GMD 38

248K 26.7K 12.3K
                                    

38| Terungkap

3 Tahun yang lalu..

Seorang laki-laki berumur sekitar 24 tahunan itu berjalan dengan semangat memasuki sebuah rumah mewah. Ditangannya dia membawa sebuah kertas yang digulung menggunakan pita.

Senyuman dibibir nya kian melebar saat melihat kedua orangtuanya sedang duduk diruang keluarga.

"Mah pah!" panggil laki-laki itu, sontak kedua orangtuanya menoleh kearahnya.

Laki-laki itu berdiri disamping kedua orangtuanya, dia memegangi dadanya yang berdetak kencang. Dia sudah tidak sabar memberi tau kabar gembira ini kepada kedua orangtuanya.

"Kenapa Er?" tanya wanita paruhbaya yang tak lain mama dari laki-laki itu. "Ada masalah lagi?" lanjutnya.

Senyum laki-laki itu langsung memudar, namun dengan cepat dia tersenyum lagi, tapi tak selebar tadi.

"Enggak kok ma, Erian cuma mau bilang--"

"Bilang kalau kamu ngulang kuliah lagi taun depan?!" sahut laki-laki paruh baya yang tak lain adalah papanya.

Laki-laki itu atau Erian Sastrowardoyo yang kerap dipanggil Rian menggenggam erat kertas yang ada ditangannya. Hatinya terasa sakit saat mendengar nada sinis dari papanya sendiri.

"Dasar anak gak berguna! Bisanya malu-maluin keluarga aja! Contoh tuh kembaran kamu Erion, dia selalu mendapat nilai sempurna! Selalu menjadi yang pertama! Lha kamu? Kuliah aja sampe ngulang-ngulang terus! Cih! Memalukan!"

"MAS!"

"Kenapa? Kamu mau membela dia lagi? Sudah lah Arumi, anak itu hanya menjadi aib di keluarga kita! Sudah tidak berguna, nyusahin, hidup lagi!"

Hati Erian mencolos saat mendengar ucapan papanya sendiri. Dia tersenyum tipis, walaupun dia sudah sering dikatai oleh papanya, namun rasanya masih saja sama, sangat menyakitkan.

"Istighfar mas! Erian itu anak kamu juga! Jaga bicara kamu mas, ucapan kamu benar-benar menyakiti hatinya!"

"Aku tidak Sudi mempunyai anak bodoh dan bengal seperti Dia!" ucap Anton, papa Erian.

Arumi hanya bisa menitikan air mata, dia berjalan menghampiri Erian yang hanya berdiri diam ditempat nya.

"Maafkan papa kamu ya sayang," ujar Arumi sambil mengelus lembut rambut anaknya.

Erian hanya terdiam dipelukan mamanya, matanya sudah berkaca-kaca, sebenarnya dia ingin sekali menangis, hatinya sudah tidak kuat menahan sakit, namun jika dia menangis didepan Orangtua nya, bisa-bisa dia akan menjadi bahan cacian LAGI! Dengan sekuat tenaga Erian menahan air matanya dan juga rasa sakit hatinya.

Tak berselang lama, suara langkah kaki terdengar, lalu seruan Anton membuat Arumi melepaskan pelukannya.

"My son!"

Anton langsung memeluk laki-laki yang sangat mirip dengan Erian, dia adalah Erion kembaran Erian.

"Rion!!"

"Mama!"

Keduanya saling berpelukan melepas rindu. Erion baru saja pulang dari Singapura karena telah menyelesaikan pendidikan S2 nya.

"Lihat kembaran kamu, dia pasti mengulang kuliah lagi!" ujar Anton dengan nada merendahkan.

Arumi langsung saja melepaskan pelukannya dari Erion, lalu dia menatap tajam suaminya.

Godaan Mas Duda (END)Where stories live. Discover now