Empat

31.7K 1.6K 28
                                    

Ara merasakan pusing dikepalanya, ingin rasanya Ara menangis saja karena hendak akan muntah tapi dia tidak bisa. Bagaimana tidak pusing dan ingin mual karena Aldrick menghukumnya dengan cara menggantung Ara dilangit atap kamar apartementnya seperti kelelawar dengan kepala dibawah dan kaki diatas dan ini sudah hampiri satu jam. Hal itu membuat kepalanya sangat pusing dan ingin mual.

"Kak Al, lepaskan Ara, Ara pusing, sudah ya? Ara minta maaf, Ara janji tidak akan balapan lagi. Kepala Ara pusing Kak." Ucap Ara merengek pada Aldrick.

Aldrick. Laki-laki itu hanya diam duduk disofa menyandarkan tubuhnya disandaran sofa sambil menyesap cocktail nya dan menatap Ara tergantung seperti itu.

"Ini masih tahap hukuman karena kau melanggar perintahku untuk tidak balapan, little girl dan kau melanggarnya. Dan tambahan hukumanmu yang kabur tadi belum aku lakukan." Ucap Aldrick dingin membuat Ara menggerang frustasi.

"Tapi Ara pusing Kak, Ara juga ingin muntah hiks.." Ucap Ara menangis. Namun Aldrick masih diam menatap Ara datar.

Aldrick yang melihat gadis kecilnya nangis, Aldrick menaruh cocktail nya dimeja lalu berdiri dan mendekati Ara yang masih menangis. Aldrick menarik belakang kepala Ara lalu Aldrick menempelkan bibirnya pada bibir Ara dan langsung melumatnya dengan rakus. Bibir gadis kecilnya yang membuatnya candu dan membuatnya harus menahan hasratnya agar tidak merusak Ara terlebih dahulu sebelum mereka menikah.

Ara yang mendapat ciuman dari Aldrick berhenti menangis dan membalas ciuman Aldrick. Bahkan Ara merasakan lidah Aldrick yang lembut melesak masuk kedalam mulutnya. Ciuman Aldrick selalu membuatnya terbuai karena bibir Aldrick terasa sangat lembut mencium bibirnya. Sampai decapan ciuman mereka terdengar dipenjuru kamar Aldrick.

Ara yang mulai kehabisan nafasnya langsung menggigit bibir bawah Aldrick untuk memberinya tanda kalau dia kehabisan nafas.

Aldrick yang mengerti itu langsung saja melepaskan bibirnya dari bibir tipis Ara dengan nafasnya yang memburu begitu juga Ara. Aldrick menatap Ara lembut tidak seperti tadi yang dingin, lalu Aldrick memberikan kecupan sekilas dibibir Ara.

"Turunin Ara Kak, Ara pusing hiks.." Ucap Ara memelas dan kembali menangis setelah ciuman mereka selesai.

Aldrick menghembuskan nafasnya lalu mulai melepaskan Ara dari ikatan yang menggantungnya dengan perlahan agar tidak membuat Ara terjatuh dan terluka. Setelah berhasil melepaskan Ara dari ikatan, Aldrick langsung menggendong Ara didepan dengan Ara yang melilitkan kakinya di pinggang Aldrick, lalu Aldrick keluar dari kamar dan menuju dapur.

Sampainya didapur, Aldrick mendudukkan Ara dimeja pantry tapi Ara tak melepaskan pelukannya

"Kenapa ke dapur? Ara pusing." Rengek Ara masih memeluk leher Aldrick dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Aldrick.

Aldrick memberikan kecupan dipuncak kepala Ara lalu mengusapnya. "Sebentar lagi pusingnya hilang. Kau mau makan apa?" Tanya Aldrick lembut.

"Ara tidak mau makan, Ara tidak lapar. Ara ingin tidur saja, kepala Ara masih pusing." Ucap Ara merengek.

"Kau makan dulu, little girl."

Ara menggelengkan kepalanya membuat Aldrick menghembuskan nafasnya. "Baiklah."

Aldrick langsung kembali menggedong Ara dan kembali ke kamar untuk menidurkan Ara karena kepalanya pusing akibat tubuhnya yang digantung tadi seperti kelelawar. Aldrick merasa bersalah dengan itu, tapi itu adalah hukuman untuk gadis kecilnya yang selalu melanggar peraturannya.

"Aku akan menguhubungi Papamu kalau kau akan menginap. Setelah kau bangun, aku akan melakukan hukuman tambahanmu nanti." Ucap Aldrick saat masuk kedalam kamar.

Aldrick's Mine [END] Where stories live. Discover now