11

2.8K 196 22
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Yujin memasang jasnya dan menoleh pada Hyewon yang berdiri menungguinya di dekat pintu.

“Bagaimana dengan kasus terakhir itu? Sudah kau bereskan?”

Hyewon mengangkat bahunya, “Tuan Yena memendam kemarahan kepada tuan. Apalagi karena tindakan tuan sudah menggilas habis seluruh perencanaan proyeknya”

Yujin tersenyum, membayangkan muka Choi Yena saat ini pasti sedang merah padam karena marah.

“Dia selalu marah kepadaku, sejak awal. Tetapi sampai sekarang dia tidak akan bisa berbuat apa-apa kepadaku. Dia tahu dia akan mati kalau sekali saja dia mencoba membunuhku, lalu gagal.”

“Bagaimana kalau dia mencoba dan berhasil?,” Hyewon menyela dengan cepat.

“Tuan Yena sangat licik dan bertangan kotor. Dia menggunakan banyak orang untuk mencapai tujuannya, kita tidak boleh meremehkannya dan harus selalu berhati-hati.” Hyewon menatap Yujin dengan tatapan mata serius.

“Seharusnya tuan menyuruh saya untuk membereskan orang itu dari dulu, supaya dia tidak berani berbuat macam-macam”

Yujin menggelengkan kepalanya tak peduli, “Dia tidak akan berani, dan kalaupun dia berani melakukan apapun… aku sendiri yang akan menghabisinya”

Choi Yena adalah salah satu musuh bisnis Yujin. Lelaki itu bersikap munafik karena di depan Yujin dia selalu bersikap baik dan bersahabat. Tetapi Yujin tahu kalau lelaki itu menyimpan kebencian yang amat mendalam kepadanya karena bisnisnya semakin terpuruk akibat gilasan ekspansi yang dilakukan Yujin.

Yujin sadar dia memang tidak boleh meremehkan Yena, karena Yena punya teman-teman penting di balik bisnis kotornya.

Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan anak buahnya, lelaki itu berhubungan dengan sindikat senjata gelap dan kelompok-kelompok bawah tanah.

Tidak menutup kemungkinan Yena pada akhirnya akan menyewa salah seorang dari mereka untuk membunuhnya. Yujin, meskipun dibekali dengan kemampuan bela diri dan sangat ahli dalam berbagai jenis senjata serta dikelilingi oleh pasukan pengawalnya yang kompeten, harus selalu waspada.

Suatu saat, ketika Yena sudah terasa sangat mengganggu seperti hama penyakit yang harus dibasmi, Yujin sendiri yang akan membereskannya.

Tetapi tidak sekarang, mungkin reputasi Yujin yang kejam membuat Yena sangat berhati-hati dalam bertindak, Yujin ingin melihat sejauh mana gerakan Yena, baru setelah itu dia memutuskan akan dibagaimanakan sampah itu.

Nanti. Gumam Yujin dalam hati, Sekarang dia harus makan malam dengan perempuannya.

Setelah merasa puas dengan penampilannya, Yujin memutar tubuhnya dan mengedikkan bahunya kepada Hyewon,

“Dia sudah siap?”

Hyewon menganggukkan kepalanya,

“Nako sudah menyiapkannya dari satu jam yang lalu,” Hyewon membungkukkan badannya, lalu membukakan pintu untuk Yujin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ketika didandani oleh Nako, Minju sudah terlalu lelah untuk melakukan pemberontakan sekecil apapun. Dia bahkan tadi tidak bertanya apapun ketika Hyewon mengantar Nako ke kamarnya dan laki-laki itu tiba-tiba mendandaninya.

“Sepertinya kau berubah menjadi pendiam, kau tidak ingin tahu mengapa kau didandani?,” Nako bertanya setelah dia selesai mengoleskan eye shadow warna keemasan di kelopak mata Minju.

Minju hanya menggelengkan kepalanya, tidak mampu menjawab. Ingatan akan kejadian di kamar mandi tadi membuat perasaannya campur aduk.

Oh ya, sesuai janjinya, Yujin hanya mandi.

Sleep With The Devil [JINJOO]Where stories live. Discover now