah kebongkar. Papa juga loh yang bertahun-tahun menutupi itu sama aku sampai aku tahu sendiri. Apa pernah Papa mencoba kasih penjelasan ke Ane kecil yang pas itu terluka? Papa cuma marah, marah, dan marah ke aku. Papa cuma ngebela Tante Rinda dan balik ngata-ngatain aku sok tahu dan ikut campur urusan orang dewasa. Terus aku harus gimana selain menyimpan pikiran buruk tentang kalian berdua?"

Papa terdiam. Begitu juga dengan Tante Rinda yang menangis. Selalu saja perempuan itu menangis tiap pembicaraan ini terjadi. "Udah lah Pa, balik lagi ke poin awal. Kalau gini terus ya sampai mati, sampai kapan pun aku nggak akan pernah sudi manggil Tante Rinda jadi Mama lagi. Cukup aku digoblok-goblokin dulu," kataku menjeda. "Cukup ya? Nggak usah lagi ada pembahasan kayak gini. Bahkan aku pikir pembahasan kayak gini udah berakhir pas aku kuliah dulu. Kenapa sekarang dibahas lagi sih? Aku udah nerima kalian berdua kok. Aku juga nerima Tante. Aku sayang kok sama Tante, aku nggak benci sama kalian. Aku cuma kecewa aja kenapa sampai aku besar, aku nggak pernah dapat penjelasan dari sesuatu yang udah kupertanyakan dari dulu.

"Satu lagi Pa, harusnya Papa makasih sama aku karena aku menikah sama Genta. Jadi Papa bisa menikahkan anak kesayangan Papa sama Tante. Kalau bukan karena Genta juga, aku nggak bakal percaya dan berminat buat nikah. Dan semua itu karena Papa yang ngebentuk pribadi aku jadi kayak gini sekarang," kataku menyelesaikan.

The Only Exception [END]Where stories live. Discover now