GMD 17

316K 34.3K 1.1K
                                    

17| Keputusan

Jauti menatap sendu kearah Matahari, sekarang dia dan suaminya sedang berada didalam kamar anak bontotnya. Saat ini mereka sedang membantu packing anaknya yang tiba-tiba berkata ingin meninggalkan rumah karena sudah mendapat pekerjaan.

"Ta, seriusan ini?" Entah sudah ke-berapa kalinya Jauti mengucapkan hal yang sama.

Pasalnya sejak dia pulang dari rumah sakit dan menceritakan semua tentang keputusan yang sudah dia ambil, bahwa dia akan bekerja menjadi pengasuh anak Ardan, Jauti dan Demo langsung protes tidak setuju. Namun dengan segala bujuk rayuan Matahari akhirnya kedua orangtuanya luluh juga.

Matahari menatap lama bundanya, sebenarnya ada perasaan tidak rela untuk berpisah dengan kedua orangtuanya, Namun bagaimana pun ini sudah menjadi keputusan nya.

"Bunda,, kan ata udah bilang tadi."

"Ini terlalu mendadak sayang. Bunda belum siap kalau kamu harus pergi sekarang, bisa diundur gak sampai tahun depan?"

Matahari menatap bundanya jengah, "yakali Bun,, orang butuhnya sekarang masa suruh diundur tahun depan. Ya keburu cari yang lain."

"Malah bagus kalau cari yang lainnya," seru Demo. "Ayah masih sanggup kok nampung kamu lebih lama dirumah ini. Kamu jangan khawatir uang ayah banyak. Batalin aja ya."

Demi apa! Matahari benar-benar ingin menceburkan dirinya kedalam kinderjoy sekarang juga. Kedua orangtuanya sedari tadi tidak ada henti-hentinya membujuk dirinya agar tidak jadi pergi bekerja.

"Ih.. ayah sama bunda kok gitu sih, inikan udah jadi pilihan ata. Lagian kalau ata dirumah terus ayah sama bunda sering ngomelin ata yang suruh kerjalah, kuliahlah, inilah, itulah, sekarang giliran ata udah dapet pekerjaan dan tinggal cus aja ayah sama bunda larang-larang." Matahari mencebik tidak suka kearah orangtuanya.

"Bukan begitu sayang, ayah sama bunda bilang seperti itu supaya kamu itu tidak selalunya dirumah saja tanpa memikirkan masa depan. Kami hanya ingin anak bontot yang satu ini juga punya masa depan yang cerah seperti kakak-kakaknya. Ayah gak pernah ngelarang kamu buat gak kuliah, dan sebaliknya ayah selalu mendukung pilihan kamu." jelas Demo.

Kedua mata Matahari tampak berkaca-kaca saat mendengar penuturan ayahnya. Dia jadi merasa bersalah karena sempat merasa tidak suka saat kedua orangtuanya melarang-larang nya.

Matahari langsung memeluk tubuh ayah dan bundanya yang duduk bersebelahan didepannya. Tanpa sadar air matanya sudah menetes deras.

"Maafin ata yah, Bun."

Jauti membalas pelukan anaknya erat, air matanya juga sudah ikut mengalir. Jika dipikir, ini adalah pertama kalinya dia akan terpisah dengan anak bontotnya ini. Terpisah dalam artian, Matahari yang tidak lagi tinggal serumah bersama mereka. Walaupun bisa pulang, namun tetap saja berbeda. Biasanya anak perempuan ini selalu dirumah, bisa bertemu setiap saat dengannya dan sekarang tiba-tiba anak perempuannya ini mengatakan akan pergi untuk bekerja. Perasaan tidak rela langsung menggerogoti hatinya.

Sedangkan Demo juga sama seperti sang istri, tidak rela untuk berpisah dengan anaknya. Namun apalah daya, dia tidak ingin menjadi orang tua yang mengekang kebebasan anak-anaknya, jadi dia hanya bisa diam dan menerima. Dia akan selalu mendukung pilihan anak-anaknya, namun dia tidak lepas tanggung jawab begitu saja. Dia akan selalu mengawasi pekerjaan anak-anaknya.

"Sudah-sudah, jika ini pilihan kamu ayah dan bunda hanya bisa mendukung." Ucap Demo sambil menepuk pelan kepala Matahari.

Dengan perlahan perempuan muda itu melepaskan pelukannya, matanya menatap kedua orangtuanya sambil tersenyum cerah. Dia sudah memantapkan hatinya jadi dia tidak boleh goyah.

"Ayah.. bunda.. ata pasti akan baik-baik aja. Percaya deh sama Ata." ucap Matahari sambil terkekeh pelan. Tangannya mengusap air matanya lalu beralih mengusap air mata bundanya.

"Jangan nangis dong Bun, nanti kan ata bisa pulang, Kita juga masih bisa telponan."

Jauti mengangguk sambil mengelus balik pipi Matahari, "beneran ya telpon bunda, nanti jangan sok sibuk loh. Mentang-mentang udah kerja."

"Iya bunda sayang."

"Bunda aja yang disayang? Ayah enggak?!" ucap Demo sambil merajuk.

Matahari langsung tertawa melihat tingkah ayahnya, lalu dia langsung memeluk tubuh laki-laki tercintanya itu.

"Ata sayang ayah juga." seru Matahari riang.

Jadilah mereka bertiga saling berpelukan. dan setelah itu baru membantu packing keperluan Matahari.

.....

Aku kemaren bacain komentar kalian dan banyak yang minta double update. Okey aku turutin( ˘ ³˘)

Aku double update hari ini!! Jangan lupa cek part sebelum ini siapa tau ke selip༎ຶ‿༎ຶ

Jangan lupa vote+komen❤️ biar aku tambah semangat dan bisa setiap hari update.

Semoga juga kalian ga pernah bosen nungguin cerita ini update dan kalian selalu suka sama cerita ini.

Terimakasih banyak atas dukungan kalian semuanya, aku sayang kalian❤️😭

Godaan Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang