18

2.6K 207 31
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Minju tertegun. Ulang tahunnya yang kedua puluh lima sebentar lagi.

Kenapa Yujin bisa mengetahui detail hari ulang tahunnya?

Minju tertarik, tetapi dia akan memuaskan Yujin kalau dia mengikuti Yujin untuk berbicara dengannya. Jangan-jangan memang itu tujuan Yujin, supaya dia tidak berhujan-hujanan dan mengikuti Yujin.

“Nanti aku akan menyusulmu kalau aku sudah puas disini”.

Api menyala di mata Yujin, dan tampak jelas lelaki itu mencoba menahan diri, “Terserah, nanti temui aku di ruang kerjaku,” suaranya lebih seperti geraman, kemudian membalikkan badan dengan marah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Setelah puas menikmati hujan, Minju masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian dan makan malam. Dia sengaja tidak menemui Yujin, lagipula sepertinya lelaki tadi hanya asal bicara ketika bilang ingin berbicara tentang hari ulang tahunnya.

Dan Minju tidak yakin kalau Yujin akan menunggunya. Lelaki itu sepertinya sangat sibuk dan punya banyak urusan.

“Kenapa kau tidak menemuiku di ruang kerjaku?” , suara di kegelapan itu mengagetkan Minju.

Dia menajamkan matanya dan melihat Yujin duduk di sana, di keremangan kamarnya.

“Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa izin?,” Minju berteriak kaget, tangannya meraba-raba saklar lampu di dinding, berusaha menghilangkan kegelapan yang menyelubungi Yujin, karena lelaki itu tampak lebih menyeramkan di antara cahaya yang remang-remang.

Minju berhasil menyalakan lampu dan cahaya itu langsung menyelubungi Yujin. Lelaki itu duduk di sofanya, dengan santai, hanya memakai piyama sutera warna hitam dan disebelah tangannya memegang gelas minuman.

Minju melirik ke botol brendy yang entah berasal dari mana, yang sepertinya sudah dituang Yujin selama menunggunya.

Apakah lelaki itu mabuk?

Jantung Minju mulai berdegup. Dalam keadaan sadar saja emosi Yujin sangat tidak mudah ditebak, apalagi dalam kondisi mabuk.

“Apa yang kau lakukan disini Yujin?”

Yujin mendengus dan menatap Minju dengan tajam, “Kau pikir apa? Aku menunggumu di ruang kerjaku dan kemudian menyadari bahwa kau, dengan kepalamu yang keras kepala itu memutuskan untuk melawanku”

Minju mundur ke belakang, melirik pintu putih itu, dan berusaha sedekat mungkin di sana, sehingga ketika Yujin bertindak di luar batas dia bisa segera melarikan diri.

Yujin tersenyum melihat tingkah Minju, “Kau seperti kelinci ketakutan lagi Minju, apakah kau takut aku akan melakukan sesuatu yang kejam? Seperti mencampurkan obat di minumanmu, atau melemparkanmu dari balkon lagi?,” Yujin menyeringai, meletakkan gelasnya dan berdiri, makin lama makin mendekati Minju.

“Apakah kau mabuk Yujin?,” Minju melirik ke arah pintu, hanya butuh beberapa detik kalau Minju ingin melarikan diri dari Yujin. Dia pasti bisa melakukannya.

“Ahn Yujin tidak pernah mabuk,” Yujin melangkah mendekat dengan tenang, seperti singa yang mengendap endap mengincar mangsanya.

“Dan kau…. Seharusnya kau mendengarkan apa yang kuperintahkan, Minju”

Minju tahu di situlah titiknya. Di situlah titik Yujin kehilangan kesabarannya, karena itulah Minju langsung melompat dan mencoba melarikan diri ke pintu.

Dia berhasil membuka pintu itu sedikit, sebelum dengan gerakan lebih cepat dan tanpa suara, Yujin sudah ada dibelakangnya, mendorong pintu itu menutup kembali sebelum sempat terbuka.

Sleep With The Devil [JINJOO]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora