GMD 63

204K 22.4K 2.5K
                                    

Terimakasih buat yang udah komen disetiap part, aku seneng banget. Semoga disini juga bisa dikomen disetiap part nya ya kak❤️😘

63| Kabar gembira?

Raden mendengus kesal sembari menggendong Ken. Dia benar-benar tak habis pikir dengan Ardan yang tega-teganya menitipkan anaknya kepada dirinya. Padahal Ardan tau sendiri bahwa dia tidak memiliki pengalaman apapun, Tapi Ardan tetap saja menitipkan anaknya kepada Raden.

"Kenapa gak dititipin orang tua Lo aja sih?" kata Raden kesal.

"Gak bisa, nanti mereka malah khawatir dan maksa-maksa gue suruh balik lagi."

"Yaudah tinggal balik aja apa susahnya?"

"Udah deh, gue nitip sebentar aja. Oiya, biar lebih gampang, Lo ajak main aja kerumah Choco, anaknya Gery. Lo kenalkan? terus kalau udah disana tunggu aja sampe gue jemput. Sebentar aja kok."

"Ck, ribet. Kenapa gak dibawa aja si anak lo?"

"Yaelah, mana boleh kerumah sakit bawa tuyul."

"Hah tuyul?"

"Ken, maksudnya. Kan dia masih kecil, kaya tuyul."

"Lah, geblek, anak sendiri dibilang tuyul!"

"Udah lah, sebentar aja ya, bye." Ardan langsung meninggalkan Raden sendirian.

Sedangkan Raden mendengus kesal sembari berjalan kearah mobilnya. Dengan sedikit susah, dia menyetir mobilnya sembari memangku Ken. Untung Ken tidak rewel dan diam saja, jadi Raden tidak terlalu kerepotan.

Tak lama kemudian, mobil Raden sudah memasuki pekarangan rumah Gery, namun sepertinya kesialan kembali berpihak kepadanya.

Karena saat bertanya kepada salah satu art Gery, katanya Gery sedang berada diluar kota bersama keluarganya.

Karena sudah terlanjur kesal, Raden membawa Ken ke taman komplek yang biasa Ken datangi dengan matahari. Taman komplek yang dekat dengan Mansion orang tua Ardan.

Rasanya Raden ingin sekali membawa Ken kesana. Namun dia masih ingat saat Ardan mewanti-wanti nya agar tidak ke mansion keluarganya.

"Ken main sini aja ya? Jangan kemana-mana tapi, om tungguin di sini." kata Raden yang tidak diindahkan oleh Ken. Batita itu sudah terlebih dulu berlarian kesana-kesini.

Raden mengurut pelipisnya pelan, agar bisa mengurangi rasa pusing yang tiba-tiba menyerang kepalanya.

BRUK!

"Aduh!! Kalau jalan matanya dipak-- ai dong," Raden langsung terdiam setelah melihat orang yang baru saja menabraknya.

"Eh— maaf-maaf gak sengaja." kata orang itu.

Raden menyeringai tipis saat tatapannya bertubrukan dengan orang itu. Dan Raden tau bahwa tubuh itu sedang menegang ditempatnya.

"Hai, kita ketemu lagi.." ucap Raden tersenyum. Senyum yang sangat berbeda seperti yang biasanya. Kali ini, senyumnya terlihat dingin dan menyeramkan.

"Ra—Raden?"

"Iya,,, Mawar."

Tubuh Mawar menegang saat mendengar nada datar dan dingin dari mulut Raden. Padahal laki-laki itu biasanya selalu bertingkah konyol.

Godaan Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang