42. Harga Yang Harus Dibayar

648 175 34
                                    

"Sepertinya percuma saja aku ada di sini, Jesse. Aku akan pulang ke Louisville."

Jesse terkejut mendengar apa yang Chassidy katakan pagi itu setelah mereka sarapan. Ia memang sengaja untuk tidak membawa Chassidy makan bersama keluarganya karena Chase pasti akan pergi begitu melihat mereka. Mungkin Adinda juga. Jadi, Jesse memutuskan untuk membuat makan malam dan sarapan sendiri di kabinnya.

'Kenapa bicara seperti itu? Kau bahkan belum mencoba bicara dengan Chase.'

Ia tahu bahwa kemungkinan keberhasilan perdamaian ini bisa dikatakan hampir mustahil, tetapi setidaknya, Jesse ingin Chassidy mencoba lebih dulu. Sudah cukup dirinya yang menjadi pengecut. Baik dengan Chase maupun Adinda.

Mengingat Adinda membuat batin Jesse kembali terlilit rasa sakit yang tidak bisa ia jelaskan. Kenapa melihat Adinda dan Chase bersama rasanya sesakit itu hingga membuat Jesse berbaring gelisah di atas sofa semalaman?

Sepanjang malam, benak Jesse dipenuhi pertanyaan apakah Chase dan Adinda tidur bersama di kabin itu. Atau Adinda pulang ke rumah utama dan tidur di kamar Clara seperti biasa.

Ia sangat ingin memastikan itu, tetapi Jesse merasa terlalu pengecut untuk mencari tahu. Ia tidak ingin hatinya semakin terluka jika apa yang ia lihat tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya.

"Kebencian Chase terlalu besar untukku, Jesse. Aku bisa melihatnya. Dia tidak akan pernah memaafkan aku."

Suara Chassidy terdengar begitu sedih hingga membuat Jesse mengulurkan tangan untuk meremas sekilas, tangan Chassidy yang ada di atas meja.

'Dia memang selalu seperti itu, tetapi sebenarnya dia anak yang baik.'

Chassidy tersenyum muram. "Mungkin ini adalah harga yang harus kubayar untuk dosa besar yang pernah kulakukan pada kalian. Setidaknya, kau sudah memaafkanku. Itu sudah cukup."

Jesse tahu jika banyak orang tidak akan bisa menerima keputusannya memaafkan dengan mudah seperti yang dilakukannya sekarang. Akan tetapi, bagi Jesse yang penting adalah bagaimana ia akan mulai menjalani hidupnya.

Ia sudah terlalu lama hidup dalam kebencian, salah paham, dan juga prasangka. Jesse ingin membuang semua itu jauh-jauh dan memulai hidupnya dengan lebih damai. Dan jika bisa, bersama dengan Adinda. Seandainya gadis itu masih memiliki perasaan untuknya.

'Tapi jika kau ingin datang, kau tahu aku selalu menerima kehadiranmu di sini,' ucap Jesse sambil tersenyum.

Mata Chassidy berkaca-kaca mendengar itu. Dulu, Jesse juga tidak menyangka jika dirinya akan pernah bisa mengucapkan itu kepada mantan kekasihnya ini. Namun, segala salah paham di masa lalu mereka sudah selesai, dan Jesse tidak ingin membenci lagi.

"Kau baik sekali," kata Chassidy dengan suara parau menahan tangis. "Aku merasa tidak layak mendapatkan sebuah hubungan pertemanan denganmu setelah apa yang kulakukan."

Jesse tersenyum dan menggeleng, memutuskan untuk tidak lagi membahas hal tersebut. 'Kau mau berkuda sebelum pulang? Sejak dulu kau sangat ingin menaiki Willow tetapi aku tidak pernah mengijinkanmu kan?'

Chassidy tertawa. Dulu, Willow masih kuda remaja, dan Jesse belum mahir menungganginya. Saat itu, Jesse melarang Chassidy naik karena tidak ingin terjadi apa-apa kepada kekasihnya itu. Sekarang ia sudah sangat cakap berkuda, dan tidak akan terjadi apa-apa pada Chassidy jika mereka menaikinya.

"Asyik! Aku mau!"

'Ayo kita pergi ke istal kalau begitu.'

Chassidy memekik riang, dan sesaat, Jesse merasa kembali ke masa muda mereka. Dulu, mereka banyak tertawa dan merangkai mimpi demi masa depan sebelum kanker itu merenggut semuanya.

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang