GMD 41

259K 25.9K 2K
                                    

41| Pulang

M

atahari menggeliat di tidurnya saat mendengar ponselnya terus berdering. Dengan mata yang belum terbuka sempurna, matahari meraih ponselnya dan mengangkat panggilan tanpa melihat username nya.

"Halo?" gumam Matahari lirih.

Terdengar suara decakan dari seberang sana.

"Belum bangun ta?" balas seseorang itu.

"Hmm..belum."

"Ck,, anak ini! Udah jam 6 belum bangun juga! SEKARANG BANGUN!"

Matahari langsung membuka matanya lebar saat mendengar teriakan kencang dari telepon.

"Bunda,, jangan teriak-teriak!"

Ya, yang menelpon matahari sepagi ini adalah bundanya, Jauti. Emang siapa lagi orang yang mau repot-repot menelpon matahari sepagi ini.

"Abisnya kamu kebo banget jam segini belum bangun,"

"Ata biasanya bangun jam 5 pagi Bun, tapi semalem badan Ken sedikit hangat dan rewel jadi Ata kurang tidur." jelas Matahari.

Sedangkan diseberang sana Jauti tersenyum lebar mendengar penuturan anaknya. Sepertinya Matahari sudah pantas menjadi ibu.

"Bunda kenapa telpon pagi-pagi? Tumben?" tanya Matahari, kini dia sudah duduk bersandar dikepala ranjang.

Diseberang sana Jauti menepuk dahinya pelan, "Bunda cuma mau ngabarin, kalau Deffodil sama Krisan pulang." ucap Jauti.

"Hah beneran Bun?!" tanpa sadar Matahari memekik kencang. Dia langsung membekap mulutnya saat melihat Ken menggeliat dalam tidurnya.

"Beneran Bun?" tanya Matahari lagi yang kini sedikit berbisik karena tidak mau mengganggu tidur Ken.

"Iya makanya kamu pulang! Pokoknya harus pulang sekarang juga bunda gak mau tau!"

Tut!

Matahari menghela nafas pasrah saat bundanya memutuskan sambungan sepihak.

Oke hari ini dan beberapa hari kedepan Matahari akan meminta libur kepada Ardan.

🌻🌻🌻

"Selamat pagi." ucap Matahari sambil menghampiri Ardan yang masih terpejam di kasurnya.

Ardan menggeliat saat merasakan sentuhan di pipinya yang begitu lembut, lalu matanya mengerjap pelan menyesuaikan dengan cahaya yang masuk dari cela jendela.

"Pagi," balas Ardan.

Matahari tersenyum saat melihat mata Ardan yang sudah terbuka lebar. Dia segera berdiri untuk menyiapkan pakaian Ardan, namun belum sempat ia berjalan tangan nya sudah ditarik Ardan hingga dia terjatuh menimpa laki-laki itu.

Ardan segera mengunci pergerakan Matahari yang berada diatasnya. Lalu dia menenggelamkan wajahnya diceruk leher Matahari, menghirup aroma tubuh kekasihnya.

"Mas," ucap Matahari yang merasa tidak nyaman dengan posisinya.

"Hmm?"

"Lepas dulu."

"Bentar yang."

Matahari hanya bisa pasrah saat Ardan semakin mengeratkan pelukannya. Tiba-tiba Matahari dibuat menegang saat merasakan sesuatu yang basah menyentuh lehernya.

"Mas," panggil Matahari dengan suara tertahan.

Ardan tidak bergeming dan terus melanjut kan aksinya. Bibirnya terus menyusuri leher jenjang Matahari dan sesekali menghisap nya pelan. Ardan baru saja melepaskan pelukannya saat dia telah berhasil membuat satu tanda kemerahan didekat gumpalan padat dada Matahari.

Godaan Mas Duda (END)Where stories live. Discover now