GMD 42

252K 25.6K 1.6K
                                    

42| Ardan Galau

Sedari tadi Ardan tidak bisa fokus kepada materi yang disampaikan oleh kliennya. Pikirannya terus tertuju kepada Matahari-nya.

Dia menghela nafas, akankah dia sanggup berpisah dengan matahari dan Ken selama seminggu kedepan? Sepertinya tidak.

Ingin rasanya dia juga ikut kerumah Matahari, namun dia tidak ingin memberikan kesan yang buruk kepada calon mertua dan calon kakak iparnya karena terus mengikuti Matahari.

Ardan menghela nafas lagi, biarlah dia menahan perasaan ini, asalkan dia bisa mendapatkan perhatian dari calon mertua dan calon kakak iparnya.

Karena merasa sia-sia dia berada disini, Ardan segera bangkit dari kursinya. Semua orang yang diruang rapat langsung ikut berdiri sambil menatapnya dengan takut-takut.

"Leo," panggil Ardan kepada sekertarisnya.

"Iya pak?"

"Tolong kamu yang melanjutkan rapat ini. Sepertinya saya sedang tidak enak badan, saya akan pergi beristirahat."

Leo mengangguk patuh, lalu Ardan segera pergi meninggalkan ruang rapat. Moodnya hari ini benar-benar berantakan.

Ardan membuka pintu ruangannya, lalu dia merebahkan tubuhnya diatas sofa. Dia memejamkan mata sambil memijit pelipisnya pelan.

Ah, baru beberapa jam, Ardan sudah merindukan Matahari-nya. Dia merogoh ponsel yang berada disaku celananya lalu menelpon seseorang yang ia rindukan.

Ardan menunggu sampai sambungan nya diangkat, namun sampai dering terakhir pun panggilannya tidak diangkat. Ardan mencoba sekali lagi, namun hasilnya sama saja. Lalu dia mencoba sekali lagi, lagi, dan lagi, sampai panggilannya diangkat, namun hasilnya nihil, Matahari tidak menjawab panggilannya.

Ardan melemparkan ponselnya asal ke sofa didepannya. Lalu dia kembali memejamkan mata.

Katanya tadi kalau kangen tinggal telpon, giliran ditelpon malah gak diangkat. Ck, sial! Ardan terus menggerutu didalam hatinya. Pikirannya terus menebak-nebak apa yang dilakukan Matahari hingga perempuan itu tidak mengangkat telponnya.

Saat ingin terlelap kedalam mimpi, tiba-tiba Ardan terlonjak kaget saat mendengar pintu ruangannya dibuka dengan kasar.

BRAK!

"Anjir, jangan kasar-kasar dong. Ntar singanya ngamuk!" ujar seseorang dengan kesal.

"Lagian lo kelamaan! Kan kaki gue pegel." sahut yang lain.

"Ya tapi nggak pake di gebrak gitu juga, Bambang!"

"Gue bukan Bambang! Gue Raden Putro Nuswantoro anaknya bapak Reno Nuswantoro!"

"Bodoamat njir, gak ada yang tanya!"

Ardan menghela nafas saat mendengar suara yang sangat dikenalnya. Ya siap lagi kalau bukan dua curut yang sudah menjadi temannya, Raden dan Doni.

"Eh, Abang Ardan. Udah melotot aja matanya." ucap Raden sok manis.

Ardan mendengus kesal, lalu mendudukkan tubuhnya dikursi sambil menyandarkan kepalanya.

Godaan Mas Duda (END)Where stories live. Discover now