1. Sindrom Anak Tengah

9.2K 948 124
                                    

Cerita versi complete sudah bisa dibaca di KaryaKarsa ya..

REPOST yang lama dengan beberapa editan, sama nanti ada tambahan part baru...

---

Adinda Putri Abimanyu menjalani dua puluh dua tahun hidupnya dengan selalu menjadi yang tidak terlihat dan terabaikan dalam keluarga. Ayahnya, Bagus Abimanyu, lebih dekat dengan si sulung, Ananda, dan ibunya, Citra Aulia Abimanyu, jauh lebih menyayangi si bungsu, Aidan.

Bahkan sebenarnya, sebelum ada Aidan pun, dirinya memang tidak pernah terlalu diperhatikan. Fokus orang tuanya selalu lebih kepada Ananda, dan kemudian beralih ke si bungsu begitu Aidan lahir. Tidak pernah kepada dirinya.

Seharusnya, hanya perlu ada satu anak perempuan dan satu anak laki-laki saja di rumah sehingga tidak akan ada anak yang merasa tersisih seperti dirinya. Atau dua anak laki-laki atau perempuan dan bukan tiga! Keluarga itu akan bahagia dan tenteram dengan hanya ada dua anak. Tidak akan ada yang merasa terasing seperti dirinya.

Adinda tahu Papa cukup menyayanginya. Ia tahu Mama sedikit peduli padanya. Ia juga tahu kedua saudaranya mencintainya. Namun, dirinya pun juga tahu, jika ia tidak pernah menjadi yang istimewa bagi mereka semua. Ya, mereka semua.

Sejak dulu, Adinda hanyalah anak tengah yang kalem, pendiam, dan menerima semuanya tanpa banyak protes. Papa selalu mendahulukan Ananda, Mama selalu lebih mementingkan Aidan, dan dirinya, dirinya selalu tidak pernah menjadi prioritas siapapun. Ia selalu menjadi bayang-bayang yang tak terlihat di sudut yang gelap.

Meskipun saudaranya tidak pernah bersikap tidak adil padanya, tetapi Ananda juga selalu lebih dekat dengan Aidan. Ananda adalah kakak sempurna bagi Aidan dan Aidan adalah adik laki-laki yang selama ini selalu Ananda inginkan.

Kadang, ia memang menghabiskan waktunya dengan Ananda, tetapi mereka berdua terlalu berbeda. Adinda lebih senang dengan berbagai kegiatan 'perempuan', sementara Ananda tidak. Ketika ia mengajak kakaknya itu ke Mall atau ke salon, Ananda lebih sering menolak dengan alasan proyek.

Yeah, Ananda memang berprofesi sebagai seorang arsitek seperti Papa. Jadi, wajar jika kakaknya itu memang jauh lebih tomboy dan menyukai kegiatan lapangan daripada pergi ke Mall atau salon.

Dengan Aidan, juga tidak jauh berbeda. Ia bisa mengobrol dengan adiknya itu, tetapi tidak pernah seseru jika Ananda dan Aidan berinteraksi. Terlebih setelah Aidan berhubungan dengan Ameera dan Ananda menjadi lebih dekat dengan gadis itu. Adinda menjadi semakin asyik dengan dunianya sendiri.

Jauh di dalam hatinya, Adinda ingin sekali-sekali Papa akan berkata bangga padanya seperti yang selalu dikatakan pada Ananda. Ia ingin, sekali saja, Mama berkata bahwa ia sayang pada Adinda seperti yang selalu Mama utarakan pada Aidan.

Namun, semua prestasi yang ia raih, nilai-nilai sempurna yang selalu ada di rapornya hanya sebuah angin lalu bagi orang tuanya. Mereka hanya akan berkata, "bagus, Adinda," dan setelah itu pergi dari hadapannya. Tidak ada peluk cium dan pujian berlebihan seperti jika Ananda atau Aidan yang meraihnya.

Tidak seharusnya seseorang diabaikan seperti itu 'kan? Tidak satu orang pun yang harus menjalani hidup seperti itu seburuk apapun ia. Akan tetapi, selama dua puluh dua tahun ini, Adinda selalu menjadi barely in the background. 

Ia hanyalah pelengkap keluarga Abimanyu yang bahagia dan sempurna. Ia hanyalah anak kedua. Hanya adik dari Ananda yang penuh semangat, dan kakak dari Aidan yang cerdas. Selain itu, ia bukan siapa-siapa meskipun selalu meraih nilai tertinggi di sekolah.

Lalu lambat laun, hal itu tidak lagi menyakitinya. Ia terbiasa menjadi yang terabaikan dan tidak diperhatikan. Ia menyimpan hasil belajarnya sendiri, ia mengajukan penerimaan beasiswa secara diam-diam, dan kemudian pergi jauh dari rumah. Menjalani hidupnya sendiri.

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang