GMD 12

338K 37.3K 2.3K
                                    

Aloha aku datang lagi..

Aku mau ngucapin terimakasih lagi sama kalian, aku ga nyangka bener-bener ga nyangka banget! Ternyata cerita ini udah 1k pembaca!! Aku kira cerita ini ga akan ada yang suka sama sekali tapi kenyataannya membuat aku SPEECHLESS banget!

Ya, mungkin menurut kalian ini lebay tapi buat aku yang penulis baru ini bener-bener sesuatu yang membahagiakan. Padahal aku baru nulis cerita ini satu Minggu lebih dan udah 1k aja yang baca.

Makasih banyak ya kakak-kakak i love you so much ❤️❤️

Sekian dan terimakasih ❤️

...

12| Supermarket

Sejak kejadian satu bulan yang lalu Matahari selalu menghindari Ardan. Dia selalu menolak keinginan laki-laki itu yang mengajak nya berbicara sebentar.

Bahkan laki-laki itu dengan beraninya langsung meminta izin kepada kedua orangtuanya, ketika matahari terus menerus menolak ajakannya.

Kedua orangtuanya tentu saja penasaran. Hal apa yang begitu membuat Ardan kekeh ingin bertemu Matahari dan Matahari selalu menolaknya.

Jauti dan demo sudah mencoba menanyakan kepada anaknya tetapi Matahari selalu mendapat alasan untuk menghindari rasa penasaran kedua orangtuanya itu. Dan untungnya kedua orangtuanya tidak memaksa.

"ATA!" Teriak Jauti keras.

Matahari yang berada didalam kamar mengendus, "APA BUN!" balas Matahari berteriak.

Hening! Tidak ada sautan lagi dari Jauti. Matahari mengangkat bahunya acuh lalu berjalan kearah kasur nya sambil bermain ponsel.

"ATAA!!" lagi-lagi Jauti berteriak.

Matahari berdecak lalu keluar dari kamarnya menuju lantai bawah. menghampiri sang bunda yang mempunyai hobi berteriak.

"Kenapa sih Bun?" tanya Matahari kesal.

Jauti melihat anak bontotnya dengan garang, "Kamu itu kalo dipanggil langsung dateng bisa gak sih?! Kenapa harus ngebuat bunda teriak-teriak dulu baru kamu datang!" jawab Jauti tak kalah kesalnya.

Matahari membuang nafas berat, mencoba bersabar menghadapi sang bunda.

"Ya udah, ini Ata udah datang. Kenapa bunda manggil ata?" tanya Matahari dengan nada yang dilembut-lembutkan.

"Ini," Jauti menyerahkan kertas kepada matahari. "Tolong beliin semua ini di supermarket, bunda mau buat kue kering."

Matahari berdecak kesal tapi tetap menuruti perintah bundanya. "mana uangnya?"

Jauti menyerahkan lima lembar uang berwarna merah kepada matahari, "jangan lama-lama ya."

Dengan senyuman yang mengembang matahari menerima uang tersebut lalu berdiri layaknya seorang polisi yang sedang memberi hormat. "Siap komandan!"

🌻🌻🌻

Matahari mengambil tepung tapioka sebagai barang terakhir yang ia beli. Senyuman kembali mengembang saat melihat keperluan bundanya sudah lengkap. Dengan semangat dia berjalan kearah rak ciki kesukaannya.

Saat sedang memilih-milih ciki, tiba-tiba ada orang yang menepuk pundak Matahari.
Dia membelak saat melihat orang itu.

"RAFA!" teriak Matahari senang. Laki-laki itu langsung tersenyum manis.

"Hai," sapanya.

Godaan Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang