GMD 20

314K 34.3K 2.2K
                                    

Wah ternyata vote dan komennya bisa mencapai target ❤️ kalian keren👍

Coba untuk part ini bisa dapat lebih ga ya?

Btw, buat yang belom follow aku silahkan follow dulu ya, mungkin akan ada informasi tentang jadwal update aku.
Terimakasih ❤️

Hati-hati!!

Part ini mengandung.......

Selamat membaca!

20| kacau

"Kenapa tidak memberi kabar?" Ardan langsung bertanya saat mereka sampai didalam kamar. Sebenarnya dia merasa kesal kepada perempuan itu. Saat ini perasaan nya sedang kacau dan ditambah dengan kelakuan perempuan itu yang membuatnya khawatir.

"Eh, m-maaf pak. Saya lupa."

Matahari meringis, dia menggigit bibir bawahnya.

Ardan meletakkan Ken diatas ranjang. Lalu tatapan matanya jatuh kearah Matahari. Dahinya mengernyit saat melihat bibir mungil perempuan itu digigit kuat.

"Sebelumnya saya sudah pernah bilang kepada kamu kan, jangan pernah menggigit bibir."

Ardan berjalan menghampiri Matahari. Langkahnya berhenti tepat didepan perempuan itu. Bahkan Matahari dapat mencium aroma tubuh Ardan yang wangi. Kepalanya mendongak keatas, karena tinggi badannya hanya sebatas dada laki-laki itu.

"Kamu mau menggoda saya?"

Entah setan apa yang merasuki tubuh Ardan, tiba-tiba saja sesuatu didalam tubuhnya sedikit bereaksi.

Matahari mengernyit heran, lalu kepalanya menggeleng kaku. Lagi pula siapa yang mau menggoda Ardan sih?

"Lalu kenapa kamu menggigit bibir mu?" Ardan menyentuh bibir bawah matahari. Tubuh Matahari langsung menegang.

"S-saya g-gak ada maksud seperti itu kok pak," ucap Matahari sambil terbata.

Ardan semakin berjalan menuju mendekati matahari sehingga mau tidak mau Matahari ikut berjalan mundur sampai punggungnya terhenti karena sudah menabrak tembok.

Matahari menatap gugup kearah Ardan, tatapan mata laki-laki itu terlihat beda dari yang biasanya. Tatapan mata itu seperti saat Ardan mabuk dulu.

"Apa sakit?" tanya Ardan sambil mengelus bibir Matahari. Tatapan matanya seakan terkunci dibibir merah perempuan itu.

Dengan cepat Matahari menggeleng, tubuhnya lemas. Perasaan takut dan gugup sedang menyerang dirinya.

Ardan tersenyum tipis, lalu dia semakin merapatkan tubuhnya dan mengurung Matahari dengan kedua tangannya.

Mata Matahari langsung was-was. Dia dengan cepat mendorong tubuh Ardan saat laki-laki itu mulai memiringkan kepalanya.

"Bapak kenapa sih?!"

Dengan sisa-sisa keberaniannya Matahari bertanya.

"Saya? Emang kenapa?"

"Bapak aneh aja. Tiba-tiba kaya gini."

Ardan tersenyum, lalu menjauhkan tubuhnya. Matahari langsung bernafas lega.

"Aneh gimana maksud kamu?"

"Iya gitu, dateng-dateng auranya beda. Terus dekat-dekat ke saya. Kaya mau nyi--"

Matahari langsung menghentikan ucapannya. Didalam hati dia merutuki mulutnya yang begitu ceplas-ceplos.

"Kaya mau nyi-- apa? Nyium maksud kamu?"

"Eh,, em,, enggak kok buk-- aw!"

Matahari meringis pelan saat punggungnya didorong cukup keras ketembok. Matanya menatap tajam kearah Ardan.

"Sak-- akh!"

Bibir Matahari langsung dibungkam oleh bibir Ardan. Laki-laki itu mengecap bibirnya seperti sedang memakan permen. Matahari memberontak dan memukul dada bidang Ardan. Namun sepertinya tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Ardan yang sangat kuat.

Matahari mencoba pasrah didalam kukungan Ardan. Kepalanya mengikuti alunan bibir Ardan yang sudah bergerak liar.

Mereka berdua seperti lupa akan keberadaan satu mahluk kecil yang juga berada diruang itu. Mahluk kecil itu hanya bisa terdiam sambil memainkan jari-jari tangan nya tanpa memperdulikan kegiatan dua manusia itu.

Cklek!

Matahari yang mendengar pintu terbuka langsung sadar. Dia langsung mendorong tubuh Ardan agar segera menjauh. dengan sangat terpaksa laki-laki itu menghentikan kegiatannya.

Dokter Shakira dan perawat langsung masuk kedalam, pandangan mata mereka langsung jatuh kearah Ardan dan Matahari yang sudah dalam keadaan kacau.

Bibir kedua orang itu merah, bengkak, dan basah, Rambut acak-acakan dan juga baju yang sudah kusut.

Seketika pipi dokter Shakira dan perawat itu langsung memerah. Sepertinya mereka datang disaat yang tidak tepat.

"Ma-maaf meng-ganggu. Tadi saya sudah mengetuk pintu beberapa kali tapi tidak ada yang membuka, jadi saya kira tidak ada orang." Jelas dokter Shakira tak enak hati.

Matahari menundukkan kepalanya dalam, perempuan itu langsung berlari kedalam kamar mandi. Dia sangat malu.

Ardan hanya mengangguk, lalu dia langsung mempersilahkan dokter Shakira untuk segera memeriksa Ken. Sebenarnya dia juga malu, sangat malah. Ketika sedang beraksi namun kepergok oleh seseorang. Namun laki-laki itu mencoba bersikap tenang.

Sedangkan didalam kamar mandi Matahari menatap pantulan dirinya yang terlihat kacau. Bibirnya membengkak, rambutnya sedikit berantakan dan sejak kapan kancing kemeja bagian atasnya terbuka?!

Matahari mengepalkan tangannya erat, Ardan sialan! Bisa-bisanya laki-laki itu membuat Matahari ikut menikmati ciumannya!

Dia sekali lagi menatap pantulannya di cermin, keadaannya kacau pikirannya juga ikut kacau. Dan semua ini karena Ardan si laki-laki sialan!

...

Unch.. unch.. gimana part ini?

Jangan lupa vote+komen❤️

Godaan Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang